Quantcast
Channel: Cerita Dewasa – Cerita Sex Dewasa
Viewing all 66 articles
Browse latest View live

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

$
0
0

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen – Aku teringat akan kisah yang terjadi 18 tahun yang lalu, ketika aku masih di alam persekolahan. Kisah yang akan kuceritakan ini mendatangkan kesan yang mendalam terhadap kehidupanku. Umurku sekarang 30 tahun lebih. Sewaktu berada di tingkat 5, di salah satu sekolah di Malaysia ini, aku terkenal dengan sifatku yang pemalu dan takut terhadap wanita. Ketakutanku itu bukan kerena takut seperti selayaknya orang melihat hantu, tetapi adalah karena tidak adanya kekuatan dalam diriku untuk berhadapan dan bergaul dengan mereka.

Walau bagaimanapun, aku seorang yang happy go lucky, suka bersenda gurau. Sekolahku tu pulak, sekolah laki-laki. Semua pelajarnya laki-laki, wanita yang ada hanyalah Dosen saja.

Jadi semakin bertambahlah ketakutanku pada kaum hawa itu. Walaupun aku tidak berani berhadapan dengan wanita, keinginanku untuk bergaul dengan mereka sangat tinggi. Aku sering berangan-angan memiliki pacar, dan aku juga suka cemburu melihat teman-temanku yang punya pacar dan sering keluar bersama pacar mereka. Aku juga memilki tabiat yang lain, yaitu gemas jika melihat wanita dewasa dan seksi, terutama yang keturunan Cina. Bila aku pergi ke tempat renang, aku sering onani setelah melihat cewek-cewek Cina yang seksi dan menggairahkan itu. Akibatnya aku jarang sekali berenang. Di sekolahku, dosen wanitanya lebih banyak dari pada dosen pria.

Ada yang Cina, India, dan yang Melayu pun ada. Di antara dosen perempuan tersebut, ada tiga orang yang setengah baya dan seksi. Dua orang Cina dan seorang lagi Melayu. Dosen Cina yang dua orang ini mengajar di semester 6, selalu menggunakan kaos saja jika datang ke sekolah. Yang pertama namanya Miss Wong dan satunya lagi Madam Chong. Madam Chong walaupun sudah memiliki tiga orang anak dan umurnya sudah dekat 40 tahun, tetapi badannya masih seksi. Sedangkan Miss Wong masih belum menikah, tetapi umurnya sudah cukup matang, kurang lebih 30 tahun. Tubuhnya masih montok. seperti biasa, cewek Cina memang punya bentuk badan yang menarik. Sedangkan dosen wanita satunya itu adalah dosen Melayu yang baru saja dipindahkan ke sekolah ini, dengar kabar dia berasal dari Trengganu. Dia pindah sebab ikut suaminya yang pindah kerja ke sini.

Kami memanggilnya Dosen Hanizah yang berusia sekitar 25 tahun. Beliau baru saja menikah dan mempunyai seorang anak yang baru berumur setahun lebih. Kabarnya, setelah lulus kuliahnya, dia terus menikah. Tinggal di Kuala Trengganu selama setahun, terus pindah ke sini. Suaminya bekerja sebagai Pegawai Pemerintahan. Aku sangat suka melihat ketiga orang dosen ini, wajah mereka dan badan mereka sungguh menawan, terutama dosen Hanizah. Walaupun dia tidak berpakaian seksi, apalagi bertudung tetapi tetap mengairahkan. Jika Miss Wong atau Madam Chong ingin pulang, atau baru sampai, aku pasti mendekati ke arah mobil mereka. Bukannya mau menolong membawakan buku mereka, tetapi ingin melihat paha seksi mereka ketika sedang duduk di dalam mobil. Kemaluanku pun terangsang saat itu. Kalau Dosen Hanizah agak susah dilihat keseksiannya, sebab dia bertudung dan berbaju kurung ke sekolah. Jika dia memakai kebarung, baru kelihatan sedikit bentuk tubuhnya yang montok dan molek itu.

Apa yang aku sangat suka pada Dosen Hanizah adalah wajahnya yang lembut dan menawan, suaranya manja bila berbicara. Dengan bentuk badan yang kecil molek, kulit yang putih akan memukau mata siapa saja yang memandang. Tetapi sayang seribu kali sayang karena ketiga dari mereka tidak ditakdirkan mengajar di kelasku. Aku hanya dapat melihat mereka pada waktu istirahat, waktu rapat bersama ataupun di ruang guru saja. Jarang sekali kesempatan yang mengijinkanku bersama dengan mereka. Entah bulan berapa, aku tidak ingat, kalau tidak salah dalam bulan Maret, dosen metematikaku pindah ke sekolah lain, alasan pindahnya aku tidak ingat. Jadi, selama 2 minggu kami tidak belajar matematika.

Memasuki minggu yang ketiga, waktu pelajaran matematika, Dosen Hanizah masuk ke kelas kami. Kami semua keheranan, apakah dia masuk untuk mengganti sementara atau mengajar mata pelajaran ini untuk menggantikan dosen lama. Dosen Hanizah yang melihat kami keheranan, menjelaskan bahwa dia akan mengajar matematika untuk kelas ini menggantikan dosen lama. Dengan tidak disangka, semua siswa dalam kelas bersorak gembira termasuk aku. Aku tidak tahu mereka gembira karena mendapat dosen baru atau gembira karena hal lain. Yang pasti, aku gembira sebab dosen yang paling cantik, yang selalu kudambakan akan masuk mengajar di kelas ini. Ini berarti aku dapat melihat dia lebih sering.

Mulai hari itu, Dosen Hanizah yang mengajar matematika. Aku pun jadi menyukai pelajaran ini, walaupun aku tidak pernah lulus matematika sebelumnya. Aku sering tanya dan menemui dia, bertanya masalah matematika. Dari situ, pengetahuan matematikaku bertambah, aku lulus juga akhirnya dalam ujian bulanan walaupun hanya mendapatkan nilai yang cukup. Oleh kerena terlalu menyukai Dosen Hanizah, aku jadi sedikit banyak mengetahui latar belakangnya. Kapan tanggal lahirnya, tinggal dimana dan bagaimana keadaan keluarganya. Dalam bulan Juni, Dosen Hanizah ulang tahun, aku mengajak teman satu kelas untuk mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun” bila dia masuk nanti. Ketika Dosen Hanizah masuk ke kelas, ketua kelas mengucapkan “Selamat Hari Ulang Tahun Dosen” dan diikuti oleh kami semua. Dia terperanjat, dan bertanya dari mana kami semua tahu tanggal ulang tahunnya. Anak-anak yang lain menunjuk aku, mereka bilang kalau aku yang memberitahu.

Dosen Hanizah bertanya, “Dari mana kamu mengetahuinya..?” “Ada lah…” jawabku, setelah itu dia tidak bertanya lagi. Dosen Hanizah tinggal di rumah teres yang bersebelahan dengan komplek dekat tempat tinggalku, kurang lebih 2 km jaraknya dari rumahku. Waktu liburan, aku selalu berkeliling dengan sepeda ke komplek perumahan tempat tinggalnya. Aku tahu rumahnya dan selalu mampir di situ. Pernah sekali itu, waktu sedang bersepeda, Dosen Hanizah sedang memasukkan sampah ke dalam tong di luar rumah. Dia melihatku, dan terus memanggilku. Aku pun segera pergi ke arahnya. Dia tidak memakai tudung, terurailah rambutnya yang lurus sebahu itu. Sungguh ayu aku melihatnya sore itu. “Azlan, rumahmu dekat sini ya..?” tanyanya dalam logat Kedah. “Tidak juga.” balasku, “Tapi memang tidak terlalu jauh sih.” “Anda tinggal di sini..?” aku tanya padanya meskipun aku sudah tahu. “Iya..” “Sendirian aja? Mana suaminya?” “Ada di dalam, dengan anak saya.” Ketika kami asyik berbicara, suaminya keluar, menggendong anak perempuan mereka. Terus aku diperkenalkan kepada suaminya. Aku berjabat tangan dan menegur anaknya, sekedar menunjukkan rasa hormatku.

Suaminya tidak terlalu ganteng, tetapi terlihat bergaya, maklumlah pegawai. Setelah agak lama, aku minta diri untuk pulang. Sudah 6 bulan Dosen Hanizah mengajar kami, aku bertambah pandai dalam matematika. Dan selama itulah aku sering berada di kelasnya. Aku sering membayangkan keadaan Dosen Hanizah tanpa sehelai benang pun di tubuhnya, pasti indah sekali. Dengan bentuk tubuh yang montok, kecil, pinggang yang ramping serta kulit yang cerah, jika telanjang pasti membuat orang yang melihatnya ingin segera menerkam tanpa berpikir dua kali. Tetapi, aku hanya dapat melihat rambutnya saja di sore itu. Hari ini libur, libur karena memperingati peristiwa Sukan Tahunan. Aku tidak tahu hendak kemana, aku lelah bersepeda dan mengayuh tanpa arah tujuan. Agak jauh kali ini aku berkeliling, ketika ingin pulang aku melewati kawasan perumahan Dosen Hanizah, waktu itu langit gelap dan kelihatannya ingin hujan. Aku berharap bisa tiba di rumah sebelum kehujanan. Tetapi belum sampai di kawasan rumah Dosen Hanizah, hujan mulai turun, dan lama-lama semakin lebat. Pakaianku basah kuyup. Aku tidak berhenti, terus saja mengayuh sepedaku. Aku tidak sadar ternyata ban sepedaku semakin kempes, seharusnya aku memompa dulu sebelum keluar tadi.

walaupun sebentar lagi akan tiba di kawasan rumah Dosen Hanizah, aku tidak boleh menaiki sepedaku lagi, karena kalau dinaiki juga, akan semakin rusak ban sepedaku. Kemudian aku menuntun sepeda sampai ke rumah Dosen Hanizah. Niatnya aku akan meminjam pompa sepeda kepadanya. Ketika tiba di depan pintu pagar rumahnya, aku tekan bel rumahnya. Tidak lama kemudian, pintu rumah dibuka, dari jauh terlihat Dosen Hanizah menggunakan kain batik dan berbaju T-Shirt sedang memperhatikanku. “Dosen..!” jeritku. “Ada apa Azlan..?” tanyanya keheranan melihat aku yang basah kuyup dalam hujan lebat dengan kilat yang sabung menyabung. “Saya mau pinjam pompam, ban sepeda saya kempes.” “Tunggu sebentar..!” jeritnya. Dosen Hanizah masuk kembali ke rumah dan keluar membawa payung. Dia membukakan kunci pintu pagar dan memintaku untuk masuk. Ketika menuntun sepeda masuk, mataku memperhatikan Dosen Hanizah yang berada di depan, melenggang-lenggok berjalan menuju ke dalam. Dari belakang, kerampingannya terlihat jelas, dengan t-shirt yang agak ketat dan kain batik yang dililit memperlihatkan bentuk badannya yang menarik. Punggungnya yang montok dan pejal itu membangkitkan gairahku ketika dia berjalan.

Kemaluanku langsung menegak dalam kebasahan. “Memangnya dari mana saja kamu, kok naik sepeda hujan-hujanan?” tanyanya ketika tiba di depan pintu. “Jalan-jalan saja, sudah mau pulang tetapi ban sepeda saya kurang angin,” jelasku. “Anda punya pompa ngga..?” “Saya lihat dulu di gudang. Masuklah dulu.” menawarkan kepadaku. “Ngga apa-apa kok, nanti malah basah pula rumah Anda.” “Tunggu dulu…” Dosen Hanizah pun meninggalkanku kedinginan di situ, dia terus pergi ke dalam. Sebentar kemudian dia keluar membawakan pompa dan handuk. “Nah… ini…” diulurkannya pompa itu ke arahku. Meskipun aku lelah tetapi langsung terus memompa angin ke dalam ban sepedaku. “Ingin lansung pulang habis ini?” “Yaa.. habis mompa terus pulang.” “Hujan selebat ini mau nekat pulang?” “Tak apa-apa, sudah basah kuyup juga kok,” jawabku lalu terbersin. “Nah.., kan kelihatannya kamu mau kena selsema tuh.” “Hanya sedikit bersin kok,” kataku lalu menyerahkan pompa kepadanya, “Terima kasih Bu..” “Ada-ada saja kamu, handuk nih, handuki sampai kering dulu badanmu..” katanya sambil memberikan aku handuk yang dipegangnya sejak tadi.

Aku mengambil handuk itu dan mengelap rambut dan mukaku yang basah. Aku dengan santainya berhandukan seperti di rumah sendiri, aku buka baju di depan dia. Setelah itu, baru aku ingat kalau aku berada di depan dosenku. “Sori Bu…” kataku perlahan. Dosen Hanizah pergi ke dalam. Kukira dia marah sebab aku buka baju di depan dia, tetapi dia datang sambil membawakan sarung, T-Shirt dan sebuah bakul. “Nah, ganti bajumu pakai ini..!” katanya sambil memberikannya kepadaku, “Baju basahnya taruh dalam bakul ini.” Kulemparkan bajuku ke dalam bakul. Kubuka celanaku langsung di depannya, tetapi dengan kusarungkan dulu tubuhku dengan sarung pemberiannya. Setelah mengeluarkan dompetku, kumasukkan celana panjangku yang basah itu ke dalam bakul, dan yang terakhir celana dalamku. “Masuk dulu, tunggu sampai hujan berhenti baru kau pulang..” sambung Dosen Hanizah sambil mengambil bakul berisi pakaian basahku. “Nanti dulu, saya keringkan baju ini dulu yah..?” Aku pun mengikuti dia masuk. Setelah pintu dikunci,

aku disuruh duduk di ruang tamu dan Dosen Hanizah terus pergi ke dapur. Aku melihat-lihat perhiasan rumahnya, agak mewah juga perabotan dan perhiasannya. Ketika asyik melihat-lihat, Dosen Hanizah datang dengan membawakan segelas minuman dan meletakkannya di atas meja, lalu dia duduk berhadapan denganku. “Minumlah. Bajumu lagi Saya keringkan di belakang.” Aku pun mengambil nescafe itu dan menghirupnya. “Mana suami Anda?” tanyaku memulai pembicaraan. “Kerja..” “Oh ya, hari ini kan hari kerja,” balasku. “Anak..?””Sedang tidur. Kamu duduklah dulu, saya ada kerjaan di belakang.” katanya sambil berdiri dan meninggalkanku. “Oke…” ringkas jawabku. Hujan di luar masih turun dengan lebat dan diikuti dengan bunyi guruh yang memekakkan telinga. Aku melihat-lihat kalau ada buku yang bisa kubaca dan ternyata ada. Aku ambil sebuah novel dan mulai melihat-lihat. Sehelai demi sehelai kubuka isi novel itu, walaupun tidak kubaca. Aku sebenarnya sedang tidak ingin membaca, tetapi daripada tidak ada yang dapat kuperbuat, lihat-lihat saja juga lumayan. Aku tidak tahu apa yang sedang Dosen Hanizah perbuat di belakang.

Ketika membaca halaman demi halaman, pikiranku jauh melayang membayangkan gambaran fantasiku bersama Dosen Hanizah. Aku teringat akan cerita-cerita X dan blue film yang kutonton dulu, bila kejadiannya seperti ini, pasti akan berakhir dengan adegan asmara. Aku membayangkan diriku akan berasmara dengan Dosen Hanizah, seperti di dalam film yang pernah kutonton. Sudah hampir 20 menit, hujan tidak menunjukkan tanda-tanda untuk berhenti. Aku menjadi ingin buang air kecil, maklumlah udaranya dingin. Aku bangun dan terus menuju ke belakang untuk mencari kamar mandi. Ketika aku hampir sampai di kamar mandi, aku sekilas melihat Dosen Hanizah sedang masuk ke kamarnya, hanya dalam keadaan menggunakan handuk saja, mungkin baru keluar dari kamar mandi. Pada saat melihat tadi, aku tidak sempat melihat apa-apa kecuali tubuhnya yang hanya tertutup oleh handuk dan hanya sebentar aku melihatnya. Aku teruskan ke dapur, dan ketika melewati kamarnya, kudapati pintu kamarnya tidak tertutup rapat. Aku beranikan diri untuk pergi ke arah pintu dan mulai mengintip

Dosen Hanizah yang ada di dalam, sedang berbuat apa aku pun tidak tahu. Minta ampun.., berdesir darahku, seperti tercabut jantungku rasanya melihat Dosen Hanizah yang dalam keadaan telanjang di dalam kamarnya. Serta merta kemaluanku menegak. Aku hanya dapat melihat bagian belakangnya saja, dari ujung rambut sampai ke tumit, semuanya jelas terlihat. Saat itu Dosen Hanizah sedang mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk yang tadi dipakainya. Inilah pertama kalinya aku melihat perempuan telanjang secara langsung, biasanya hanya dari video saja. Terpatung-patung aku di muka pintu melihat bentuk badan Dosen Hanizah yang seksi, pinggang ramping, punggung yang montok serta kulit yang putih mulus sedang mengeringkan rambutnya. Hampir timbul niatku untuk segera masuk dan meraba tubuhnya saat itu, tetapi aku takut nanti dia malah tidak mau dan menuduhku ingin berbuat cabul terhadapnya. Apa yang sedang dilakukan Dosen Hanizah terus memukau mataku. Kadang handuk itu digosokkan ke celah selangkangannya, lalu dilapkan. Kemudian handuk itu dilemparkan ke atas gantungan. Secara tidak disadari,

Dosen Hanizah membalikkan badannya ke arah pintu, tempat aku berdiri. Dia jongkok untuk membuka pintu lemari dan terlihatlah sekujur tubuh tanpa sehelai benang pun yang hanya selama ini menjadi khayalanku saja. Buah dada Dosen Hanizah yang menonjol segar kemerah-merahan itu sempat kuperhatikan, begitu juga dengan segitiga emas miliknya yang dijaga rapih dengan bulu yang tersusun indah, semuanya sempat kulihat. Bersamaan dengan itu, Dosen Hanizah menengok ke arah pintu dan melihat aku sedang memperhatikannya, dan, “Hei..!” sergahnya. Lalu dia menutup bagian tubuhnya dengan kain yang sempat diambilnya dari dalam lemari. Aku terkejut, terus lari meninggalkan tempat itu. Aku terus ke kamar mandi. Aku diam di situ hingga kemaluanku mengedur, sebelum kencing. Mana bisa aku kencing saat kemaluanku berdiri tegak dan keras. Ketika selesai, perlahan-lahan aku keluar, kudapati pintu kamarnya tertutup rapat. Mungkin Dosen Hanizah ada di dalam. Mungkin dia malu, aku pun malu kalau ketahuan dia saat aku mengintipnya. Aku terus ke ruang tamu. Sebenarnya setelah itu aku mau langsung pulang saja meskipun hujan belum reda, karena takut Dosen Hanizah marah sebab kuintip dia tadi. Tetapi, baju basahku ada padanya dan belum kering lagi.

Aku tidak tahu dimana dia meletakkannya, kalau tahu pasti kuambil dan terus pulang. Meskipun perasaanku tidak tentram tetapi aku tetap menunggu di ruang tamu sambil menduga-duga apa yang akan terjadi nantinya. Tidak lama kemudian, Dosen Hanizah pun datang. Dia menggunakan kain batik dengan kemeja lengan pendek. Wajahnya tidak menunjukkan senyumnya, tidak juga memperlihatkan tanda akan marah. Dia duduk di depanku, sempat juga aku sekilas memperhatikan pangkal buah dadanya yang putih itu. Dia menatap tepat ke arah mataku. Aku takut, lalu mengalihkan pandanganku. “Azlan..!” tegurnya dengan nada yang agak tinggi. Aku menoleh menantikan ucapan yang akan keluar dari mulut yang kecil berbibir munggil itu. “Sudah lama Azlan ada di dekat pintu tadi..?” “Minta maaf Bu..” balasku lemah, tunduk mengakui kesalahan. “Saya tanya, sudah lama Kamu lihat Saya sewaktu di dalam kamar tadi..?” dia mengulangi kata-katanya itu. “Lama juga…” “Kamu melihat apa yang saya perbuat..?” Aku mengangguk lemah dan berkata, “Maafkan Saya Bu…” “Azlan..! Azlan..! Kenapa kamu mengintip Saya..?” nada suara Dosen Hanizah kembali lembut. “Saya tak sengaja, bukannya mau mengintip, tapi pintu kamarnya yang tak rapat…” “Salah Saya juga, sebab tidak menutup pintu tadi.”

balasnya. Dosen Hanizah sepertinya tidak marah, kupandangi wajahnya yang ayu itu, terpancar kejernihan di wajahnya. Aku hanya mampu tersenyum dalam hati saja bila dia senyum sambil menggelengkan kepalanya. “Kenapa kamu kelihatan pucat..?” “Takut, takut Anda marah…” “Sudahlah, Saya tidak marah. Saya juga yang salah, bukan hanya Kamu. Sebenarnya siapa pun yang punya kesempatan seperti itu pasti akan melakukan yang Kamu lakukan tadi…” jelasnya. Aku menganggukkan kepala sambil tersenyum. Tidak disangka Dosen Hanizah begitu sportif, walaupun dalam kasus begini seharusnya dia marah. “Aaa, tak tahu sopan juga Kamu…” katanya sambil mencubirkan bibir. Aku tertawa kecil mengenang peristiwa yang terjadi tadi. Sesungguhnya aku memang sudah bertindak yang tidak sopan sebab dengan sengaja melihat Dosen Hanizah yang bertelanjang bulat. Kemaluanku menegang di dalam sarung membayangkan tubuh montoknya Dosen Hanizah yang tidak dilindungi sehelai benang pun. Cepat-cepat kututupi dengan meletakkan bantal kecil ke atas kemaluanku.

Jika terlihat Dosen Hanizah, bisa malu aku dibuatnya. “Lho, belum turun juga..?” tegurnya manja karena rupanya dia sempat melihat sarungku. Aku menjadi malu dan posisi dudukku menjadi tidak nyaman lagi. Aku tidak mampu lagi untuk berkata-kata bila ditegur seperti itu. Agak lama suasana hening menyelubungi ruang tamu rumah yang dihias indah itu. “Bu..?” aku mula bersuara, “Sungguh hebat..!” “Apa yang hebat..?” “Pemandangan yang tadi kulihat.” “Apa yang Kamu lihat..?” “Perempuan telanjang.” “Heh..! Tak sopan betul Kamu ini..!” “Betul, Anda lihat saja ini..!” kataku sambil memindahkan bantal dari perutku. Menimbullah batang kemaluanku ditutupi sarung milik suaminya. “Tidak mau turun lagi dia..,” sambungku sambil menunjuk ke arah tonjolan di bawah pusarku yang bersarung milik suaminya. Dosen Hanizah tebengong-bengong dengan tindakanku, namun matanya terpaku di tonjolan pada sarung yang kupakai.

“Hei..! Sopanlah sedikit..!” tegurnya. Aku membiarkan kemaluanku mencuat tinggi di sarung yang kupakai, aku tidak menutupnya, aku biarkan saja ia tersembul. Kubiarkan Dosen Hanizah menatapnya, tetapi Dosen Hanizah merasa malu, matanya dialihkan ke arah lain, sesekali matanya memandang ke arah tonjolan itu. “Bu..?” sambungku lagi. Dia terdiam menantikan kata-kata yang lain, sekali-kali dia memandang ke bawah. “Anda tahu tidak..? Anda lah orang yang paling cantik di sekolah kita…” “Mana mungkin..?” balasnya manja malu-malu. “Betul. Semua teman saya bilang seperti itu. Dosen lelaki pun bilang hal yang sama.” “Alah, bohong…” “Betul, saya tidak membual…” “Apa buktinya..?” “Buktinya, tadi. Saya sudah melihat seluruh lekuk tubuh anda ketika anda tidak memakai baju tadi. Itulah buktinya.” jawabku dengan berani. Aku kira dia akan marah, tetapi Dosen Hanizah terdiam, dia tertunduk malu. Melihat gelagatnya itu, aku semakin berani mengucapkan kata-kata yang lebih sensual. “Badan Anda kecil dan molek, kulit Anda putih, pinggang ramping, punggung montok…” “Ah, sudah, sudah..!” dia memotong perkataanku. Terlihat wajahnya menjadi merah menahan malu, tetapi aku tidak peduli, kemudian aku meneruskan rayuanku, “Punggung Anda tadi Saya lihat padat dan montok. Itu dari belakang. Ketika Anda berbalik ke depan, kemaluan Anda yang cantik itu membuat batang Saya hampir patah. Tetek Anda membuat Saya ingin langsung menghisapnya, terlihat sedap.” sambungku. Terlihat saat itu Dosen Hanizah tidak membantah, dia masih tetap tertunduk malu. Masa aku akan bilang seperti ini padanya, “Penisku jangan berontak, kayak mau tercabut, punyaku tegang tak tahu kalau aku lagi berusaha.” tapi itu hanya dalam hati saja. Dosen Hanizah masih tunduk membisu, perlahan-lahan aku bangun menghampiri dan duduk di sebelah kirinya.

Aku rasa dia merasakan niatku, tapi dia seakan-akan tidak tahu. Aku rangkulkan tangan dan memegang belakang badannya. “Rilek Bu.., Saya hanya main-main saja..!” Dia terkejut ketika kupegang punggungnya. Lalu dia goyangkan badan, aku pun segera menurunkan tanganku itu. Aku masih tetap di sebelahnya, bahu kami bersentuhan, paha kami juga bergesekan. Hujan makin lebat, tiba-tiba terdengar bunyi petir yang agak kuat. Dosen Hanizah terkejut dan dengan spontan dia memeluk diriku. Aku pun terkejut, turut mendekap kepalanya yang berada di dadaku. Sempat juga aku belai rambutnya. Entah karena apa, dia sadar dan, “Sori…” katanya ringkas lalu membetulkan posisi duduknya. Aku melepaskan tanganku yang melingkari badannya, wajahnya kupandang, Dosen Hanizah menoleh ke arahku, tetapi setelah itu dia kembali terdiam dan tunduk ke bawah. Kaget juga kurasa tadi, mula-mula dapat melihat tubuhnya yang telanjang, setelah itu dapat memeluk sebentar. Puas, aku puas walaupun hanya sebentar. Entah bagaimana membayangkannya, saat itu petir berbunyi lagi dan saat itu seakan-akan menyambar dekat bangunan rumah dosenku. Terperanjat karena bunyi yang lebih dahsyat itu, sekali lagi Dosen Hanizah berpaling dan memeluk tubuhku. Aku tidak melepaskan peluang untuk memeluknya kembali. Kulingkarkan tangan kiriku ke pinggangnya yang ramping dan tangan kananku membelai rambut dan kepalanya. Kali ini aku rapatkan badanku ke arahnya, terasa buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku.

Dosen Hanizah mendongakkan kepalanya menatap wajahku. Aku masih tidak melepaskan dia dari rangkulanku, belakang badannya kuusap dari rambut sampai ke pinggang. Dia menatapku seolah-olah memintaku untuk melepaskannya, tapi aku menatap tepat ke dalam anak matanya. Mata kami bertemu, perlahan-lahan aku rapatkan wajahku ke arah wajahnya, bibirku kuarahkan ke bibirnya yang munggil dan separuh terbuka itu. Makin rapat, dan hampir menyentuh bibirnya, dan bersentuhanlah bibirku dengan bibir dosen yang mengajarku matematika itu. Belum sempat aku mencium bibirnya, hanya terkena sedikit, Dosen Hanizah memalingkan wajahnya sambil tangannya mendorong badanku minta agar dilepaskan. Aku tetap tidak melepaskan dia, peluang seperti ini tidak mudah kudapatkan. Kutarik dia lagi lebih rapat. Terkejut Dosen Hanizah dengan tindakanku. “Azlan… tidak enak ahh…”

Dosen Hanizah menolak sambil meronta lemah. Aku tidak peduli, kueratkan lagi pelukanku, dada kami bertemu, terasa denyut dadanya naik turun dengan nafas yang agak kencang. “Please Bu…” rayuku. “Tidak etis ahh.., Saya ini isteri orang..!” rontanya lagi. “Tenanglah Anda.., pleasseee…” balasku lagi sambil mencium lehernya dengan lembut. Sempat juga aku menjilat cuping telinganya. “Ja.. ja.. ngan.. lah..!” bantahnya lagi dengan suara yang terputus-putus. Dia memalingkan wajahnya ke kiri dan ke kanan, mengelakkan ciumanku. Aku terus mencium lehernya sambil mengeratkan pelukan, karena tak ingin terlepas. “A.. a… zzlaaan.. ja…” belum sempat Dosen Hanizah menghabiskan kata-katanya, bibirku berpautan pada bibirnya, kali ini aku cium sekuat-kuatnya. “Mmmppphhh… mmmppphh…” Dosen Hanizah tidak bersuara lagi saat mulutnya kukecup. Dia meronta semakin kuat. Aku terus mencium dan mengecup bibir dan mulutnya sambil tangan kiri menggosok ke seluruh bagian belakang badan dan tangan kananku memegang kepalanya agar kecupanku tidak putus dari mulutnya. Diselingi dengan punggungnya yang pejal itu kuremas, kupecet semauku. Agak lama mulutku berpaut di bibirnya, hingga rontaannya semakin lemah, suaranya tidak lagi berbunyi, lama-kelamaan tidak ada lagi rontaan, sebaliknya tangan Dosen Hanizah memeluk erat leherku.

Aku merasakan bibirnya mulai membalas ciumanku. Apa lagi, aku pun mula menciumnya dengan penuh mesra dan kelembutan, dia membalas sambil mengeratkan pelukannya. Terasa lidahnya dijulurkan. Aku menyambut dan lalu menghisap lidahnya, saling bergantian kami berhisap lidah. Pada waktu itu, hanya terdengar bunyi air hujan yang jatuh membasahi bumi dan bunyi kecupan mulut kami berdua. Agak lama kami berciuman, bertautan bibir dan lidah sambil berpelukan mesra. Kemudian, Dosen Hanizah meleraikan tautan itu diikuti dengusan birahi, “Mmmm…” Kami bertatapan mata, tanganku masih dilingkarkan pada tubuhnya, badan kami masih saling rapat, nafasnya semakin kencang, nafsuku semakin meningkat diikuti dengan kemaluanku yang semakin menegang.

Tatapan matanya yang redup itu bagaikan meminta sesuatu, sehingga kutambatkan sekali lagi bibirku ke bibirnya. Kami saling berciuman mesra, sesekali ciuman ditujukan ke arah leher yang putih itu, kucium, kugigit dan kujilat batang lehernya. Dosen Hanizah hanya menggeliat kegelian diperlakukan seperti itu. “Ooohhh… A.. zzlannn…” suara manjanya menusuk ke dalam lubang telingaku. Sambil berciuman, tangan kananku kugeser ke arah depan, buah dadanya kupegang, kuremas lembut. Terasa ketegangan buah dadanya, pejal dan montok. Dosen Hanizah hanya dapat mendesis menahan keenakan yang dirasakannya. Ciumanku bergerak juga ke pangkal dadanya yang putih itu. Aku cium ke seluruh permukaan pangkal dadanya, kemejanya kutarik sedikit ke bawah, hingga menampakkan BH berwarna hitam yang dipakainya. Kepala dan rambutku diremas dan dipeluk erat oleh Dosen Hanizah ketika dadanya kucium dan payudaranya kuremas.

“Aaahhh… mmmppphhh…” rintihannya membangkitkan nafsuku. Aku semakin berani, kancing kemejanya kubuka satu persatu sambil tetap aku mencium dan mengecup wajahnya. Mulut kami bertautan lagi ketika jari-jari tanganku sibuk menanggalkan kancing kemejanya, dan akhirnya habis juga kancingnya kubuka. Perlahan-lahan sambil mencium mulutnya, aku melucutkan kemejanya ke belakang. Seperti dalam film, Dosen Hanizah meluruskan tangan agar kemeja itu dapat dilucutkan dari tubuhnya. Kini, bagian atas tubuh Dosen Hanizah hanya terbalut BH saja. Aku leraikan ciuman mulut, lalu mencium pangkal buah dada di atas BH-nya. Aku cium, aku jilat seluruh pangkal buah dadanya sambil meremas-remas. Suara rintihan Dosen Hanizah semakin kuat apabila kupencet putingnya yang masih berada di dalam BH. Dosen Hanizah merangkul erat dan meremas-remas rambutku. Sambil mencium dan meremas buah dadanya, kulingkarkan tanganku ke belakang dan mulai mencari kancing penyangkut BH yang dipakai Dosen Hanizah. Ketemu, dan terus kulepaskan kancing itu. Perlahan-lahan aku menarik turun BH hitamnya ke bawah dan terus kulempar ke atas sofa. Terpukau mataku ketika bertatapan dengan payudaranya yang putih kemerahan yang tadi hanya dapat kulihat dari jauh saja.

Aku puntir dan main-mainkan putingnya sambil mulutku mencium dan menjilat yang sebelahnya lagi. Suara desisan Dosen Hanizah semakin manja, semakin bergairah kudengar. Habis kedua belah payudaranya kujilat dan kuhisap semauku, putingnya kujilat, aku gigit mesra dengan diikuti rangkulan erat oleh Dosen Hanizah ke kepalaku. Sambil mengulum puting payudaranya, aku membuka t-shirt yang kupakai tadi, lalu melemparkannya ke bawah. Aku tidak berbaju, begitu juga Dosen Hanizah, kami berdua hanya bersarung dan memakai kain batik saja. Suasana dingin terasa oleh desiran hujan di luar, namun kehangatan tubuh Dosen Hanizah membangkitkan nafsu birahi kami. Aku terus memeluk Dosen Hanizah erat-erat sambil berkecupan mulut. Buah dadanya terasa hangat bergesekan dengan dadaku. Inilah perasaan yang sukar digambarkan, berpelukan dengan perempuan dalam keadaan tidak berbaju, buah dadanya yang pejal menekan-nekan dadaku ke kiri dan ke kanan mengikuti alunan nafsu. Setelah agak lama berciuman dan berpelukan, kubaringkan Dosen Hanizah ke atas sofa itu. Dia merelakannya.

Aku menatap sekujur tubuh yang separuh telanjang itu di depan mata. Saat aku berdiri, Dosen Hanizah hanya memandang sayu melihatku melucutkan sarungku dan bertelanjang di hadapannya. Kemaluan yang sudah menegang itu memerlukan sesuatu untuk dijinakkan. Aku duduk kembali di sisinya, terus membelai buah dadanya yang menegang itu. Aku kembali mengulum puting payudaranya sambil tangan kananku turun ke arah lembah, lalu merabanya untuk mencari puncak kebirahian wanita yang begitu dipelihara. Segitiga emas milik Dosen Hanizah akan kuraba, aku mulai mengusap dan menggosok di bagian bawah lembah itu. Terangkat-angkat punggung Dosen Hanizah menahan keenakan dan kenikmatan yang sukar digambarkan oleh kata-kata. Yang kedengaran hanyalah rintihan dan desisan manja yang mempesonakan birahiku, “Mmmpphhhmm… aaahhh…” Aku mulai melepaskan ikatan kain batiknya, dengan lembut aku menarik kain itu ke bawah untuk melucutkan terus dari tubuhnya. Segitiga emasnya hanya ditutupi secarik kain berwarna hitam yang juga harus kulucutkan. Kuusap kemaluannya dari luar, terasa basah dan lengket pada ujung lembah yang subur itu. Pahanya kuraba dan kuusap sambil lidahku menjilat dan mencium pusatnya. Bergelinjang badan Dosen Hanizah diperlakukan seperti itu.

Kedua tanganku memegang celana dalamnya dan mulai melorotkan ke bawah, kutarik tubuhnya dengan punggung Dosen Hanizah diangkatnya sedikit, dan terlucutlah benteng terakhir yang ada pada tubuh Dosen Hanizah. Aku tidak melepaskan peluang untuk menatap sekujur tubuh lemah yang tidak dibaluti sehelai benang pun. Hal seperti ini sangat diinginkan oleh setiap insan bergelar lelaki, dan yang lebih lagi adalah ternyata yang berada di depan mata minta dijamah. Terlihat vaginanya berair di sekeliling bulu-bulu tipis yang terjaga rapih. Kusentuh kemaluannya sehingga terangkat tubuhnya menahan keenakan. Kusentuh lagi dan kugesekkan jari-jariku melewati hutan itu, suara mengerang mengiringi gerak tubuhnya.

Kelentitnya kumainkan, kupelintir sehingga suara yang dikeluarkan kali ini agak kuat diiringi dengan badannya terangkat karena kejang. Terasa basah jariku waktu itu, aku tidak tahu apa yang sedang terjadi saat itu, tetapi sekarang baru kutahu bahwa Dosen Hanizah mengalami klimaks. Awalnya aku ingin menjilati vaginanya seperti yang ada di video BF, tetapi tak jadi sebab liang senggamanya sudah berair dan basah. Aku terus menghimpitkan tubuhku ke atas tubuhnya dengan lembut sambil mencium wajahnya. Kemaluanku bergesekan dengan kemaluannya.

Terasa ujung kejantananku bertemu dengan bulu dan air mani yang membasahi lembah kenikmatan itu. Setelah mendapatkan kedudukan yang tepat, kupegang kejantanan dan mengarahkan ke lubang senggamanya. Seperti dirancang, Dosen Hanizah membuka dan meluaskan kangkangannya sedikit. Setelah berada di ujung muara, aku pun melabuhkan tongkat nakhodaku ke dalam lautan birahi dengan perlahan-lahan diikuti oleh desisian dan raungan kami berdua yang bergantian, mengiringi terbenamnya tongkat ke dalam lembah di lautan. “Aaarrrghhh… mmm…” Aku menekan sampai pangkal kemaluan dan membiarkannya sekejap karena terasa seperti terjepit. Aku mencium leher dan mulutnya berulang kali. Bila keadaan sudah agak tenang, aku mulai mendayung, atas, bawah, pelan dan teratur. Kenikmatan pada waktu itu adalah sangat indah, susah untuk dapat dikatakan, kemudian aku menggerakkan ke atas dan ke bawah berulang kali. Saat pertama kali aku perbuat padanya terasa seperti menjepit, karena vaginanya memang sempit. Dosen Hanizah tidak merasakan sakit yang berpengaruh karena dia pernah melakukannya dengan suaminya.

Aku dorong dan tarik kemaluanku dengan diiringi suara mengerang yang agak kuat sambil melihat pemandangan indah di bawah. Sungguh pemandangan yang indah jika dapat melihat kejantananku sendiri sedang masuk dan keluar dari lubang senggama wanita, dengan bunyi yang cukup menawan. Dosen Hanizah memeluk erat pinggangku ketika bergoyang mengimbangi tubuhku, punggungnya bergerak ke atas dan ke bawah mengikuti arus irama. Sesekali dia menggoyang-goyangkan punggungnya untuk membantu daya dorongku, terasa kenikmatan yang tiada bandingnya. Kulajukan dayungan, semakin laju dengan suara yang semakin kuat. Dosen Hanizah hampir mengeluarkan suara erangannya, dan aku merasakan hampir keluar seperti gunung berapi hendak memuntahkan lavanya. Aku lajukan lagi, dengan sekuat tenaga kutusukkan sedalam-dalamnya diikuti dengan teriakan Dosen Hanizah. Dengan jeritan Dosen Hanizah yang nyaring, terpancurlah air maniku jauh ke dasar lubang senggamanya. Ketika kubuka mataku, aku melihat mata Dosen Hanizah menutup serta dadanya yang naik turun dengan cepat, ada tetesan peluh di dadanya. Begitu juga badanku, terasa peluh meleleh di belakang.

Kejantananku semakin menekan ke dalam lubang kenikmatanya yang semakin lembab akibat muntahan yang terjadi bersamaan. Kukecup dahi Dosen Hanizah, dia membuka mata dan tersenyum memandangku. Aku membalasnya dengan mengecup mesra bibirnya. Akhirnya aku tindih tubuhnya di atas sofa itu dengan kepalaku kuletakkan di atas dadanya. Terdengar bunyi degupan jantung yang kencang di dada Dosen Hanizah, dosen yang mengajarku matematika di sekolah. Setelah beberapa menit, aku bangun dan mengeluarkan batang kejantananku dari dalam lubang senggamanya. Terlihat sedikit air maniku meleleh keluar melalui lubang kemaluannya yang berdenyut-denyut menahan kenikmatan. Aku ambil tisue di tepi meja dan kubersihkan air mani yang meleleh itu. Dosen Hanizah hanya memandang sambil melemparkan senyuman mesra ke arahku. Kemaluanku yang masih basah kubiarkan kering sendiri. Aku duduk bersila di atas karpet dengan menghadap arah memandang wajahnya. Kepalaku sejajar dengan kepalanya yang masih terbaring di atas sofa itu.

Aku meremas dan memilin putting payudaranya. Dosen Hanizah membiarkan sambil tangannya membelai rambutku. Terasa seperti suami isteri. “Terima kasih sayang…” bisikku lembut. Dosen Hanizah mengangguk senyum. Agak lama juga kami dalam keadaan itu sambil menantikan tenaga pulih kembali dan sampai jantung berdegup dengan normal. Kemudian Dosen Hanizah bangun dan mencapai pakaiannya pergi ke dalam kamarnya. Jam menunjukkan pukul 11:30 pagi. Hujan masih belum berhenti, tidak ada tanda-tanda mau berhenti. Aku kenakan lagi sarungku, tetapi baju tidak kupakai lagi. Karena masih letih, aku duduk bersandar di sofa mengenang peristiwa tadi. Pikiranku menerawang. Inilah kenikmatan badan, apa yang kuidamkan selama ini akhirnya bisa kudapatkan. Dosen yang selama ini hanya hadir dalam khayalanku saja telah nyata kurasakan. Berasmara dengan Dosen Hanizah adalah impian setiap lelaki yang mengenalnya, dan aku dapat menikmati tubuh yang menggiurkan itu. Jika selama ini kulihat Dosen Hanizah bertudung dan berbaju penuh, hari ini aku melihatnya tanpa pakaian, mengamati tubuhnya yang indah, setiap lekuk badannya, payudaranya dan kemaluannya. Semuanya kualami dengan menikmati pemandangan yang mempesona, malah tidak hanya itu, tetapi juga dapat merasakan kenikmatan yang ada pada tubuh itu.

Aku bahagia. Aku puas, sangat puas dengan apa yang telah kulakukan tadi. Aku tersenyum sendirian. Ketika aku melamun, aku dikejutkan dengan bunyi dentuman petir yang kuat. Aku teringat Dosen Hanizah. Jam sudah menunjukkan 12:00 tengah hari. Rupanya sudah hampir setengah jam aku melamun. Aku bangun dan menuju ke arah kamar Dosen Hanizah. Kuketuk pintu dan terus masuk. Kelihatan dosen Hanizah telah berpakaian tidur sedang menyikat rambutnya. “Ada apa Azlan..?” tanyanya lembut. “Bosen aja diluar sendirian.” jawabku ringkas sambil duduk di tepi ranjang memandang Dosen Hanizah menyisir rambutnya. Dipojok kamar terlihat ranjang kecil yang di dalamnya ada bayi perempuan Dosen Hanizah yang sedang tidur dengan nyenyaknya. Bunyi dentuman petir seperti tidak diperhatikan, dia tidur seperti tidak menghiraukan keadaan sekitarnya. “Terima kasih yah…” kataku. “Terima kasih apa..?” “Yang tadi. Sebab tadi adalah pengalaman yang terindah buat saya.” “Ohhh… tapi jangan kasih tau orang lain.” “Janji.” balasku.

Aku kembali memperhatikannya berdandan. Harum minyak wanginya menusuk hidung ketika Dosen Hanizah menyemprotkan ke badannya. “Kenapa Anda tidak marah..?” “Marah kenapa..?” “Iya.., awalnya Anda melarang, Anda menolak Saya, tapi setelah itu..?” “Setelah itu Saya biarkan..?” sambungnya. “Haaa…” jawabku dan langsung kusambung, “Apa sebabnya..?” “Kalau Saya lawan pun Kamu pasti memaksa, Kamu pasti sangat menginginkan.” “Belum tentu.” jawabku. “Pasti begitu. Saya mana mungkin melawan. Jadi lebih baik Saya biarkan dan berbagi saja denganmu. Kan dua-duanya senang.” jelasnya. “Anda tidak menyesal..?” tanyaku ingin kepastian. “Kalau rela, mana mungkin menyesal, buat apa..?” jelasnya lagi, “Lagian juga Kamu tidak memperkosa Saya, Kamu kan minta baik-baik, Saya jadi memberinya. Ditambah Kamu sudah lihat Saya telanjang. Lain halnya kalau kamu masuk ke rumah Saya, terus menyerang Saya dan perkosa Saya. Kalau itu Saya pasti akan lapor polisi dan Kamu pasti dipenjara.” “Habis, anda kelihatannya mau melapor. Iya nggak..?” tanyaku meyakinkan.

“Lapor..? Buat apa..? Kamu kan bukan masuk dengan cara paksa, Saya yang suruh Kamu masuk. Saya juga yang membiarkan Kamu menyetubuhi Saya.” “Kalau suami Anda tahu..?” “Gimana dia akan tahu..?” tanya Dosen Hanizah. “Ini kan hanya rahasia kita saja kan..?” aku mengangguk. “Jadi, janganlah beritahu orang lain..!” aku angguk lagi tanda paham. Dia menuju ke arah ranjang anaknya sambil membelainya dengan penuh kasih sayang seorang ibu. Kemudian Dosen Hanizah menghampiriku dan duduk di sebelahku. “Wanginya…” sapaku manja. Dosen Hanizah mencubit pahaku dan aku berkata, “Saya mau lagi…” “Mau apa..?” “Yang seperti tadi.” “Tadi kan sudah…” “Tak puas…””Aiii… nggak puas juga..? Suami Saya sekali saja langsung lelah dan tidur, Kamu mau lagi..?” “Soalnya.., peluang seperti ini susah Saya dapatkan.

Lagian tadi Saya tak sempat jilat vagina Anda. Anda pun tak pegang penis Saya. Saya ingin merasakan perempuan pegang penis Saya.” jawabku jujur. “Jilat..? Mau meniru cerita BF yach..?” balasnya tersenyum. Aku mengangguk membalas senyumannya. Kemaluanku kembali menegang, tenagaku sudah pulih. Aku pegang tangan Dosen Hanizah dan meletakkannya di atas batang kemaluanku yang mengeras itu. Dosen Hanizah seperti paham dan meraba batangku yang ada di dalam sarungku. Aku biarkan saja, sedap rasanya. Setelah itu, aku berdiri dan melucuti sarungku. Aku dengan telanjang berdiri di hadapan Dosen Hanizah. Dia hanya tersenyum memandangku. Perlahan-lahan, kemaluanku yang menegang itu dipegangnya, dibelai dan diusap ke atas dan ke bawah. Nikmatnya tak terkira, selalu jari sendiri yang berbuat, tapi hari ini jari jemari lembut seorang wanita cantik yang melakukannya. Aku mendesis karena nikmatnya.

Aku berharap Dosen Hanizah akan menghisap dan mengulum batang kejantananku. Memang Dosen Hanizah sudah tahu keinginanku. Diciumnya ujung batang kemaluan aku, dan ujung lidahnya dimainkan di lubang kepala kejantananku. Aku terasa ngilu, tapi sedap. Perlahan-lahan Dosen Hanizah membuka mulut dan memasukkan batang kemaluanku ke dalam mulutnya. Terasa kehangatan air liurnya membasahi batang yang setengahnya berada di dalam mulutnya. Dihisapnya penisku, dikulumnya ke atas dan ke bawah. Terasa seperti tercabut ketika itu. Kupegang dan remas rambutnya yang baru disisir tadi. Aku dorong batang kemaluanku jauh ke dalam mulutnya, terasa ujung kejantananku terkena dasar tenggorokannya. Dosen Hanizah menghisap sampai ke pangkal sambil tangannya meremas-remas telur zakarku. Di saat itu, aku rasakan kenikmatan yang lain dari yang tadi. Kubiarkan Dosen Hanizah menghisap semaunya, kubiarkan dia menjilat seluruh batang kemaluanku, telurku. Sengaja kubiarkan sebab sangat nikmat rasanya. Setelah itu, aku pegang bahunya. Dia berdiri memandang dengan penuh kesayuan. Aku pegang dan belai rambut yang terurai di bahu.

Perlahan-lahan kulepaskan baju tidurnya ke bawah, dia tidak memakai pakaian dalam. Terlihatlah tubuh Dosen Hanizah yang bertelanjang di hadapanku. Aku lingkarkan tangan di pinggang dan mulai mendekapnya lembut. Kami berpelukan dan bertautan bibir sambil jari-jariku meraba dan menggosok seluruh badan. Sekarang baru aku bisa merangkul tubuh yang kecil molek dengan pinggang yang ramping iti sepuas-puasnya. Pinggangnya kecil tapi sangat proposional. Kudekap dan kuremas punggungnya sambil menggesek-gesekkan batang kejantananku ke perutnya. Sungguh nikmat dapat berpelukan sambil berdiri. Aku baringkan dia di atas ranjang sambil terus memberikan kecupan demi kecupan. Kali ini aku tidak berlama-lama mencium payudaranya sebab sasaran muluku adalah ke liang kenikmatannya. Aku turunkan ciumanku ke bawah, kemaluannya masih kering. Aku terus mencium kemaluannya itu dengan lembut. Terangkat punggungnya menahan kenikmatan itu. Bibir kemaluannya kujilat, kujulurkan lidah dan menusuk ke dalam lubangnya. Dia mendesis keenakan sambil menggeliat manja. Biji kelentitnya kuhisap, kujilat semaunya.

Vagina Dosen Hanizah mulai basah, aku tak peduli, aku terus jilat dan hisap sambil tanganku meremas-remas puting payudaranya. Tiba-tiba, saat menikmati sedapnya menjilat, Dosen Hanizah meraung dengan tubuhnya terangkat. Serentak dengan itu, habis mulutku dibasahi dengan simbahan air dari dalam liang kewanitaannya. Ada yang masuk ke dalam mulutku sedikit, rasanya agak payau dan sedikit asin. Aku berhenti dan mengelapkan mulutku yang basah karena air maninya. Rupanya Dosen Hanizah klimaks. Aku mainkan dengan jari saja lubang vagina itu. Entah karena apa, timbul nafsu untuk menjilat air maninya lagi. Aku kembali membenamkam wajahku dan mulai menjilat lembah yang basah berair itu. Lama-lama rasanya menjadi sedap, habis kujilat, kuhisap vaginanya. Dosen Hanizah hanya merintih manja sambil meliukkan tubuhnya. Ketika aku menghisap kelentitnya, kumainkan lubang kenikmatannya dengan jari. Tiba-tiba, sekali lagi dia terkejang kepuasan, dan kedua kali jugalah air maninya menerjah ke dalam mulutku. Dengan mulut yang basah karena air maninya, kucium mulut dia. Air maninya bercampur dengan air liurnya apabila aku membiarkan lidahku dihisap. Dosen Hanizah menjilat air maninya sendiri tanpa mengetahuinya.

Ketika sudah habis air mani di mulutku karena disedotnya, aku mulai menghentikan pemanasan. Tubuhnya kutindih, dengan sauh dihalakan ke lubuk yang dalam dan dilepaskan layar, maka jatuhlah sauh ke dalam lubuk yang selama ini hanya dilabuhkan oleh sebuah kapal dan seorang nakhoda saja. Kini kapal lain datang bersama nahkoda muda yang terpaksa berhempas pulas melawan badai mengarungi lautan birahi untuk sampai di pulau impian bersama-sama. Perjuangan kali ini lebih lama, dan melelahkan kerena masing-masing tidak mau mengalah duluan. Berbagai aksi dilakukan untuk sampai ke puncak kejayaan. Tubuh Dosen Hanizah kusetubuhi dalam berbagai posisi, dia juga memberikan kerjasama yang baik kepadaku dalam menempuh gelombang. Akhirnya, setelah berhempas pulas, kami tiba juga di pulau impian dengan kejayaan bersama, serentak dengan terjahan padu air hikmat serta jeritan manja, si puteri meraung kepuasan. Kami terdampar keletihan setelah penat belayar. Terkulai Dosen Hanizah di dalam dekapanku. Kali ini lebih romantis, sebab kami berbuat di atas ranjang dengan kasur yang empuk. Banyak posisi dan gaya yang telah kami lakukan.

Kami telentang kelelahan, dengan peluh memercik membasahi tubuh dan wajah kami. Air maniku meleleh keluar kedua kalinya dari lubang yang sama. Dosen Hanizah mendekap badanku sambil jarinya membelai kemaluanku yang terkulai basah itu. Dimainkannya seperti bayi mendapatkan boneka. Kubiarkan sambil mengecup dahinya tanda terima kasih. Kami tidak bersuara karena sangat letih. Saat itu sempat juga aku mengalihkan pandangan ke arah tempat tidur anaknya, kelihatan masih terlena dibuai mimpi. Aku risau juga, takut dia terbangun kerena jeritan dan raungan kepuasan ibunya yang berhempas pulas melawan badai samudera bersama nakhoda muda yang tidak dikenalinya. Tubuh kami terasa tidak bernyawa, rasanya untuk mengangkat kaki pun tidak kuat. Lemah segala sendi dan urat dalam badan. Hanya suara rintihan manja saja yang mampu dikeluarkan dari pita suara kami dalam kedinginan akibat hujan yang masih turun lebat. “Terima kasih ya…” aku mengecup dahinya, dia tersenyum. Kepuasan nampak terpancar di wajahnya. “Kamu benar-benar hebat…” sahutnya. “Hebat apa..?” “Iya lah, dua kali dalam sejam.” “First time.” balasku ringkas. “Belum pernah Saya merasa puas seperti ini.” jelasnya jujur. “Belum pernah..?” tanyaku keheranan.

Dia mengangguk perlahan, “Saya tidak pernah orgasme lebih dulu.” “Suami Anda melakukan apa saja..?” “Dia hanya memasukkannya sampai Dia keluar…” sambungnya. “Bila sudah keluar, dia letih, terus tertidur. Saya sudah tidak terangsang lagi saat itu.” “Kenapa Anda tidak memintanya..?” saranku. “Kalau sudah keluar, Dia tidak terangsang lagi.” “Dalam seminggu berapa kali Anda berbuat..?” tanyaku mengorek rahasia mereka. “Sekali, kadang-kadang tidak dapat sama sekali dalam seminggu itu…” “Kenapa..?” “Dia pulangnya terlalu malam, jadi sudah letih. Tidak nafsu lagi untuk bersetubuh.” “Ohhh…” aku menganguk seakan memahami. “Kapan terakhir Anda melakukannya..?” pancingku lagi. “Ehh, dua minggu yang lalu.” jawabnya yakin. “Sudah dua minggu Anda tidak mendapatkannya..?” sambungku terkejut, Dosen Hanizah hanya menganggukkan kepala mengiyakannya. “Jelas Dosen Hanizah tidak marah besar ketika aku mulai menjamah tubuhnya.” dalam hatiku, “Dia mengidamkan juga rupanya…” Hampir setengah jam kami berbicara dalam keadaan berpelukan dan bertelanjang di atas ranjang itu. Segala hal mengenai masalah rumah tangganya kutanya dan dijawabnya dengan jujur. Semua hal yang berkaitan diceritakannya, termasuk jeritan batinnya yang rindu akan belaian dari suami yang tidak pernah benar-benar dinikmatinya. Suaminya terlalu sibuk dengan kerjanya hingga mengabaikan nafkah batin si isteri. Memang bodoh suami Dosen Hanizah, sebab tidak menggunakan sepenuhnya tubuh yang menjadi idaman setiap lelaki yang memandang itu.

Nasibku baik, sebab dapat menikmati tubuh itu dan sekaligus membantu menyelesaikan masalah kepuasan batinnya. Aku semakin bangga apabila dengan jujur Dosen Hanizah mengakui bahwa aku telah berhasil memberikan kepuasan kepada dirinya, batinnya kini tidak lagi bergejolak. Raungannya kini tidak lagi tidak dipenuhi, Dosen Hanizah sudah dapat apa yang diinginkan batinnya selama ini, walaupun bukan berasal dari suaminya sendiri, tetapi dengan anak muridnya, yang lebih muda 10 tahun tetapi gagah seperti berusia 30 tahun. Desiran hujan semakin berkurang, rintiknya semakin perlahan, menunjukkan tanda-tanda hendak berhenti. Kami bangun dan melihat ke luar jendela. Seperti disuruh, Dosen Hanizah mengenakan kembali pakaian tidurnya lalu terus ke dapur. Aku menanti di kamar itu. Tak lama kemudian, dia masuk dan menyerahkan pakaianku yang hampir kering. Setelah mengenakan pakaian, aku ke ruang tamu dan minta diri untuk pulang karena terlihat hujan sudah berhenti. Dosen Hanizah mengiringi aku ke pintu. Sekali lagi aku mengucapkan terima kasih atas segala layanannya. Dosen Hanizah juga berterima kasih kerena telah membantunya. Aku ambil sepedaku, lalu membuka pintu pagar dan terus mengayuh menuju ke rumah.

Tidak terlihat Dosen Hanizah di halaman rumah, maklumlah hujan, lagi pula sekarang waktunya makan siang. Setibanya di rumah, aku mandi. Di kamar, terlihat dengan jelas bekas gigitan di leherku. Ah, gawat bisa malu aku nanti. Aku berniat kalau tidak hilang sampai besok, aku pasti tidak akan ke sekolah. Keesokan harinya, tidak terlihat bekas gigitan pada leherku. Aku ke sekolah seperti biasa bersama adik-adikku yang lain. Mereka perempuan, jadi tidak satu sekolah denganku. Di sekolah, bila bertemu dengan Dosen Hanizah yang berbaju kurung bertudung kepala, aku tersenyum dan mengucapkan selamat, seperti tidak ada sesuatu di antara kami. Dosen Hanizah pun bertingkah biasa saja, walaupun di hati kami masing-masing tahu apa yang telah terjadi sewaktu hujan lebat kemarin. Di dalam kelas, dia mengajar seperti biasa. Aku pun tidak macam-macam, takut nanti teringat dan menginkannya di kelas. Selama sebulan lebih setelah kejadian itu, kami masih bersandiwara seakan-akan tidak pernah terjadi apa-apa di antara kami. Tidak pernah bercerita tentang hal itu. Kalau kami bertemu pun, hanyalah berkisar masalah pelajaran. Aku yang baru pertama kali mendapatkannya, sudah merasa ketagihan.

Terasa ingin lagi menjamah tubuh perempuan, sudah tak kuat nafsuku ditahan. Pada suatu hari, kalau tidak salah hari Selasa, aku berjumpa dengannya di ruang guru. Waktu itu, ruang guru sedang kosong, aku memberanikan diri meminta keinginanku untuk menjamah kenikmatan tubuhnya. Pada awalnya Dosen Hanizah agak keberatan, tetapi setelah mendesak dan membujuknya, dia mulai lembut. Dosen Hanizah setuju, tapi dia akan beritahu aku bila saatnya memungkinkan. Aku minta padanya kalau bisa dalam waktu dekat ini karena aku sudah tak tahan lagi. Kalau keadaan aman, dia akan memberitahuku katanya. Aku gembira dengan penjelasan itu. Tiga hari setelah itu, Dosen Hanizah memanggilku ke ruang guru. Dia memintaku ke rumahnya malam Senin. Dia memberitahu bahwa suaminya akan keluar kota ke Johor selama dua hari. Aku janji akan datang. Aku setuju, tapi bagaimana caraku untuk bilang pada orang tuaku kalau aku akan bermalam di luar.

Aku ijin untuk menginap di rumah teman dengan alasan belajar bersama dan terus ke sekolah besoknya. Mereka mengijinkan. Tiba malam yang dijanjikan, kurang lebih pukul 8:00, aku tiba. Dosen Hanizah menyambutku dengan senyuman. Anaknya yang bermain-main dengan permainannya terhenti melihatku masuk. Setelah melihatku, dia kembali bermain lagi. Nasib baik karena anak Dosen Hanizah masih kecil jadi masih belum mengerti apa-apa. Malam itu, kami tidur bersama di kamar seperti sepasang suami isteri. Persetubuhan kami malam itu memang menarik, seperti sudah lama tidak merasanya. Aku melepaskan rinduku ke seluruh bagian tubuhnya. Dosen Hanizah kini tidak lagi malu-malu meminta dipenuhi keinginannya jika lagi nafsu. Kalau tidak salah, malam itu kami bermain sampai 4 kali. Yang terakhir kali sudah sampai dini hari, dan kami tertidur. Bangun-bangun sudah pukul 8:00 lebih ketika anaknya menangis. Kami sudah terlambat ke sekolah, Dosen Hanizah menelpon dan mengatakan kalau dia sakit. Aku pun sudah malas untuk ke sekolah. Setelah menenangkan anaknya dengan memberikan susu, dia menidurkan kembali anaknya.

Kami bersarapan dengan makanan yang disediakannya. Kemudian, kami mandi bersama, bertelanjang dan bersenggama di dalam kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku minta dia untuk menerima seluruh air maniku ke dalam mulutnya. Dosen Hanizah setuju, setelah puas, batang kejantananku menyusuri lembah, di saat mau melepaskan puncak kenikmatanku, aku minta Dosen Hanizah duduk dan aku arahkan senjataku ke sasaran, dan terus menembak ke mulutnya yang terbuka lebar. Penuh mulut Dosen Hanizah dengan air maniku. Ada beberapa tetes yang tertelan, yang lain dimuntahkannya kembali. Aku mengarahkan batang kejantananku masuk ke dalam mulutnya, dia terpaksa menerima dan mulai menghisap batang kejantananku yang masih berlinang dengan sisa air mani yang ada. Kami terus mandi dan membersihkan badan. Anaknya telah lama tertidur, kami berdua beristirahat di ruang tamu sambil mendengar radio. Kami berbincang tentang hal peribadi masing-masing. Sesekali Nescafe panas yang dihidangkan oleh Dosen Hanizah kuhirup. Aku memberitahu padanya kalau aku tak pernah punya cewek kalau ditanya orang lain, dan aku juga merasa bangga kerena dapat merasakan nikmatnya hubungan antara lelaki dan perempuan lebih awal. Sambil berbicara, aku mengusap dan meremas lembut buah dada dosenku yang berada di sebelah.

Aku juga bertanya tentang suaminya, adakah dia tahu atau merasa ada perubahan sewaktu berasmara bersama. Dosen Hanizah menjelaskan bahwa dia berbuat seperti biasanya, waktu berasmara pun seperti biasa. Dosen Hanizah tidak pernah menghisap kemaluan suaminya sebab suaminya tidak mau, begitu juga kemaluannya tidak pernah dijilat. Jadi, akulah orang pertama menjilat kemaluannya dan kemaluan akulah yang pertama masuk ke dalam mulut Dosen Hanizah. Dosen Hanizah bilang suaminya merasa jijik apabila kemaluannya dijilat, dihisap dan dimainkan dengan mulut. Karena itulah, Dosen Hanizah tidak keberatan mengulum kemaluanku karena memang diiginkannya. Kami ketawa kecil mengenangkan aksi-aksi gairah yang pernah kami lakukan. Jam menunjukkan pukul 10:00 lebih. Dosen Hanizah bangun menuju ke kamarnya, aku mengekori. Di kamar, dia melihat keadaan anaknya yang sedang pulas. Perlahan-lahan aku memeluknya dari belakang. Tanganku, kulingkarkan ke pinggangnya yang ramping sambil mulut mengecup lembut lehernya.

Sesekali tanganku meremas buah dadanya yang kian menegang. Aku memalingkan tubuhnya, kami berdakapan sambil berkecupan bibir. Tubuhnya kubaringkan ke atas ranjang sambil mengulum bibirnya dengan mesra. Pakaiannya kulepaskan, begitu juga dengan pakaianku. Mudah dilepaskan karena memang kami masing-masing sudah merencanakannya. Entah berapa kali mulutku penuh dengan air maninya sebelum kemaluanku menerobos liang keramat itu. Kali ini aksi kami semakin ganas. Tubuhnya yang kecil itu kutindih semaunya. Akhirnya, muntahan cairan kentalku tidak dilepaskan di dalam, tetapi di mulutnya. Air maniku memenuhi mulutnya ketika kumuntahkan di situ. Dia menerimanya dengan rela sambil menjilat-jilat sisanya yang meleleh keluar, sambil batang kemaluanku dikulumnya untuk menjilati sisa-sisa yang masih ada. Aku tersenyum melihat lidahnya yang menjilat-jilat itu seperti mendapatkan suatu makanan yang lezat. Dia juga ikut tersenyum melihatku. Setelah habis ditelannya. Aku mulai memakai kembali pakaianku. Dosen Hanizah duduk bersandar, masih bertelanjang. “Sedap..?” tanyaku sambil menjilat bibir. Dosen Hanizah mengangguk paham. Dia kemudian mengenakan pakaian tidurnya lalu menemaniku hingga ke pintu. Setelah selesai, aku minta diri untuk pulang ke rumah, takut nanti bohongku ketahuan. Dia melepasku dengan berat hati. Aku pulang, orang tuaku tidak ada, yang ada hanya pembantu.

Aku memberitahu mareka kalau aku sakit dan terus ke kamar untuk tidur. Begitulah kisahku berasmara dengan dosen matematikaku yang hingga kini masih menjadi kenangan, walaupun sudah 10 tahun lebih aku meninggalkan sekolah dan negeri itu untuk berkerja di Kuala Lumpur. Waktu aku tingkat 6, Dosen Hanizah pindah ke Johor. Selama itu, banyak sekali kami melakukan hubungan seks. Sebelum berpindah, Dosen Hanizah mengandung, aku sempat juga tanya anak siapa, dia tidak menjawab tapi tersenyum memandangku. Aku mengerti, itu adalah hasil dari benih yang kutaburkan berkali-kali. Setelah itu, aku tak pernah bertemu atau mendengar kisahnya. Aku mendapat kabar angin kalau Dosen Hanizah kini mengajar di Kuala Lumpur. Kalau betul, aku mau coba mencari walaupun kini usianya kurang lebih 43 tahun. Sampai sekarang aku masih belum menemuinya, tetapi sebelum Hari Raya tahun 2000, aku melihat Dosen Hanizah di Mid Valley Shopping Centre sedang belanja dengan anak-anaknya.

Lihat Juga :

Cerita Dewasa – Pengalaman Di Panti Pijat


Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun

$
0
0

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun – Lia adalah yang tergolong imut dan manis untuk gadis seusianya. Entah kenapa, aku ingin sekali bersetubuh dengan Lia, aku ingin menikmati rasanya lubang kelamin Lia, yang kubayangkan pastilah masih sangat sempit. Ahhh.. nafsuku kian membara karena memikirkan hal itu. Aku mencoba mencari akal, bagaimana caranya agar keperawanan Lia bisa kudapatkan dan kurasakan. Kutunggu saja waktu tepatnya dengan sabar.

Tidak terasa, selesailah film panas yang sedang kami tonton. Suara Lia akhirnya memecahkan keheningan.
“Oom, tuh tititnya berdiri lagi”. kata Lia sambil menunjuk ke arah batang kemaluanku yang memang sedang tegang.

“Iya nih Lia, tapi biarin saja deh, gimana dengan filmnya?” jawabku santai.
“Bagus kok Oom, persis seperti apa yang papa dan mama lakukan, dan Lia ada beberapa pertanyaan buat Oom nih”. Lia sepertinya ingin menanyakan sesuatu.
“Pertanyaannya apa?” tanyaku.
“Kenapa sih, kalo olahraga gituan harus masukin titit ke apa tuh, Lia ngga ngerti?” tanya Lia.
“Oh itu.., itu namanya titit dimasukkan ke lubang kencing atau disebut juga lubang memek, pasti papa Lia juga melakukan hal itu ke mama kan?” jawabku menerangkan.
“Iya benar Oom, papa pasti masukin tititnya ke lubang yang ada pada memek mama”. Lia membenarkan jawabanku.
“Itulah seninya olahraga beginian Lia, bisa dilakukan sendiri, bisa juga dilakukan berdua, olahraga ini khusus untuk dewasa”. kataku memberi penjelasan ke Lia.
“Lia sudah boleh ngga Oom.. melakukan olahraga seperti itu?” tanya Lia lagi.
Ouw.. inilah yang aku tunggu.. dasar rejeki.. selalu saja datang sendiri.
“Boleh sih, dengan satu syarat jangan bilang sama mama dan papa”. jelasku.

Terang saja aku membolehkan, sebab itulah yang kuharapkan.
“Lia harus tahu, jika Lia melakukan olahraga beginian akan merasa lelah sekali tetapi juga akan merasakan enak”. tambahku.
“Masa sih Oom? Tapi kayaknya ada benarnya juga sih, Lia lihat sendiri mama juga sepertinya merasa lelah tapi juga merasa keenakan, sampai menjerit-jerit lho Oom, malahan kadang seperti mau nangis.”
Lia yang polos rupanya sudah mulai tertarik dan sepertinya ingin tahu bagaimana rasanya.
“Emang gitu kok. Ee, mumpung masih siang nich, mama Lia juga masih lama pulangnya, kalo Lia memang ingin olahraga beginian, sekarang saja gimana?” aku sudah tidak sabar ingin melihat pesona kemaluannya Lia, pastilah luar biasa.
“Ayolah!” Lia mengiyakan.

Memang rasa ingin tahu anak gadis seusia Lia sangatlah besar. Ini adalah hal baru bagi Lia. Segera saja kusiapkan segala sesuatunya di otakku. Aku ingin Lia merasakan apa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. Kaos singlet yang menempel di tubuhku telah kulepas. Aku sudah telanjang bulat dengan batang kejantananku mengacung-ngacung keras dan tegang. Baru pernah seumur hidupku, aku telanjang di hadapan seorang gadis belia berumur 12 tahun. Lia hanya tersenyum-senyum memandangi batang kemaluanku yang berdiri dengan megahnya. Mungkin karena kebiasaan melihat papa dan mamanya telanjang bulat, sehingga melihatku telanjang bulat merupakan hal yang tidak aneh lagi bagi Lia.

Kusuruh Lia untuk membuka seluruh pakaiannya. Awalnya Lia protes, tetapi setelah kuberitahu dan kucontohkan kenapa mama Lia telanjang bulat, dan kenapa ceweknya Tarzan juga telanjang bulat, sebab memang sudah begitu seharusnya. Akhirnya Lia mau melepas pakaiannya satu persatu. Aku melihat Lia melepaskan pakaiannya dengan mata tidak berkedip.

Pertama sekali, lepaslah pakaian sekolah yang dikenakannya, lalu rok biru dilepaskan juga. Sekarang Lia tinggal mengenakan kaos dalam dan celana dalam saja. Di balik kaos dalamnya yang cukup tebal itu, aku sudah melihat dua benjolan kecil yang mencuat, pastilah puting susunya Lia yang baru tumbuh. Baru saja aku berpikiran seperti itu, Lia sudah membuka kaos dalamnya itu dan seperti apa yang kubayangkan, puting susu Lia yang masih kuncup, membenjol terlihat dengan jelas di kedua mataku. Puting susu itu begitu indahnya. Lain sekali dengan yang biasa kulihat dan kurasakan dari wanita malam langgananku, rata-rata puting susu mereka sudah merekah dan matang, sedangkan ini, aku hanya bisa menelan ludah.

Payudara Lia memang belum nampak, sebab karena faktor usia. Akan tetapi puting susunya sudah mulai menampakkan hasilnya. Membenjol cukup besar dan mencuat menantang untuk dinikmati. Warna puting susu Lia coklat kemerahan, aku melihat puting susu itu menegang tanpa Lia menyadarinya. Lalu Lia melepaskan juga celana dalamnya. Kembali aku dibuatnya sangat bernafsu, kemaluan Lia masih berupa garis lurus, seperti kebanyakan milik anak-anak gadis yang sering kulihat mandi di sungai. Vagina yang belum ditumbuhi bulu rambut satu pun, masih gundul. Aku sungguh-sungguh melihat pemandangan yang menakjubkan ini. Terbengong-bengong aku dibuatnya.

“Oom, udah semua nih, udah siap nih Oom.”
Aku tersentak dari lamunan begitu mendengar Lia berbicara.
“Oke, sekarang dimulai yaaa?” Kuberi tanda ke Lia supaya tiduran di sofa.
Pertama sekali aku meminta ijin ke Lia untuk menciuminya, Lia mengijinkan, rupanya karena sangat ingin atau karena Lia memang sudah mulai menuruti nafsunya sendiri, aku kurang tahu. Yang penting bagiku, aku merasakan liang perawannya dan menyetubuhinya siang ini. Aku ciumi kening, pipi, hidung, bibir dan lehernya. Kupagut dengan mesra sekali. Kubuat seromantis mungkin. Lia hanya diam seribu bahasa, menikmati sekali apa yang kulakukan kepadanya.

Setelah puas aku menciuminya,
“Lia, boleh ngga Oom netek ke Lia?” tanyaku meminta.
“Tapi Oom, tetek Lia kan belon sebesar seperti punya mama.” kata Lia sedikit protes.
“Ngga apa-apa kok Lia, tetek segini malahan lebih enak.” kilahku meyakinkan Lia.
“Ya deh, terserah Oom saja, asalkan ngga sakit aja.” jawab Lia akhirnya memperbolehkan.
“Dijamin deh ngga sakit, malahan Lia akan merasakan enak dan nikmat yang tiada tara.” jawabku lagi.

Segera saja kuciumi puting susu Lia yang kiri, Lia merasa geli dan menggelinjang-gelinjang keenakan, aku merasakan puting susu Lia mulai mengalami penegangan total. Selanjutnya, aku hisap kedua puting susu tersebut bergantian. Lia melenguh menahan geli dan nikmat, aku terus menyusu dengan rakusnya, kusedot sekuat-kuatnya, kutarik-tarik, sedangkan puting susu yang satunya lagi kupelintir-pelintir.
“Oom, kok enak banget nihhh oohhh enakkk” desah Lia keenakan.
Lia terus merancau keenakan, aku sangat senang sekali.

Setelah sekian lama aku menyusu, aku lepaskan puting susu tersebut. Puting susu itu sudah memerah dan sangat tegangnya. Lia sudah merasa mabuk oleh kenikmatan. Aku bimbing tangannya ke batang kemaluanku.
“Lia, kocok dong tititnya Oom Agus”. aku meminta Lia untuk mengocok batang kemaluanku.
Lia mematuhi apa yang kuminta, mengocok-ngocok dengan tidak beraturan. Aku memakluminya, karena Lia masih amatir, sampai akhirnya aku justru merasa sakit sendiri dengan kocokan Lia tersebut, maka kuminta Lia untuk menghentikannya.

Selanjutnya, kuminta Lia untuk mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, tanpa bertanya Lia langsung saja mengangkangkan kedua kakinya lebar-lebar, aku terpana sesaat melihat vagina Lia yang merekah. Tadinya kemaluan itu hanya semacam garis lurus, sekarang di hadapanku terlihat dengan jelas, buah klitoris kecil Lia yang sebesar kacang kedelai, vaginanya merah tanpa ditumbuhi rambut sedikit pun, dan yang terutama, lubang kemaluan Lia yang masih sangat sempitnya. Jika kuukur, hanya seukuran jari kelingking lubangnya.

Aku lakukan sex dengan mulut, kuciumi dan hisap kemaluan Lia dengan lembut, Lia kembali melenguh. Lenguhan yang sangat erotis. Meram melek kulihat mata Lia menahan enaknya hisapanku di kemaluannya. Kusedot klitorisnya. Lia menjerit kecil keenakan, sampai tidak berapa lama.
“Oom, enak banget sih, Lia senang sekali, terussinnn” pinta Lia.
Aku meneruskan menghisap-hisap vagina Lia, dan Lia semakin mendesah tidak karuan. Aku yakin Lia hampir mencapai puncak orgasme pertamanya selama hidup.
“Oommm ssshhh Lia mau pipis nich..” Lia merasakan ada sesuatu yang mendesak ingin keluar, seperti ingin kencing.
“Tahan dikit Lia tahan yaaa sambil aku terus menjilati, dan menghisap-hisap kemaluannya.”
“Udah ngga tahan nich Oommm aahhh” Tubuh Lia mengejang.

Tangan Lia berpegangan ke sofa dengan erat sekali, kakinya menjepit kepalaku yang masih berada di antara selangkangannya. Lia ternyata sudah sampai pada klimaks orgasme pertamanya. Aku senang sekali, kulihat dari bibir lubang perawannya merembes keluar cairan cukup banyak. Itulah cairan mani nikmatnya Lia.
“Oohhh Oom Agus Lia merasa lemes dan enak sekali apa sih yang barusan Lia alami, Oom?” tanya Lia antara sadar dan tidak.
“Itulah puncaknya Lia.., Lia telah mencapainya, pingin lagi ngga?” tanyaku.
“Iya.. iya.. pingin Oom” jawabnya langsung.

Aku merasakan kalau Lia ingin merasakannya lagi. Aku tidak langsung mengiyakan, kusuruh Lia istirahat sebentar, kuambilkan semacam obat dari dompetku, obat dopping dan kusuruh Lia untuk meminumnya. Karena sebentar lagi, aku akan menembus lubang perwannya yang sempit itu, jadi aku ingin Lia dalam keadaan segar bugar. Tidak berapa lama, Lia kulihat telah kembali fit.

“Lia tadi Lia sudah mencapai puncak pertama, dan masih ada satu puncak lagi, Lia ingin mencapainya lagi kan..?” bujukku.
“Iya Oom, mau dong” Lia mengiyakan sambil manggut-manggut.
“Ini nanti bukan puncak Lia saja, tetapi juga puncak Oom Agus, ini finalnya Lia” kataku lagi menjelaskan.
“Final?” Lia mengernyitkan dahinya karena tidak paham maksudku.
“Iya, final.., Oom ingin memasukan titit Oom ke lubang memek Lia, Oom jamin Lia akan merasakan sesuatu yang lebih enak lagi dibandingkan yang tadi.” akhirnya aku katakan final yang aku maksudkan.
“Ooh ya, tapi.. Oom.. apa titit Oom bisa masuk tuh? Lubang memek Lia kan sempit begini sedangkan tititnya Oom.. gede banget gitu” Lia sambil menunjuk lubang nikmatnya.
“Pelan-pelan dong, ntar pasti bisa masuk kok.. cobain ya..?” pintaku lagi.
“Iya deh Oom” Lia secara otomatis telah mengangkangkan kakinya selebar-lebarnya.

Kuarahkan kepala kemaluanku ke lubang vagina Lia yang masih super sempit tersebut. Begitu menyentuh lubang nikmatnya, aku merasa seperti ada yang menggigit dan menyedot kepala kemaluanku, memang sangat sulit untuk memasukkannya. Sebenarnya bisa saja kupaksakan, tetapi aku tidak ingin Lia merasakan kesakitan. Kutekan sedikit demi sedikit, kepala kemaluanku bisa masuk, Lia mengaduh dan menjerit karena merasa perih. Aku menyuruhnya menahan.

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

Cerita Dewasa Mesum Dengan Dosen

 

 

Efek dari obat dopping itu tadi adalah untuk sedikit meredam rasa perih, selanjutnya kutekan kuat-kuat. Blusss Lia menjerit cukup keras,
“Ooommm tititnya sudaaahhh masuk kkaahhh?”
“Udah sayang tahan ya” kataku sambil mengelus-ngelus rambut Lia.
Aku mundurkan batang kemaluanku. Karena sangat sempitnya, ternyata bibir kemaluan Lia ikut menggembung karena tertarik. Kumajukan lagi, kemudian mundur lagi perlahan tetapi pasti.

Beberapa waktu, Lia pun sepertinya sudah merasakan enak. Setelah cairan mani Lia yang ada di lubang perawannya semakin membanjir, maka lubang kenikmatan itu sudah sedikit merekah. Aku menggenjot maju mundur dengan cepat.
“Ahhh.. inikah kemaluan perawan gadis imut. Enak sekali ternyata.”  Hisapannya memang tiada duanya.

Aku merasa keringat telah membasahi tubuhku, kulihat juga keringat Lia pun sudah sedemikian banyaknya. Sambil kuterus berpacu, puting susu Lia kumainkan, kupelintir-pelintir dengan gemas, bibir Lia aku pagut, kumainkan lidahku dengan lidahnya. Aku merasakan Lia sudah keluar beberapa kali, sebab aku merasa kepala batang kemaluanku seperti tersiram oleh cairan hangat beberapa kali dari dalam lubang surga Lia.

Aku ganti posisi. Jika tadi aku yang di atas dan Lia yang di bawah, sekarang berbalik, aku yang di bawah dan Lia yang di atas. Lia seperti kesetanan, bagaikan cowboy menunggang kuda, oh enak sekali rasanya di batang kemaluanku. Naik turun di dalam lubang surga Lia.

Sekian lama waktu berlalu, aku merasa puncak orgasmeku sudah dekat. Kubalik lagi posisinya, aku di atas dan Lia di bawah, kupercepat gerakan maju mundurku. Lalu aku peluk erat sekali tubuh kecil dalam dekapanku, kubenamkan seluruh batang kemaluanku. Aku menegang hebat. Crruttt crruttt Cairan maniku keluar banyak sekali di dalam lubang kemaluan Lia, sedangkan Lia sudah merasakan kelelahan yang amat sangat.

Aku cabut batang kemaluanku yang masih tegang dari lubang kemaluan Lia. Lia kubiarkan terbaring di sofa. Tanpa terasa, Lia langsung tertidur, aku bersihkan lubang kelaminnya dari cairan mani yang perlahan merembes keluar, kukenakan kembali semua pakaiannya, lalu kubopong gadis kecilku itu ke kamarnya. Aku rebahkan tubuh mungil yang terkulai lelah dan sedang tertidur di tempat tidurnya sendiri, kemudian kucium keningnya. Terima kasih Lia atas kenikmatannya tadi. Malam pun tiba.

Keesokan harinya, Lia mengeluh karena masih merasa perih di vaginanya, untungnya Tante Linda tidak tahu. Hari berlalu terus. Sering kali aku melakukan olahraga senggama dengan Lia, tentunya tanpa sepengetahuan Oom Joko dan Tante Linda.

Tamat

Cerita Dewasa Berawal dari Mengintip

$
0
0

Cerita Dewasa Berawal dari Mengintip – Namaku Agus, saat ini aku berusia 25 tahun dan sedang kuliah MBA di London. Aku hampir tiap minggu berkunjung ke 17Tahun.com dan sangat tertarik untuk menceritakan pengalamanku. Pertama-tama, untuk perkenalan, aku akan menceritakan pengalamanku waktu kuliah di Bandung. Kalau banyak peminat, aku akan menceritakan pengalamanku sewaktu kerja di Jakarta, dan kuliah di London. Tapi tentunya akan panjang sekali dan aku akan menceritakannya dalam beberapa episode.

Kisah nyata ini terjadi di tahun 1993, ketika aku baru lulus dari SMA dan diterima di salah satu perguruan tinggi negeri di kota Bandung. Saat itu aku masih sangat polos dan belum berpengalaman di dunia esek-esek. Perlu pembaca ketahui, aku orangnya alim, pendiam, dan kutu buku. Tinggi badanku sekitar 175 cm dan berat badan saya 60 kg. Sedikit kurus memang, tapi mengenai tampang dijamin oke punya. Pokoknya aku tidak pernah kesulitan mendekati cewek sewaktu SMA.

Kost pertamaku berlokasi di Jln. Cihampelas yang merupakan bangunan tua (dekat BUN, sekarang sudah menjadi kompleks Perumka). Walaupun bangunan tua, namun aku sangat menyukai kost tersebut karena bentuk bangunannya yang terbuka dan tidak berbentuk rumah tinggal. Kost-nya terdiri dari kamar-kamar yang berderet. Tiap kamar mempunyai kamar mandi sendiri-sendiri. Yang istimewa di kost ini adalah kebebasannya. Pemilik kost tersebut jarang datang dan anak kost bisa melakukan apa saja di kost tersebut. Tapi berhubung Bandung adalah kota pelajar, hampir semua anak kost di sana adalah mahasiswa.

Kamarku berada di pojok, dan tetanggaku adalah seorang cewek manis yang berasal dari Jakarta. Dia adalah mahasiswi tingkat akhir di jurusan Sastra Inggris yang dulu kampusnya berada di Jln. Cihampelas. Namanya Santi. Aku ingat waktu pertama kali bertemu dengannya, dia selesai mandi dan kelihatan segar sekali. Aku sudah langsung tertarik dan ngaceng (maklum masih perjaka ting-ting dan nafsuku memang besar sekali). Tapi aku yakin tiap cowok normal pasti akan ngaceng jika melihat bentuk tubuh Santi yang sangat indah. Payudaranya tidak terlalu besar (mungkin ukurannya cuma 32) tapi mancungnya minta ampun. Dan tambahan lagi pinggulnya yang menjulang seakan menantang tiap cowok untuk menyentuh dan meremasnya. Tapi aku paling suka pada matanya, sangat bulat, polos dan begitu jernih. Dan hidungnya, bagus sekali.

Santi sebenarnya sudah mempunyai seorang pacar, yang saat itu sedang kerja di Jakarta. Rencananya sih mereka mau married tahun depan. Karena sibuk, cowoknya cuma datang tiga bulan sekali. Aku kasihan juga pada Santi, habis orangnya agak cerewet dan manja serta tidak bisa ditinggal sendirian. Maunya sih ada orang yang terus menemaninya buat main dan curhat.

Waktu itu aku masih miskin (sekarang masih miskin juga sebenarnya), jadi di kamarku tidak ada komputer maupun TV, sedangkan di kamarnya, Santi punya TV, video, komputer, kulkas, tape, dll. Kelihatannya cukup berduit juga tuh anak. Karena sering tidak ada kesibukan, aku sering nongol dan numpang nonton TV di kamarnya. Klop deh, dia ingin curhat dan aku ingin nonton TV.

Suatu hari aku baru sadar kalau kamar mandiku dan kamar mandinya letaknya bersebelahan dan di kamar mandi kita ada lubang angin di atapnya. Karena aku kuliah di jurusan Arsitektur, otakku langsung jalan. Aku mikir kalau aku manjat ke atap lewat lubang angin di kamar mandiku, tentunya aku bisa jalan ke atap kamar Santi dan ngintip dia. Langsung deh adikku berontak.

Keesokan harinya, jam 9 pagi aku mendengar ada suara air di kamar mandi Santi. Semangatku langsung bangkit dan pelan-pelan, aku menaruh kursi di kamar mandiku untuk memanjat ke atap. Dadaku berdebar kencang, sedikit takut tapi kepingin. Tanpa suara aku berhasil memanjat ke atas. Atapnya sangat berdebu dan banyak kabel listriknya. Aku harus hati-hati, pikirku kalau mati kesetrum karena ngintip cewek mandi kan nggak lucu. Dengan berjingkrat-jingkrat aku sampai juga ke atas kamar mandinya. Tetapi aku tidak berani melihat langsung lewat lubang angin, takut ada bayanganku di bawah dan mungkin saja dia melihat ke atas. Dasar lagi beruntung, aku melihat lubang kecil di atap kamar mandinya. Ukurannya cuma sekitar 1 cm, tapi buat yang sering ngintip tentu ngerti kalau ukuran ini sudah jauh dari cukup.

Dengan posisi berlutut, aku ngintip ke bawah melalui lubang tersebut. Di kamar mandi, kulihat Santi sedang menyabuni badannya. Dari atas aku bisa melihat hampir seluruh badannya. Yang pertama menangkap perhatianku adalah payudaranya dan puting susunya yang mungil dan berwarna coklat muda. Bentuknya sangat bagus, sedikit kecil namun sesuai dengan imajinasiku sebelumnya, bentuknya bagus dan kelihatannya amat kenyal dan kencang. Amboi.. aku sampai gemetar dan nafasku memburu

Sambil bernyanyi kecil, Santi menyabuni pundaknya, payudaranya, lalu turun ke bawah, pahanya, dan… Ya ampun dia mengangkangkan kakinya sedikit lalu menyabuni daerah kewanitaannya. Aku bisa melihat bulu kemaluannya dengan jelas. Tidak terlalu lebat, dan menurutku termasuk tipis, tapi siapa yang peduli.

Aku ngintip terus, sampai dia sirami badannya dengan air, lalu mengelap badan, memakai CD warna putih, celana pendek, dan kaos, tanpa BH. Saat itu, aku sudah tidak tahan lagi. Buru-buru aku turun ke kamar mandiku lalu melakukan onani. Cepat sekali aku keluarnya, habis sudah terangsang sekali.

Setelah itu dengan alasan mau meminjam koran, aku langsung ke kamar Santi. Bayangannya waktu mandi terus berada di benakku. Jadi waktu ngobrol dengannya, aku ngaceng terus (walaupun sudah ejakulasi). Waktu Santi menunduk untuk ngambilin koran, dari kaosnya yang agak longgar itu aku bisa melihat payudaranya. Ampun deh.. kali ini cuma berjarak sekitar 1 m dariku, tapi karena masih polos, aku tidak berani berbuat sesuatu. Aku cuma mengucapkan terima kasih, lalu balik ke kamarku dan melakukan onani lagi.

Hubunganku dengan Santi semakin bertambah intim. Kita selalu makan bareng dan nonton TV bareng. Kalau malam minggu dan cowoknya tidak datang, kita pasti jalan ke BIP atau nonton. Kadang ke diskotik di jalan Cihampelas. Tapi kita ke diskotik cuma untuk disco dan mendengarkan musik, tidak pernah tripping. Aku sampai sekarang masih bersih dari yang namanya drugs.

Sering aku nonton TV sampai larut malam dan kalau dia ngantuk, dia tidur duluan. Tempat tidurnya menghadap TV, dan aku duduk di atas karpet di sebelah tempat tidurnya.

Suatu ketika, saat aku nonton bola sampai larut dan dia sudah tidur, aku jalan ke tempat TV untuk mengganti channel. Waktu aku balik, aku berjalan ke arahnya. Waktu itu pahanya agak terbuka dan lewat celah-celah celana pendeknya aku bisa melihat celana dalamnya. Warnanya putih bersih, dan lewat celana dalamnya aku bisa melihat bentuk segunduk daging kemaluannya. Waktu itu aku ingin sekali meraba pahanya dan celana dalamnya, sayang keberanianku belum cukup. Aku cuma bisa membayangkan dan mengkhayal saja.

Sampai suatu hari, aku ingat itu hari Minggu, Santi baru balik dari Jakarta. Sekitar jam 10 malam aku sudah nongol di kamarnya.
“San, gimana perjalanan ke Jakarta? Capek nggak?” tanyaku.
“Iya, capek banget, abis tadi nggak dapat tempat duduk di kereta dan cuman berdiri atau duduk di lantai”, jawab Santi sambil tiduran, “Pinggangku serasa mau patah”, sambungnya.
Sambil bercanda aku bilang, “Kalau lagi pegel paling enak di pijat, gitu-gitu aku pintar pijat lho…”
Ternyaata tidak disangka-sangka Santi menjawab, “Beneran nich, tolong dong pijatin aku.. capek banget nich. Besok aku traktir makan dech..”
Dengan semangat 45 langsung kubilang, “Oke deal…” Aku tertawa dalam hati, tanpa ditraktir pun aku bersedia.

Kemudian aku memintanya telungkup dan aku mulai memijatnya. Aku sebenarnya tidak tahu caranya memijat orang, cuma aku punya pengalaman beberapa kali ke panti pijat. Jadi pura-pura berpengalaman saja. Aku mulai memijat telapak kakinya dengan jempolku. Pelan dan sedikit bertenaga.
“Sakit nggak San? kalau sakit bilang-bilang ya?” kataku.
“Nggak, enak kok”, sahut Santi.

Sekitar sepuluh menit kemudian, pijatanku naik ke paha bawahnya. Nafasku mulai cepat dan aku bisa merasakan suhu badanku mulai naik. Pahanya mulus sekali, mulus dan putih. Aku merasa tanganku agak dingin, tapi tidak tahu deh Santinya merasakan hal yang sama denganku atau tidak. Tapi aku tidak berani memijat pahanya terlalu ke atas. Sampai batas celana pendeknya saja, tapi sudah cukup oke. Aku bergantian memijat paha kiri dan kanannya. Waktu itu aku melihat Santi menikmati pijatanku dan hampir tertidur. Matanya tertutup.

Sekitar 15 menit kemudian, aku mulai memijat pinggangnya melewati pinggulnya, tapi dengan perasaan takut. Dari pinggang, aku naik ke atas untuk memijat pundaknya. Sebelum naik ke pundaknya, kupindah tangannya dari posisi di samping badan ke atas (posisinya seperti Superman ketika terbang). Sewaktu aku memijat daerah atas pinggang, aku sengaja memijat ke arah samping badannya sehinga bisa merasakan gumpalan samping payudaranya. Dia tidak memakai BH, jadi tanganku dengan leluasa merasakan gumpalan tersebut (walaupun sedikit, namun berarti sekali). Saat itu badanku sudah panas sekali dan aku bisa merasakan wajahku yang panas dan merah.

Aku melihat ke wajah Santi dan aku sangat senang ketika melihat wajahnya juga memerah. Wah, kupikir, dianya juga mulai horny nih. Pijatanku lalu kuteruskan ke pundak, leher dan kepalanya. Waktu memijat kepalanya, aku mengelus belakang telinganya (dari buku aku tahu ini merupakan daerah sensitif cewek).
“Gimana, enak nggak San?” tanyaku dengan suara yang sedikit gemetar.
“Wah, enak banget, kerja sampingan loe jadi tukang pijat kali”, jawab Santi.
“Kalau ada baby oil dan mijat ke kulit langsung, jauh lebih enak San..” Pancingku.
Ternyata umpanku langsung disambar. Dia naikkan kaosnya sampai hampir ke pundaknya lalu dia bilang, “Sayang aku kagak ada baby oil, tapi coba sekarang…”
Saat itu aku sudah terangsang sekali melihat kulitnya yang putih bersih. Dari samping aku bisa melihat gumpalan payudaranya. Seperti yang kulihat sebelumnya, tidak terlalu besar, tapi putih sekali.

Perlahan-lahan aku mulai memijat pinggangnya yang kali ini tanpa kaos. Pijatanku kali ini kuarahkan ke bawah sedikit dan menyentuh batas celana pendeknya. Keberanianku mulai timbul, dengan perlahan aku menurunkan celana pendeknya, sehingga aku bisa melihat belahan atas pantatnya. Putih…, dan Santi cuma diam. Aku memijatnya terus dan sedikit turun ke bawah, kali ini aku memijat pantatnya yang masih tertutup celana pendek. Amboi.. kencang sekali. Setelah itu tanganku mulai naik ke atas, dan memijat bagian samping lagi. Kali ini aku bisa menyentuh pinggiran payudaranya secara langsung. Nafasku mulai memburu dan aku semakin berani saja karena Santi cuma diam dan memejamkan matanya yang bagus.

Entah setan mana yang masuk ke dalam kepalaku, pijatanku turun lagi ke daerah pinggulnya dan kali ini kuturunkan celana pendek berikut celana dalamnya sampai aku bisa melihat seluruh pantatnya. Dari atas aku sudah bisa sedikit melihat bagian kemaluannya yang berwarna merah.

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun

Cerita Dewasa | Kenikmatan Gadis 12 Tahun

“Ahhh.. loe bandel amat sich..” kata Santi perlahan.
“Tenang aja San.. loe tiduran aja, pasti enak kok..” padahal aku sendiri sudah gemetar tidak karuan, masih memintanya tenang. Aku menatap pantatnya yang putih bersih, di pantat kanannya ada tahi lalat yang cukup besar. Aku masih ingat karena tahi lalat tersebut sangat kontras dengan kulitnya yang putih bersih. Aku meremas pantatnya, secara perlahan lalu naik ke atas memijat pinggangnya.

“San, celana loe mengganggu banget, aku buka ya?” aku memberanikan diri untuk maju s*****kah lagi.
“Jangan Gus..”, kata Santi, “Aku masih perawan..”
“Oke.. oke..” Kataku, sedikit kecewa, “Aku cuma pingin loe releks dan menikmati.”
Santi cuma diam, kutafsir sikapnya sebagai undangan untuk melanjutkan pijatanku.

Sekarang aku ganti strategi, aku mulai memijat payudaranya dari samping. Pertama aku cuma bisa menyentuh sedikit buah dadanya, tapi lama-lama tanganku menyusup ke bawah dan mulai mencari puting susunya. Kuremas payudaranya perlahan, dan ketika jariku menyentuh puting susunya, aku merasakan puting susunya sudah keras sekali. Saat itu posisi badannya tidak telungkup lagi. Badannya sedikit miring untuk memberikan tempat bagi tanganku meremas susu kirinya. Jariku bermain di putingnya, memutar-mutar putingnya seperti sedang mencari frekwensi radio. Saat itu aku mulai mendengar desahan Santi, “Ahhh.. ahhhh..”

Dengan sedikit memaksa, aku membalikkan posisi badannya. Sekarang dia berbaring menghadap ke atas, dan untuk pertama kalinya aku melihat payudaranya langsung dari depan. Mancung dan putih. Puting susunya berwarna coklat muda. Kudekatkan mulutku dan mulai menjilat puting susunya sambil terus meremas payudaranya. Santi sendiri sudah terangsang berat, tangannya mengusap dan kadang menarik rambutku. Aku yang sudah terangsang hebat langsung menggerakkan tanganku ke daerah kemaluannya yang masih tertutup sebagian oleh celana dalamnya. Mungkin terlalu cepat aku menyentuh daerah jembutnya, tiba-tiba dia menangkap tanganku.

“Jangan Gus, aku mau married bulan depan…” kata Santi dengan wajah memelas. Kasian juga aku melihat raut mukanya. Setelah itu aku cuma kiss dia dan menaikkan celananya lagi. Lalu aku balik ke kamarku untuk melakukan onani.

Sayang memang, namun aku tidak menyesal kok, ini cuma langkah kecil buat yang sudah berpengalaman, tapi buatku yang masih polos, ini merupakan loncatan besar dan akan membawaku dan Santi ke petualangan selanjutnya yang tidak akan terlupakan oleh kita berdua.

Cerita Dewasa – Kenikmatan Tunangan Temanku

$
0
0

Cerita Dewasa – Kenikmatan Tunangan Temanku | Cerita Seks Bugil ini merupakan hal baru buak saya, kenikmatan ini terjadi 2 tahun yang lalu. Aku punya teman yang sejak dulu memang sangat akrab, panggil saja teman aku iru Edi. Cerita seks ini  Edi memiliki seorang tunangan yang samapai sekarang tapi gara-gara yang seorang tidak suka cerita sex, sehingga aku pernah mengalami kenikmatan tunangan temanku edi itu. kumpulan cerita dewasa ini terjadi secara tidak aku senganja. Ini sedikit cerita dewasa yang pernah aku alami dulu…!!!!

 

Kalau tidak salah, malam itu adalah malam minggu, kebetulan pada waktu itu aku lagi bersiap-siap untuk keluar. Tiba-tiba telpon di rumahku berbunyi, ternyata dari Deni yang mau pinjam motorku untuk menjemput temannya di stasiun kereta api. Dia juga bilang nitip sebentar tunangan kakaknya, karena di rumah lagi tidak ada siapa-siapa. Aku tidak bisa menolak, lagi pula aku ingin tahu tunangan temanku itu seperti bagaimana rupanya.
Tidak lama kemudian Deni datang, karena rumahnya memang tidak begitu jauh dari rumahku dan langsung menuju ke kamarku.
“Hei Rick..! Aku langsung pergi nih.. mana kuncinya..?” kata Deni.
“Tuh.., di atas meja belajar.” kataku, padahal dalam hati aku kesal juga bisa batal deh acaraku.
“Oh ya Rick.., kenalin nih tunangan kakakku. Aku nitip sebentar ya, soalnya tadi di rumah nggak ada siapa-siapa, jadinya aku ajak dulu kesini. Bentar kok Rick..,” kata Deni sambil tertawa kecil.
“Erick..,” kataku sambil menyodorkan tanganku.
“Indi..,” katanya sambil tersenyum.
“Busyeett..! Senyumannya..!” kataku dalam hati.
Jantungku langsung berdebar-debar ketika berjabatan tangan dengannya. Bibirnya sensual sekali, kulitnya putih, payudaranya lumayan besar, matanya, hidungnya, pokoknya, wahh..! Akibatnya pikiran kotorku mulai keluar.
“Heh..! Kok malah bengong Rick..!” kata Deni sambil menepuk pundakku.
“Eh.. oh.. kenapa Den..?” kaget juga aku.
“Rick, aku pergi dulu ya..! Ooh ya Ndi.., kalo si Erick macem-macem, teriak aja..!” ucap Deni sambil langsung pergi.
Indi hanya tersenyum saja.
“Sialan lu Den..!” gerutuku dalam hati.
Seperginya Deni, aku jadi seperti orang bingung saja, serba salah dan aku tidak tahu apa yang harus kulakukan. Memang pada dasarnya aku ini sifatnya agak pemalu, tapi kupaksakan juga akhirnya.
“Mo minum apa Ndi..?” kataku melepas rasa maluku.
“Apa aja deh Rick. Asal jangan ngasih racun.” katanya sambil tersenyum.
“Bisa juga bercanda nih cewek, aku kasih obat perangsang baru tau..!” kataku dalam hati sambil pergi untuk mengambil beberapa minuman kaleng di dalam kulkas.
Akhirnya kami mengobrol tidak menentu, sampai dia menceritakan kalau dia lagi kesal sekali sama Edi tunangannya itu, pasalnya dia itu sama sekali tidak tahu kalau Edi pergi keluar kota. Sudah jauh-jauh datang ke Bandung, nyatanya orang yang dituju lagi pergi, padahal sebelumnya Edi bilang bahwa dia tidak akan kemana-mana.
“Udah deh Ndi.., mungkin rencananya itu diluar dugaan.., jadi Kamu harus ngerti dong..!” kataku sok bijaksana.
“Kalo sekali sih nggak apa Rick, tapi ini udah yang keberapa kalinya, Aku kadang suka curiga, jangan-jangan Dia punya cewek lain..!” ucap Indi dengan nada kesal.
“Heh.., jangan nuduh dulu Ndi, siapa tau dugaan Kamu salah,” kataku.
“Tau ah.., jadi bingung Aku Rick, udah deh, nggak usah ngomongin Dia lagi..!” potong Indi.
“Terus mau ngomong apa nih..?” kataku polos.
Indi tersenyum mendengar ucapanku.
“Kamu udah punya pacar Rick..?” tanya Indi.
“Eh, belom.. nggak laku Ndi.. mana ada yang mau sama Aku..?” jawabku sedikit berbohong.
“Ah bohong Kamu Rick..!” ucap Indi sambil mencubit lenganku.
Seerr..! Tiba-tiba aliran darahku seperti melaju dengan cepat, otomatis adikku berdiri perlahan- lahan, aku jadi salah tingkah. Sepertinya si Indi melihat perubahan yang terjadi pada diriku, aku langsung pura-pura mau mengambil minum lagi, karena memang minumanku sudah habis, tetapi dia langsung menarik tanganku.
“Ada apa Ndi..? Minumannya sudah habis juga..?” kataku pura-pura bodoh.
“Rick, Kamu mau nolongin Aku..?” ucap Indi seperti memelas.
“Iyaa.., ada apa Ndi..?” jawabku.
“Aku.., Aku.. pengen bercinta Rick..?” pinta Indi.
“Hah..!” kaget juga aku mendengarnya, bagai petir di siang hari, bayangkan saja, baru juga satu jam yang lalu kami berkenalan, tetapi dia sudah mengucapkan hal seperti itu kepadaku.
“Ka.., Kamu..?” ujarku terbata-bata.
Belum juga kusempat meneruskan kata- kataku, telunjuknya langsung ditempelkan ke bibirku, kemudian dia membelai pipiku, kemudian dengan lembut dia juga mencium bibirku. Aku hanya bisa diam saja mendapat perlakuan seperti itu. Walaupun ini mungkin bukan yang pertama kalinya bagiku, namun kalau yang seperti ini aku baru yang pertama kalinya merasakan dengan orang yang baru kukenal.
Begitu lembut dia mencium bibirku, kemudian dia berbisik kepadaku, “Aku pengen bercinta sama Kamu, Rick..! Puasin Aku Rick..!”
Lalu dia mulai mencium telinganku, kemudian leherku, “Aahh..!” aku mendesah.
Mendapat perlakuan seperti itu, gejolakku akhirnya bangkit juga. Begitu lembut sekali dia mencium sekitar leherku, kemudian dia kembali mencium bibirku, dijulurkan lidahnya menjalari rongga mulutku. Akhirnya ciumannya kubalas juga, gelombang nafasnya mulai tidak beraturan. Cukup lama juga kami berciuman, kemudian kulepaskan ciumannya, kemudian kujilat telinganya, dan menelusuri lehernya yang putih bak pualam.
Ia mendesah kenikmatan, “Aahh Rick..!”
Mendengar desahannya, aku semakin bernafsu, tanganku mulai menjalar ke belakang, ke dalam t- shirt-nya. Kemudian kuarahkan menuju ke pengait BH-nya, dengan sekali sentakan, pengait itu terlepas.
Kemudian aku mencium bibirnya lagi, kali ini ciumannya sudah mulai agak beringas, mungkin karena nafsu yang sudah mencapai ubun- ubun, lidahku disedotnya sampai terasa sakit, tetapi sakitnya sakit nikmat.
“Rick.., buka dong bajunya..!” katanya manja.
“Bukain dong Ndi..,” kataku.
Sambil menciumiku, Indi membuka satu persatu kancing kemeja, kemudian kaos dalamku, kemudian dia lemparkan ke samping tempat tidur. Dia langsung mencium leherku, terus ke arah puting susuku.
Aku hanya bisa mendesah karena nikmatnya, “Akhh.., Ndi.”
Kemudian Indi mulai membuka sabukku dan celanaku dibukanya juga. Akhirnya tinggal celana dalam saja. Dia tersenyum ketika melihat kepala kemaluanku off set alias menyembul ke atas.Indi melihat wajahku sebentar, kemudian dia cium kepala kemaluanku yang menyembul keluar itu. Dengan perlahan dia turunkan celana dalamku, kemudian dia lemparkan seenaknya. Dengan penuh nafsu dia mulai menjilati cairang bening yang keluar dari kemaluanku, rasanya nikmat sekali. Setelah puas menjilati, kemudian dia mulai memasukkan kemaluanku ke dalam mulutnya.
“Okhh.. nikmat sekali,” kataku dalam hati, sepertinya kemaluanku terasa disedot-sedot.
Indi sangat menikmatinya, sekali- sekali dia gigit kemaluanku.
“Auwww.., sakit dong Ndi..!” kataku sambil agak meringis.
Indi seperti tidak mendengar ucapanku, dia masih tetap saja memaju-mundurkan kepalanya.
Mendapat perlakuannya, akhirnya aku tidak kuat juga, aku sudah tidak kuat lagi menahannya,”Ndi, Aku mau keluar.. akhh..!”
Indi cuek saja, dia malah menyedot batang kemaluanku lebih keras lagi, hingga akhirnya, “Croott.. croott..!”
Aku menyemburkan lahar panasku ke dalam mulut Indi. Dia menelan semua cairan spermaku, terasa agak ngilu juga tetapi nikmat.
Setelah cairannya benar-benar bersih, Indi kemudian berdiri, kemudian dia membuka semua pakaiannya sendiri, sampai akhirnya dia telanjang bulat. Kemudian dia menghampiriku, menciumi bibirku.
“Puasin Aku Rick..!” katanya sambil memeluk tubuhku, kemudian dia menuju tempat tidur.
Sampai disana dia tidur telentang. Aku lalu mendekatinya, kutindih tubuhnya yang elok, kuciumi bibirnya, kemudian kujilati belakang telinga kirinya.
Dia mendesah keenakan, “Aahh..!”
Mendengar desahannya, aku tambah bernafsu, kemudian lidahku mulai menjalar ke payudaranya. Kujilati putingnya yang sebelah kiri, sedangkan tangan kananku meremas payudaranya yang sebelah kiri, sambil kadang kupelintir putingnya.
“Okkhh..! Erick sayang, terus Rick..! Okhh..!” desahnya mulai tidak menentu.
Puas dengan bukit kembarnya, badanku kugeser, kemudian kujilati pusarnya, jilatanku makin turun ke bawah. Kujilati sekitar pangkal pahanya, Indi mulai melenguh hebat, tangan kananku mulai mengelus bukit kemaluannya, lalu kumasukkan, mencari sesuatu yang mungkin kata orang itu adalah klitoris. Indi semakin melenguh hebat, dia menggelinjang bak ikan yang kehabisan air. Kemudian aku mulai menjilati bibir kemaluannya, kukuakkan sedikit bibir kemaluannya, terlihat jelas sekali apa yang namanya klitoris, dengan agak sedikit menahan nafas, kusedot klitorisnya.
“Aakkhh.. Rick..,” Indi menjerit agak keras, rupanya dia sudah orgasme, karena aku merasakan cairan yang menyemprot hidungku, kaget juga aku.
Mungkin ini pengalaman pertamaku menjilati kemaluan wanita, karena sebelumnya aku tidak pernah. Aku masih saja menjilati dan menyedot klitorisnya.
“Rick..! Masukin Rick..! Masukin..!” pinta dia dengan wajah memerah menahan nafsu.
Aku yang dari tadi memang sudah menahan nafsu, lalu bangkit dan mengarahkan senjataku ke mulut kemaluannya, kugesek-gesekkan dulu di sekitar bibir kemaluannya.
“Udah dong Rick..! Cepet masukin..!” katanya manja.
“Hmm.., rupanya ni cewek nggak sabaran banget.” kataku dalam hati.
Kemudian kutarik tubuhnya ke bawah, sehingga kakinya menjuntai ke lantai, terlihat kemaluannya yang menyembul. Pahanya kulebarkan sedikit, kemudian kuarahkan kemaluanku ke arah liang senggama yang merah merekah. Perlahan tapi pasti kudorong tubuhku.
“Bless..!” akhirnya kemaluanku terbenam di dalam liang kemaluan Indri.
“Aaakkhh Rick..!” desah Indi.
Kaget juga dia karena sentakan kemaluanku yang langsung menerobos kemaluan Indi.
Aku mulai mengerakkan tubuhku, makin lama makin cepat, kadang- kadang sambil meremas- remas kedua bukit kembarnya. Kemudian kubungkukkan badanku, lalu kuhisap puting susunya.
“Aakkhh.., teruss.., Sayangg..! Teruss..!” erang Indi sambil tangannya memegang kedua pipiku.
Aku masih saja menggejot tubuhku, tiba- tiba tubuh Indi mengejang, “Aaakkhh.. Eriicckk..!”
Ternyata Indi sudah mencapai puncaknya duluan.
“Aku udah keluar duluan Sayang..!” kata Indi.
“Aku masih lama Ndi..,” kataku sambil masih menggenjot tubuhku.
Kemudian kuangkat tubuh Indi ke tengah tempat tidur, secara spontan, kaki Indi melingkar di pinggangku. Aku menggenjot tubuhku, diikuti goyangan pantat Indi.
“Aakkhh Ndi.., punya Kamu enak sekali.” kataku memuji, Indi hanya tersenyum saja.
Aku juga heran, kenapa aku bisa lama juga keluarnya. Tubuh kami berdua sudah basah oleh keringat, kami masih mengayuh bersama menuju puncak kenikmatan. Akhirnya aku tidak kuat juga menahan kenikmatan ini.
“Aahh Ndi.., Aku hampir keluar..,” kataku agak terbata-bata.
“Aku juga Rick..! Kita keluarin sama-sama ya Sayang..!” kata Indi sambil menggoyang pantatnya yang bahenol itu.
Goyangan pantat Indi semakin liar. Aku pun tidak kalah sama halnya dengan Indi, frekuensi genjotanku makin kupercepat, sampai pada akhirnya, “Aaakkhh.., Ericckk..!” jerit Indi sambil menancapkan kukunya ke pundakku.
“Aakhh, Indii.., Aku sayang Kamuu..!” erangku sambil mendekap tubuh Indi.
Kami terdiam beberap saat, dengan nafas yang tersenggal-senggal seperti pelari marathon.
“Kamu hebat sekali Rick..!” puji Indi.
“Kamu juga Ndi..!” pujiku juga setelah agak lama kami berpelukan.
Kemudian kami cepat- cepat memakai pakain kami kembali karena takut adik tunangannya Indi keburu datang.

Cerita Dewasa | Aku Dipaksa Pacarku ML

$
0
0

Cerita Dewasa | Aku Dipaksa Pacarku ML – Namaku Rima. Kata orang aku cantik, kulitku kuning, hidungku bangir, sepintas aku mirip Indo. Tinggiku 160cm, ukuran Bhku 34, cukup besar untuk seorang gadis seusiaku. Aku punya pacar, Dino namanya. Dia kakak kelasku, kami sering ketemu di sekolah.

Dino seorang siswa yang biasa-biasa saja, dia tidak menonjol di sekolahku. Prestasibelajarnyapun biasa saja. Aku tertarik karena dia baik padaku. Entah kebaikan yang tulus atau memang ada maunya. Dia juga mencoba mendekatiku. Di sekolah, aku tergolong populer. Banyak siswa cowok mencari perhatian padaku.

Tapi entah mengapa aku memilih Dino. Singkatnya, aku pacaran dengan Dino. Banyak teman-teman cewekku menyayangkannya, padahal masih ada si Anto yang bapaknya pejabat, Si Danu yang juara kelas, Si Andi yang jago basket, dan lainnya. Entah mengapa aku tidak menaruh perhatian pada mereka-mereka itu.Aku dan Dino telah berjalan kurang lebih 6 bulan. Pacaran kami sembunyi-sembunyi, ya karena kami masih SMP jadi kami masih takut untuk pacaran secara terang-terangan. Orang tuaku sebenarnya melarangku untuk berpacaran, masih kecil katanya. Tetapi apabila cinta telah melekat, apapun jadi nikmat.

Hari Sabtu sepulang sekolah aku janjian sama Dino. Aku mau nemanin dia ke rumah temannya. Aku bilang ke orang tua bahwa hari Sabtu aku pulang telat karena ada les tambahan. Aku berbohong. Di tasku. telah kusiapkan kaos dan celana panjang dari rumah. Sepulang sekolah, aku ke wc dan mengganti seragamku dengan baju yang kubawa dari rumah. Dinopun begitu.

Dari sekolah kami yang berada di perbatasan Jakarta Timur dan Selatan, kami naik bis kearah Cipinang, Jakarta Timur, rumah teman Dino. Sesampai disana, aku diperkenalkan dengan teman Dino, Agus namanya. Rumahnya sepi, karena orang tua Agus sedang ke luar kota. Agus juga bersama pacarnya, Anggi.

Pembantunya pun pulang kampung, sesekali kakak Agus yang telah menikah, datang ke rumah sekalian menengok Agus dan membawakannya makanan. Kakaknya hari ini sudah datang tadi pagi dan akan datang lagi besok, demikian kataAgus. Jadi hanya kami berempat di rumah itu. Kami ngobrol bersama ngalor ngidul.

Tak lama kemudian, Agus dan Dino pergi ke dapur dan menyiapkan minuman untuk kami. Aku ngobrol dengan Anggi. Dari Anggi, aku tahu bahwa Agus telah berhubungan selama kurang lebih 1 tahun. Keduanya satu sekolah, juga di SMP hanya berlainan dengan sekolahku.

10 menit kemudian, Agus dan Dino kembali dengan membawa 4 gelas sirup dan dua toples makanan kecil. Setelah memberikan minuman dan makanan itu, Agus berdiri dan memutar VCD.Film baru katanya. Aku enggak ngerti, aku pikir film bioskop biasa. Agus menyilakan kami minum. Aku minum sirup yang diberikannya. 10 menit berlalu, kepalaku pusing sekali, bersamaan dengan itu ada rasa aneh menyelimuti tubuhku.

Rasa..hangat merinding di tv tampak adegan seorang wanita bule yang sedang dientot oleh 2 laki-laki, satu negro dan satu lagi bule juga. Aku berniat untuk pulang, tetapi entah mengapa dorongan hatiku untuk tetap menyaksikan film itu. Mungkin karena aku baru pertama kali ini nonton blue film. Badanku makin enggak karuan rasanya kepalaku serasa berat dan ah rangsangan di badanku semakin menggila.

Aku lihat Agus dan Anggi sudah saling melepaskan baju mereka telanjang bulat di hadapan aku dan Dino.Mereka saling berpelukan, berpagutan tampak Agus menciumi tetek Anggi yang mungil Agus lalu mengisep-isep pentilnya tampaknya keduanya sudah sering melakukannya . Mereka tampak tidak canggung lagi Anggi mengisep-isep peler Agus persis seperti kejadian di film blue itu . Anggi juga sepertinya telah terbiasa Kontol Agus bak permen, diisep, dikulum oleh Anggi Dino merapatkan tubuhnya kepadaku.

“Rim .kamu sayang aku enggak?”tanyanya padaku. “Eh..emang kenapa, Din ?”kataku kaget karena aku masih asyik menyaksikan Agus dan Anggi “Aku pengen kayak gitu .”kata Agus sambil menunjuk pada Agus dan Anggi yang semakin hot. Tampak Agus mulai menindih Anggi, dan memasukkan batang kontolnya ke nonok Anggi. Dengan diikuti teriakan kecil Anggi, batang kontol itu masuk seluruhnya ke nonok Anggi. Gairahku melonjak-lonjak entah kenapa?Seluruh badanku merinding .”Rima?”kata Dino lagi. “Eh enggak ah enggak mau malu .”kataku. “Malu sama siapa?”kata Dino.

Tangannya mulai merayapi dadaku. Kutepis pelan tangannya. “Malu sama Agus dan Anggi tuh “kataku. “Ah mereka aja cuek ayo dong Rima aku sudah enggak tahan nih “kata Dino. “Ah..jangan ah “kataku. Gairahku makin tidak keruan mendengar erangan dan rintihan Agus dan Anggi. Tak terasa tangan Dino mulai membuka kancing bajuku. Entah kenapa aku membiarkannya sehingga bajuku terbuka. Aku hanya mengenakan BH dan celanapanjang jeans.

Adegan di TV makin hot tampak sekarang seorang wanita asia di entot tiga orang bule dua orang memasukkan kontolnya ke memek dan pantatnya sedangkan yang satunya kontolnya lagi diisep oleh si wanita. Keempatnya terlihat sedang merasakan kenikmatan Tangan Dino mulai merayapi dan meremas-remas buah dadaku yang masih kencang dan belum pernah disentuh oleh siapapun. Aku menggelinjang, geli nikmat ah..baru pertama kali aku merasakan ini. ”Buka Bhnya, ya sayang “pinta Dino. Aku mengangguk, aku jadi inginmerasakan lebih nikmat lagi Dengan cekatan Dino membuka Bhku.. aku sekarang benar-benar telanjang dada.

Dino mengisepi pentilku memencet-memencet buah dadaku yang masih kenyal dan bagus “Tetekmu enak bener, sayang belum pernah ada yang pegang yaa”kata Dino sambil terus meremas tetekku dan mengisepi pentilku “Belum Din ahhh enak Din terus terus..jangan berhenti .”kataku. Kenikmatan itu baru kali ini aku rasakan. Kulirik Agus dan Anggi, mereka sekarang bermain doggy style.

Anggi berposisi nungging dan Agus menusuknya dari belakang terdengar erangan dan eluhan mereka Gairahku makin menggila “Buka celanamu ya sayang aku udah pengen nih “pinta Dino. “Jangan Din takut .”kataku. “Takut apa sayang?”kata Dino. “Takut hamil “kataku. “Enggak Din, aku nanti keluarnya di luar memekmu sayang kalo hamilpun aku akan tanggung jawab, percayalah “katanya.

Cerita Dewasa Pecah Wanita Perawan Aku diam saja Dino mulai membuka ristleting celanaku, aku diamkan saja .tak lama kemudian, dia memerosotkan celanaku tampak memekku yang menggumpal dengan jembut yang lumayan tebal. Dino pun memerosotkan celana dalamku Aku benar-benar polos bugil. Dinopun membukaseluruh bajunya, kami berdua telanjang bulat.

Tangan Dino tetap meremas-remas tetekku Kulirik Agus dan Anggi, eh mereka bersodomi Anggi sudah biasa bersodomi rupanya kulihat kontol Agus maju mundur di pantat Anggi sedangkan tangan kiri Anggi mengucek-ucek memeknya sendiri yang sudah basah Erangan mereka terdengar makin sering .Dino terus mengerjaiku, tangannya mulai merayapi jembutku. Salah satu jarinya dimasukkan ke nonokku”Ah..sakit, pelan-pelan, Din..”teriakku ketika jari itu memasuki nonokku.

Dino agak sedikit mengeluarkan jari itu dan bermain di bibir kemaluanku tak lama kemudian nonokku basah . “Din, isep dong punyaku “pinta Dino sambil menyodorkan kontolnya ke mukaku. “Ah..enggak ah “kataku menolak. “Jijik ya? Punyaku bersih kok ayo dong Anggi saja berani tuh “pinta Dino memelas.

Dengan ragu aku pegang kontol Dino. Baru sekali ini aku memegang punya laki-laki. Ternyata liat dan keras. Kontol Dino sudah berdiri tegang rupanya. “Ayo dong Rima sayang “pinta Dino lagi. Dengan ragu kumasukkan kontol itu ke mulutku, aku diamkan kontol itu sambil kurasa-rasa. Ih, kenyal “Hisap dong sayang seperti kamu makan permen “Dino mengajariku. Pelan-pelankuisap-isap, kujilati bolong kontol itu dengan lidahku lama kelamaan aku merasa senang mengisapnya kuisep keras-keras..kusedot-sedot, kujilati .kumaju mundurkan kontol itu di dalam mulutku terdengar berulang kali erangan Dino. “Ah ah. uuuhhh enak sayang teruskan ..” erang Dino. Tangan Dino terus mengucek-ucek nonokku.

Sudah tidak sakit lagi sekarang, mungkin sudah basah Aku jadi senang mengisap kontol Dino terus kulomoh kuisap..kujilati kusedot-sedot ih..enak juga, pikirku Tiba-tiba Dino menarik kontolnya dan mengarahkannya ke nonokku Aku pasrah, dimasukkannya kontolnya ternyata meleset, Dino melumuri tangannya dengan ludahnya kemudian tangannya itu diusapkan ke kontolnya dan mencoba lagi memasukkan kontolnya ke liang nonokku, ketika kepalanya masuk ke nonokku, aku berteriak”Aduuh sakit Din pelan-pelan dong ” Gairah semakin meninggi .aku ingin merasakan kenikmatan lebih.

Dino melesakkan kontolnya ke nonokku pelan kurasakan sesak nonokku ketika kepala kontol itu masuk ke dalamnya Dino lagi menghentakkan kontolnya sehingga amblas semuanya ke dalam nonokku .”Ahhh perih Din “kataku. Dino diam sebentar memberikan waktu kepadaku untuk menenangkan diri. “Tenang Din, sebentar lagi kamu akan terbiasa kok “katanya. Pelan-pelan Dino mengocokkontolnya di nonokku.

Masih terasa perih sedikit kocokkan Dino semakin kencang Aneh, perih itu sudah tidak terasa lagi, yang ada hanya rasa nikmat nikmat sekali “Terus Din Terus ahhhh ah .enak .”kataku. Sempat kulirik Agus dan Anggi masih terus bersodomi. Gimana rasanya disodomi ya, pikirku Agus semakin menggencarkan kocokkanyya Aku semakin menggelinjang .ah ternyata ngentot itu nikmat .surga dunia coba dari dulu.. kataku dalam hati .”Din ah.ah .aku aku .”entah apa yang aku ingin ucapkan. Ada sesuatu yang ingin kukeluarkan dari nonokku entah apa “Keluarkan saja sayang kamu mau keluar .”kata Dino. “Ahh iya Din aku mau keluar ..”tak lama kemudian terasa cairan hangat dari nonokku .

Dino terus mengocok kontolnya kuat juga pacarku ini, pikirku. “Satu nol, sayang”kata Dino tersenyum. Dino mencopot kontolnya, aku sedikit kecewa “Kenapa dicopot Din..”tanyaku. “Kita coba doggy style, sayang “jawabnya sambil membimbingku berposisi seperti anjing. Dino menusukan kontolnya lagi sekarang badanku terguncang-guncang keras terdengar erangankeras dari Anggi dan Agus, mereka ternyata telah mencapai puncaknya kulihat peluh bercucuran dari kedua tubuh mereka, dan akhirnya mereka terkapar kenikmatan tampak wajah puas dari mereka berdua Aku sudah hampir tiga kali keluar Dino tampak belum apa-apa dia terus mengocok kontolnya di memekku.

Sudah hampir ¾ jam aku dientot Dino, tapi tampaknya Dino belum menunjukkan akan selesai. Kuat juga aku lemes sekali lalu Dino mencopot lagi kontolnya dan mengambil baby oil yang tersedia dekat kakinya. Aku ingat baby oil itudipakai untuk melumuri pantat Anggi ketika mau disodomi .eh apakah aku mau disodomi Dino? “Mau ngapain Din “tanyaku penasaran .”Seperti Anggi dan Agus lakukan, Rima aku ingin menyodomimu sayang “jawabnya. Sebenarnya aku takut, tapi terdorong rasa gairahku yang melonjak-lonjak dan keingin tahuanku rasanya disodomi, maka aku mendiamkannya ketika Dino mulai mengolesi lubang pantatku dengan baby oil.

Tak lama kemudian, kontol Dino yang masih keras itu diarahkan ke pantatku meleset dicoba lagi kepala kontol Dino tampak mulai merayapi lubang pantatku “Aduuuh sakit Din “kataku ketika kontol itu mulai masuk pantatku. “Tenang sayang nanti juga enggak sakit “jawab Dino sambil melesakkan bagian kontolnya kepalanya sudah seluruhnya masuk ke pantatku “Aduuuhh sakiiiitt “kataku lagi.

“Tenang Rim, nanti enak deh..aku jadi ketagihan sekarang “kata Anggi sambil mengelus rambutku dan menenangkanku. “Kamu sudah sering disodomi, Nggi?”tanyaku. “Wah bukan sering lagi hampir tiap hari kadang aku yang minta abis enak sih udah tenang saja ayo Dino coba lagi nanti pacarmu pasti ketagihan ayo..”kata Anggi sambil menyuruh Dino mencoba lagi.

Dino mendesakkan lagi kontolnya sehingga seluruhnya amblas ke pantatku. Terasa perih di pantatku .”Tuuh kan sudah masuk tuh enak kan nanti pantatmu juga terbiasa kok kayak pantatku ini enak kan jadi enggak ada hari libur, kalo lagi mens-pun tetap bisa dientot hi hihi “kata Anggi. Aku diam saja. Ternyata sakit kalo disodomi .Dino mulai mengocok kontolnya di pantatku. “Pelan-pelan, Din masih sakit “pintaku pada Dino.

“Iya sayang enak nih sempit”katanya. Anggi ke belakang pantatku dan mengucek-ucek nonokku dengan tangannya aku semakin menggelinjang nikmat “Anggi ah .enak “kataku. “Ayo Din, kocok terus, biar aku mengucek nonoknya, biar rasa sakit itu bercampur rasa nikmat”kata Anggi pada Dino. Benarsekarang rasa sakit itu tidak muncul lagi hanya nikmat .”Hai sayang ini ada lobang nganggur mau pake? Boleh kan Dino? Lubang yang satu ini dipake pacarku Agus “kata Anggi.

“Tanya Rima saja deh, aku lagi asyik nih”jawab Agus sambil terus mengocok kontolnya di pantatku. “Gimana Rima? Bolehkan? Enak lo di dobelin aku sering kok “pinta Anggi. “Ah..jangan deh “kataku.”Sudahlah Rima, kasih saja aku rela kok”kata Dino. Tiba-tiba Agus merayap di bawahku dan menciumi tetekku. Kontolnya dipegang oleh Anggi dan diarahkan ke nonokku.

Dengan sekali hentakan, kontol itu masuk ke nonokku. “Jaang “kataku hendak berteriak jangan tetapi terlambat, kontol itu sudah masuk ke nonokku. Jadilah aku dientot dan disodomi. ½ jam Agus dan Dino mengocok kontolku.
Aku lemes sekali baru sekali dientot sudah diduain tanganku sudah tidak kuat menopang badanku. Kakiku lemes sekali. Kenikmatan itu sendiri tidak adaduanya .aku sebenarnya jadi senang dientot berdua begini tapi mungkin kali ini kurang siap.

Aku keluar 2 kali sebelum Agus mencopot kontolnya dan memasukkan kontol nya ke mulut Anggi. Anggi menghirup peju yang keluar dari kontol Agus dengan nikmat. Kemudian Dino melakukan hal yang sama, tadinya aku ragu untuk menghirupnya, tapi lagi-lagi rasa penarasan pada diriku membuatku ingin rasanya menikmati pejunya Dino. Dino memuntahkan pejunya dimulutku akupun menelannya. Ah..rasanya asin dan agak amis setelah kontolnya bersih, Dino mencopot kontolnya dan menciumku yang sudah KO di kasur.

“Terima kasih sayang aku puas dan sayang sama kamu “katanya lembut. Aku diam saja sambil merasakan kenikmatan yang baru pertama kali aku rasakan. Badanku lemes sekali Kulihat di seprai ada bercak merah..darah keperawananku dan mungkin bercampur dengan sedikit darah dari pantatku yang mungkin juga sobek karena dirasuki kontol Dino. Aku mencoba duduk, ah masih terasa sakit di kedua lubangku itu, lalu aku menangis di pelukan Dino .”Din, aku sudah enggak perawan lagi sekarang jangan tinggalkan aku yaa .”kataku pada Dino.

Kulihat Anggi dan Agus sudah tidur berpelukan dalam keadaan telanjang bulat. “Iya sayang aku makin cinta sama kamu aku janji enggak akan meninggalkanmu tapi kamu harus janji yaa “katanya. “Bener Din? Kamu enggak ninggalin aku? Tapi janji apa ?”kataku balik bertanya. “Janji, kita akan mengulangi ini lagi aku bener-bener ketagihan sekarang sama nonokmu dan juga pantatmu, sayang “kata Dino sambil mengelus rambutku.

Aku diam saja, aku juga ingin lagi..aku juga ketagihan kataku dalam hati. “Janji ya sayang “katanya lagi mendesakku. Aku hanya mengangguk. “Sudah jangan nangis sekarang kamu mau langsung pulang atau mau istirahat dulu?”tawar Dino. Aku pilih istirahat dulu lalu akupun tertidur berpelukan dengan Dino. Hari ini baru pertama kali aku berkenalan dengan sex. Ternyata enak dan nikmat.

Lihat Juga : Cerita Dewasa Ngentot Tetangga Lagi Hamil

Cerita Dewasa Sepupu Dan Adiknya Yang Perawan

$
0
0

Cerita Dewasa Sepupu Dan Adiknya Yang Perawan – Waktu itu tahun 1996, bulan September, aku baru saja pulang dari KKN di desa, di daerah Kabupaten Blora (sekarang masuk Kabupaten Cepu), dua hari setelah sampai di rumah, ada telepon dari salah satu sepupuku, katanya dia sedang Study Tour ke kotaku. Sepupuku ini masih sekolah di SMUK di daerah Madiun, sebenarnya aku belum pernah bertemu langsung dengan dia, jangan heran ya, sebab dia sepupu jauh sekali. Sepupuku ini baru sempat bertemu dengan orang tuaku dan kakakku saja sewaktu mereka pergi ke daerah asal sepupuku di Jawa Timur. Nah, ketika dia Study Tour ke kotaku, dia ingin mampir dan menginap di rumahku, terus dia minta dijemput di depan salah satu bank di dekat Jalan yang jadi trade marknya kotaku. Maka, aku bersama kakakku menjemput dia.

Jam 4:25 sore, aku sampai di depan bank tersebut. Mobil kuparkir, lalu aku bersama kakakku sambil membawa dua payung menghampiri bis-bis yang diparkir di depan bank, agak lama juga aku mencari sepupuku ini, maklum aku belum pernah bertemu dia dan kakakku sendiri agak lupa dengan wajahnya. Setelah kurang lebih 5 menit, akhirnya bertemu juga. Kemudian kami pulang ke rumahku, dia senang sekali bisa bertemu denganku. Awalnya dia berencana mau menginap 1 hari tetapi kemudian dirubah jadi 2 hari. Sepupuku ini tidak punya saudara laki-laki, jadi ketika kami bertemu, dia senang sekali dan menganggap aku seperti kakak kandungnya. Selama dia menginap di rumah, dia selalu ingin dekat denganku terus. Aku menganggap biasa-biasa saja dan tidak ada pikiran lain.

Ketika dia mau pulang, dia mau pulang sendirian, orang tuaku sepertinya tidak tega melepas dia pulang sendirian, akhirnya aku disuruh mengantar dia pulang ke Jawa Timur, padahal waktu itu aku sedang berobat jalan karena aku mengidap alergi serpihan kulit manusia (aneh ya..? aku saja dulu tidak percaya). Aku harus datang ke dokter pribadiku setiap hari Selasa dan Jum’at buat disuntik. Tetapi, menurutku tidak apa-apa karena kupikir nanti jika sudah sampai di sana, aku langsung pulang saja pikirku. Jadilah aku mengantar dia pulang ke Jawa Timur. O.. iya, sebelum terlalu jauh aku bercerita, kuperkenalkan dahulu diriku, namaku Padi dan nama sepupuku Ana. Di jalan kami bercerita tentang daerah asalnya yang ternyata ada di kawasan pantai utara Jawa Timur.

Kami mampir ke Madiun dulu, karena katanya dia mau mengambil baju-bajunya yang mau dibawa sekalian dicuci di rumah. Sampai di Madiun, kira-kira pukul 5:00 sore, kami menuju tempat kosnya yang sederhana di komplek Akabri. Setelah selesai dengan urusan di Madiun, kami langsung pergi lagi meneruskan perjalanan. Di perjalanan, aku bertanya dengan dia.
“Eh, An.. dari sini sampai ke kotamu berapa lama sih..?” tanyaku.
“Ya… mungkin kira-kira 8 jam Mas..” katanya.
Dalam hati aku berpikir, “Wah, bakalan capek di jalan nih.. sialan…”

Waktu berlalu, kira-kira pukul 9 malam, kami masih ada di atas bis jurusan ke kotanya. Malam itu kurasakan sangat dingin, apalagi ditambah tiupan angin yang sangat kencang. Di dalam bis yang lumayan penuh itu, aku duduk di kursi kedua dari belakang sejajar dengan Ana. Pintu bis yang ada di sebelah kananku ternyata tidak bisa ditutup, karena kuncinya rusak kata kernetnya. Ana yang merasa kedinginan terkena tiupan angin, bingung mau bagaimana sebab dia tidak membawa jaket atau sweater buat penghangat, sedangkan aku sendiri tidak masalah. Kemudian kutawarkan dia untuk pindah tempat duduk di sebelah kananku, yah.. lumayan dia terlindung dari angin oleh badanku.

Sekitar 10 menit setelah itu, dia bilang katanya dia merasa mengantuk, aku tawarkan dia untuk tidur saja di pangkuanku. Dia mau dan langsung dia rebahkan kepalanya di pahaku, waktu itu aku sebenarnya agak kawatir dengan penumpang lainnya. Jangan-jangan ada yang berpikiran macam-macam tentang kami, meskipun begitu aku akhirnya memutuskan untuk santai saja. Si Ana dengan cepat tertidur dengan pulasnya, tanganku kutaruh di atas punggungnya biar dia merasa lebih hangat. Tawaranku untuk tidur di pahaku ternyata berbekas sekali di hati sepupuku ini, sepertinya dia merasa ada sesuatu yang lain yang dirasakannya setelah dia merebahkan kepalanya di pahaku. Mungkin karena dia masih anak SMU yang belum pernah merasakan kasih sayang dari seorang cowok, tetapi kok ya kebetulan justru dengan kakak sepupunya sendiri.

Tidak terasa, bis telah memasuki terminal di kotanya. Waktu itu jam 1 pagi. Kami langsung mencari becak untuk pulang ke rumahnya. Sampai di rumahnya yang sederhana (bapaknya bekerja sebagai sipir penjara dan ibunya guru SD), aku langsung disambut oleh Omku. Kami berbincang-bincang sejenak sambil nonton MTV. Tidak lama kemudian, Omku minta diri untuk tidur. Aku mempersilakan Omku untuk tidur. Aku sendirian yang belum merasa mengantuk dan meneruskan melihat TV. Si Ana sendiri ada di kamarnya sedang bicara dengan adiknya. Kira-kira 5 menit kemudian, kudengar ada orang datang masuk ke ruang TV dimana aku berada, yang Ternyata Ana.

Aku bertanya pada dia, “Lho.. An, kamu ngga tidur? Kan udah malem, bahkan pagi nih!”
“Lah.. mas sendiri gimana? Kok ngga tidur juga?” dia balik bertanya.
“Mas kan udah biasa melek sampai pagi, lagian acaranya bagus nih, MTV music Awards.”
“Iya deh… tapi Ana boleh nemenin Mas ngga?”
“Boleh aja, asal bikinin Mas kopi panas dong…”
“Ih.. Mas curang.. Oke deh Ana buatin.”
Kemudian dia beranjak pergi ke dapur untuk membuatkan kopi untukku. Sewaktu dia jalan ke dapur, dia melewati ruangan makan yang gelap, sedangkan ruang dapurnya sendiri dibiarkan terang, sebab Omku orangnya suka makan, jadi kalau malam dia sering ke dapur untuk cari makanan.

Sewaktu dia melewati kamar makan yang kebetulan bisa terlihat dari tempat dudukku, aku agak kaget karena kulihat dasternya kelihatan menerawang terkena cahaya dari dapur. Si Ana ini sebenarnya tidak hanya manis tetapi juga cantik, tubuhnya agak gemuk, tinggi sekitar 158 cm, ukuran dadanya berapa ya? Tidak tahu.. Kulitnya sawo matang dan yang paling menarik adalah matanya yang khas cewek Jawa, tidak besar juga tidak kecil. Sekilas kulihat bentuk tubuhnya sewaktu dia melewati ruang makan. Jantungku merasa agak berdebar karena aku kan laki-laki, jadi lihat yang seperti itu kan, ya gimana gitu. Selesai dia membuat kopi, segera dia menuju ke arahku, terus dia bergabung nonton MTV. Sejenak aku lupa akan kejadian yang mendebarkan tadi (menurutku lumayan mendebar kan lho).

Kami berbincang-bincang sambil mengomentari pemenang-pemenang yang sedang diumumkan di TV.
Tiba-tiba dia nyeletuk, “Mas.. tadi enak lho tiduran di pangkuannya Mas..”
“Kenapa emangnya? Mau lagi ya, sini deket-deket Mas..?” kataku.
“Oke deh!”
Kemudian dia mendekat ke arahku dan merebahkan kepalanya di pahaku lagi. Nah, sekarang aku mulai berpikiran macam-macam nih, karena kan dia hanya memakai daster dan di dalam dasternya hanya ada CD dan BH saja. Mau tidak mau batangku mulai bereaksi pelan-pelan, tetapi dia tidak tahu. Masih sekitar 10 menit kami berbincang-bincang, tanganku kutaruh di atas pinggulnya, dan kurasa dia tidak keberatan. Lama-lama sepertinya dia mengantuk dan mulai sembarangan kalau menjawab pertanyaan atau komentarku.

“An.. geser dikit dong, soalnya pahaku kesemutan nih! Sebentar, ganti pake bantal aja yah…?”
Kemudian kuangkat kepalanya, kupindahkan dia ke bantal yang ada di sofa, sedangkan kakinya kuangkat ke atas pahaku. Singkat cerita, dia sudah tertidur dengan pulas. Pikiranku mulai keluar pikiran iseng, tanganku aku rabakan di kakinya. Sambil pura-pura memijat, dari bawah pelan-pelan naik ke atas, terus turun lagi, naik lagi… lama-lama aku memijatnya terlalu naik sampai hampir menyentuh pangkal pahanya. Rupanya dia terbangun.
“Ngapain Mas..?”
“Eh.. ngga kok cuman mijitin, kan kamu capek barusan abis naik bis jarak jauh?”
“Mmm.., boleh juga.. tapi mijitnya jangan keras-keras ya Mas…”
“Oke An..”

Nah, aku teruskan kembali memijatnya, tetapi kali ini mijatnya lain, aku kan sedikit-sedikit pernah baca tentang pijatan erotis, maka aku mencoba untuk mempraktekkannya sekarang. Pertama kuletakkan tanganku di telapak kakinya, terus kucari simpul yang bisa membangkitkan gairah seksnya.
“Nah, ketemu nih…” batinku.
Pelan-pelan kupijat bagian itu sambil tanganku yang satunya juga memijat-mijat paha kanannya.

Setengah sadar dia bertanya, “Mas, kok enak banget sih pijitannya?”
“Tenang aja deh, yang ini belum apa-apa, entar ada yang lebih hebat.” jawabku.
Lama kelamaan dia jadi tidak merasa ngantuk, tetapi menikmati pijatan-pijatan tanganku sambil mengeluarkan suara lenguhan yang sangat merangsang, “Nngggh… ngghh… enak loh Mas… agak naik dikit Mas.. yang ini lho di atas dengkul…, ya.. di situ… terus.. terus..”

Aku tahu dia tidak sadar kalau sedang aku kerjain. Lama-lama kulihat dia sepertinya mau bangkit dari tidurnya. Kemudian waktu kubiarkan, ternyata dia tiba-tiba memelukku dan berusaha mencium bibirku. Aku sendiri menyambut ciumannya dengan bersemangat.
“Wah, lha ini nih yang kunanti,” batinku.
Ciumannya lumayan dahsyat, sampai lidahnya masuk ke mulutku seperti ular. Lidahku sendiri jadi tidak mau kalah menyambut lidahnya yang masuk ke mulutku (heran juga anak ini kok bisa senekat ini pikirku). Dan ternyata, kok luar biasa ciummannya untuk ukuran anak SMU yang belum pernah pacaran, tangannya melingkar di punggungku dan berusaha masuk ke dalam t-shirtku.

Gerakan tubuhnya terlihat sekali terbakar oleh rangsangan yang kuberikan melalui pijatan tadi, tubuhnya naik turun sambil sesekali bergoyang ke kiri dan ke kanan. Lama-lama daster yang dia kenakan tertarik ke atas oleh karena gerakannya tersebut, dan tanganku pun bisa leluasa untuk memegang pantatnya. Dia memakai celana dalam yang tipis berenda. Pelan-pelan kumasukkan tanganku ke dalam CD-nya dari atas. Aku berhasil memegang pantatnya, wah.. seketika aku merasakan suatu gelora dalam diriku, sepertinya aku sendiri mulai terserang rangsangan yang sangat kuat. Aku pijat-pijat pantatnya, sementara kami masih saling berpagut, dia sendiri terlihat sangat menikmati pijatan tanganku pada pantatnya. Lalu aku mulai menaikkan tanganku, berusaha untuk membuka dasternya. Tanpa hambatan, aku berhasil menaikkan dasternya sampai ke bagian leher, kudorong dia pelan-pelan ke belakang, dia berusaha untuk tetap memelukku.

Aku berbisik padanya, “An.. tolong kamu mundur sebentar, aku tolong kamu nglepasin dastermu.”
Dia mengangguk pelan, lalu kubuka dasternya. Kulihat tubuhnya yang mulus hanya ditutupi BH dan CD saja.
“An.. gimana kalo semuanya aku buka…?” tanyaku.
Ternyata ia mengangguk mengiyakan, “Silakan Mas…”
Kubuka pelan-pelan BH-nya sambil kubelai dua bukit di dadanya dengan lembut.
“Ehm… Mas.., Ana sayang sama Mas…” katanya.
Aku tidak menjawab perkataannya. Kemudian kudekatkan wajahku ke buah dadanya dan mulai mengulum-ngulum pucuk bukitnya. Dia terlihat sangat menikmati perlakuanku tersebut, matanya terlihat sayu dan sepertinya mengharap yang lebih dari sekedar dikulum pucuk bukitnya.

Aku menengok ke arah jam dinding yang terletak di atas pintu, jarum menunjukkan pukul 12:08 malam. Aku sempat berpikir, sebenarnya bahaya kalau tiba-tiba Om atau Tanteku memergoki kami yang sedang asik di sini. Sekejap aku memutar otak, aku lalu berbisik ketelinga Ana.
“An.. kita pindah ke kamarku aja yah?”
Dia tersentak mendengar bisikanku. Aku sendiri kaget, “Apaan nih? Kok jadi medadak berubah?”
Aku rasakan ternyata Ana sepertinya tersadar atas apa yang sedang diperbuatnya. Dengan terburu-buru, dia menyambar pakaiannya dan berusaha lari menuju kamarnya. Cepat sekali kejadian itu berlalu, aku sendiri tidak sempat melakukan apa-apa, aku hanya melongo seperti Mandra diputus Munaroh. Gila, pembaca tahu sendiri kan? Lagi enak-enak bercumbu, tidak tahunya putus di tengah jalan. Tetapi aku sendiri maklum, sebenarnya Ana adalah anak yang taat beribadah. Dan kuyakin yang barus saja kualami, sebenarnya dia melakukannya di bawah sadar.

Paginya, aku bangun sekitar pukul 9:00, ternyata aku semalam ketiduran di depan TV. Aku ngucek-ucek mataku sambil mencari dimana kacamataku, agak lama kucari, tetapi tidak ada.
“Mana ya?” aku bergumam pelan.
Kebetulan Tante yang berjalan melewati ruang TV menuju dapur mendengar gumamanku.
“Cari apa Di?” tanya Tanteku.
“Tante liat kacamata Padi ngga?”
“Ngga tuh.. mungkin jatuh di bawah meja, coba cari lagi,” sambil dia berjalan menuju ke arahku ingin membantu mencari.
Dicari-cari sudah lama, tetap tidak ketemu, “Yep.. nanti dicari lagi deh Tante.. biar Padi mandi dulu.” kataku.
“Oke lah, nanti Tante bantu lagi carinya.”
“Oke Tante..” sahutku.
Aku bergegas menuju ke kamarku, mengambil peralatan mandiku.

Kamarku terletak di sebelah kamar Ana, sempat kulihat dari celah kamar yang tidak tertutup semua. Ana masih kelihatan pulas tidurnya. Mungkin dia tidak bisa tidur setelah kejadian tadi malam. Habis mandi aku menuju ke ruang TV lagi untuk mencari kacamataku yang masih sembunyi. Ternyata tante sudah ada di sana sedang nonton TV.
Aku tanya ke tante, “Ketemu ngga kacamatanya Tante?”
“Ngga tuh Di.. udah tante cari dimana-mana ngga ada, sampai-sampai sekalian Tante ngebersihin ruang ini deh.”
“Waduh… gimana nih… susah deh. Aku kan ngga bisa baca kalo ngga pake kacamata,” pikirku, “Ya apa mau dikata, kalo lagi apes, gini deh jadinya.”

Pukul 9:30, kulihat kamar Ana sudah terbuka, beberapa menit kemudian Reni (ini nama adiknya) bergabung dengan kami di ruang TV sambil membawa nampan berisi 4 gelas teh.
Aku tanya dia, “Kok cuman empat gelasnya Ren?”
“Ooo, Papa kan udah berangkat kerja Mas.., jadi Reni bikinnya cuman 4.” jawabnya.
“Gitu ya?” sahutku.
Kami lalu berkumpul membicarakan keadaan Kota Tuban, tiba-tiba si Reni bertanya ke Tante.
“Ma.. kacamata yang di kamar Reni itu punya siapa sih?” tanyanya.
“Eit! lha ini dia nih si kacamata.. ternyata ngumpet di sana,” spontan aku menyahut, “Heh! Itu pasti kacamataku.”
“Betul.. itu pasti kacamatanya Mas Padi, Ren!” sahut Tante, “Sana cepet ambilin!”
Reni lalu berdiri dan mesuk kamar untuk mengambil kacamataku. Aku berpikir, mungkin kacamataku semalam kesangkut di bajunya Ana. Sesaat kemudian Reni kembali membawa kacamataku, aku sempat was-was, moga-moga Tante tidak curiga kenapa kok kacamataku sampai bisa mampir kesana. Memang ternyata dia tidak curiga sama sekali.

Pukul 10:00, Tante pamit mau berangkat ke pasar yang tidak terlalu jauh jaraknya dari rumahnya, si Reni ikut. Aku ditinggal sendirian. 5 menit waktu berlalu, aku mulai bosan, terus aku menuju teras depan ingin merokok. Di teras ternyata ada koran edisi hari itu, aku tertarik untuk membacanya. Kubolak-balik halamannya, tidak ada yang menarik. Bosan lagi deh, ngelamun jadinya. Aku teringat kejadian tadi malam.
Dalam hati aku berpikir, “Sekarang di rumah cuman ada aku berdua sama Ana. Wuih! kalo… hehehe kalo… misalnya aku iseng gimana ya?”
Akhirnya, ternyata aku nekat juga.

Aku bangkit dari tempat dudukku, masuk ke dalam. Sampai di depan pintu kamarku, aku punya ide. “Mmmm harusnya pintu depan kututup ya, terus aku pasangkan kaleng krupuk di bagian dalam, biar kalo kebuka dari luar kalengnya kegeser dan bikin suara brisik.” pikirku.
Cepat-cepat kukembali ke ruang tamu dan melakukan rencanaku. Setelah itu, aku kembali lagi ke kamar, hati-hati kuintip ke dalam kamarnya Ana, ternyata dia masih pulas tertidur. Aku berjingkat masuk ke kamarnya, perlahan aku duduk di samping tidurnya. Dia tidurnya mengorok hingga aku mau tertawa waktu itu, tetapi kutahan karena takut dia terbangun. Dengan hanya diterangi lampu baca (kamarnya tidak ada jendelanya), kupandangi wajahnya lama. 5 menit lebih kupandangi dia, semakin lama semakin manis.
“Gila ya, dengan adik sepupu kok seperti itu?” tapi pikirku, “Biarin aja lah, iseng-iseng berhadiah.”

Kemudian aku mulai mencoba membelai rambutnya, pelan tetapi pasti. Dia tidak bereaksi, dia tidurnya brukut (memakai selimutnya sampai menutupi leher). Aku berusaha membuka selimutnya perlahan, kutarik ke bawah dan dia tetap tidak bereaksi. Kumasukkan tanganku ke dalam selimutnya sambil berusaha mencari payudaranya. Dengan tanpa kesulitan, tanganku sudah memegang payudaranya, tetapi masih terhalang dasternya.
“Eit… nanti dulu… ternyata dia ngga pake BH! Berarti semalam dia ngga pake BH-nya lagi dong, wah asik nih…” pikirku.
Lalu kumasukkan tanganku melalui lubang di antara kancing dasternya. Tidak susah juga, tanganku sudah memegang daging empuk dengan tonjolan di puncaknya.

Ana menggeliat, agak keras menggeliatnya, dia terbangun.
“Mampus gua,” pikirku.
Dia melotot sambil teriak, “Lepasin dong Mas… apa-apaan nih Mas?”
Aku gelagapan berusaha mencari alasan, “An… kamu ngga inget semalem ya?”
“Lupain aja Mas! Ana ngga mau lagi, ngga boleh, entar dosa Mas!”
“Tapi Ana semalem udah ngelakuin dosa lho… kenapa ngga sekalian aja?” rayuku.
Kali ini dia benar-benar marah. Ana teriak-teriak menyuruhku keluar dari kamarnya. Aku turut saja, untung letak rumahnya berjauhan dengan tetangga, jadi aku tidak takut teriakannya terdengar tetangganya.

Wah… gagal nih ceritanya.., aku akhirnya hanya meraba-taba batang kemaluanku yang menganggur karena tidak jadi dipakai. Aku duduk di ruang TV lagi. Melihat acara tarian Bangkok, lumayan lah buat obat, melihat penyanyi Thailand yang cantik-cantik. Sebentar kemudian Ana keluar dari kamarnya, dia menuju ke arahku. Aku berusaha tidak peduli, dia lalu duduk di dekatku.
Katanya, “Mas maapin Ana ya? Ana udah bentak-bentak Mas…”
“Ngga papa An.., Mas yang salah.” balasku.
“Sebenarnya Ana sayang sama Mas, tapi kita kan masih bersaudara, apalagi nanti kalo ketahuan ama Papa-Mama kan bisa berabe Mas!” jelasnya.
“Ya sudah.. lupain aja An, toh kamu masih muda. Nanti juga pasti ada cowok lain yang lebih pantas buat kamu.” lanjutku.
“Iya Mas, Mas… Ana mau ngasih sesuatu buat Mas.”
“Apa An?” tanyaku.
“Liat sini deh Mas..” (dia mulai tidak kaku lagi)

Aku menoleh ke arahnya, tiba-tiba dia mendekatkan bibirnya ke arah bibirku.
“Mmpphh…”
“Plas!” jantungku spontan berdegup keras, “Kok tau-tau nyium sih?” pikirku, tetapi kunikmati saja, enak sih.
Pertamanya dia hanya mau mengecup saja, tetapi kulingkarkan tanganku di lehernya, dan kudekap dia. Dengan lembut kukecup bibirnya, dia tidak berontak ternyata, aku pererat dekapanku, dada kami sudah saling menempel. Aku merasakan kalau dia masih belum memakai BH-nya. Dengan perlahan kubelai punggungnya, dasternya yang terbuat dari sutera terasa halus sekali, sensasinya justru membuatku jadi semakin ON saja. Coba saja pasangan anda disuruh pakai lingerie yang bahannya sutera, ditanggung kalau diraba pasti enak sekali. Lama kami berciuman dengan posisi itu, akhirnya capai juga aku. Kulepas pelukanku dan mengakhiri ciuman.

Aku berkata pada Ana, “Sini An… Mas pangku..”
“Ngga ah Mas… nanti kayak tadi malem deh jadinya…!”
“Percaya deh sama Mas… ngga sampe ngelakuin yang ngga-ngga kok, okey?”
Dia akhirnya mengalah, mungkin dia masih ada rasa ingin juga, dia juga tahu kalau sekarang kami hanya berdua saja di rumah, So? Why not?. Dia duduk di pangkuanku menghadap TV, tanganku bergerak dengan bebas di dadanya.
Kuraba dadanya sambil berkata, “An.. Ana ngga marah-marah lagi nih?”
“Biarin lah Mas.. udah terlanjur nih, tapi janji ya jangan kebablasen…” pintanya.
“Okey An!”
Dari belakang, sambil tanganku membelai payudaranya, kulihat dia memejamkan matanya menikmati belaian tanganku. Tanganku meraba payudaranya dengan hati-hati, penuh perasaan aku membelainya, aku sendiri memejamkan mataku jadinya. Pelan tapi pasti, tanganku bergerak turun menuju perutnya. Agak dekat dengan V-nya kugunakan kuku jariku yang agak panjang untuk membangkitkan rangsangan di perutnya. Kulirik dia, terlihat dia menahan perutnya dengan membuat kaku daerah itu.

Dia menikmati perbuatanku, perlahan dasternya kutarik ke atas, dia diam saja, ujung dasternya sudah sampai ke pahanya. Sedikit lagi pasti aku bisa meraih celana dalamnya. Akhirnya sampai juga, CD-nya sudah tidak tertutup lagi, sekilas kulihat bercak basah di ujung V-nya. Tanpa berpikir lama, kupindahkan tanganku ke sana, tanganku merasakan memang di daerah itu sudah basah. Kusimpulkan pasti dia sudah terangsang berat. Lalu kuselipkan tanganku ke dalam CD-nya, tetapi dia kali ini menahan tanganku supaya tidak masuk ke sana. Aku urungkan niatku untuk itu, tanganku hanya menggosok-gosok dari luar saja. Kemudian terlihat dia mengeluarkan lenguhan dan badannya menegang, seperti menahan sesuatu. Orgasme rupanya. Lalu badannya melemas lunglai di pelukanku.

Tanganku yang masih berada di selangkangannya merasakan kalau CD-nya bertambah basah. Kemudian Ana memandangiku. Lama kami berpandangan.
Ana kemudian bicara, “Mas, kita lakukan yuk. Ana udah ngga tahan…”
Wah, benar-benar kejutan..! Ana tiba-tiba berubah pikiran. Hal ini tidak akan kusia-siakan. Tanpa bicara lagi, langsung kucium dan kuremas dadanya yang masih tertutup daster. Ana melenguh keenakan karena remasan itu. Kemudian aku melepas remasannya. Kupandangi dadanya di balik dasternya, kupandangi seluruh tubuhnya, kulitnya yang sawo matang. Kemudian aku melepas dasternya karena akan merepotkan saja.

Kini ia polos tanpa satu benang pun menutupi tubuhnya. Kemudian aku membopongnya ke kamar tidurku dan kubaringkan ia di tempat tidur, lalu kuciumi seluruh tubuhnya. Tubuh Ana bergetar hebat, menandakan bahwa dia baru pertama kali ini melakukan hubungan seks dengan lawan jenisnya. Kemudian aku mencium dan menjilat bagian perutnya dan mulai ke bawah dan mulai meraba serta membuka kedua pahanya degan kedua tanganku. Tangan kananku membuka belahan vaginanya sedangkan seluruh bagian mulutku mulai mengolah bibir-bibir vaginanya. Tangan kiriku masih meremas buah dadanya yang sebelah kanan. Aku merasakan adanya cairan yang mulai membasahi permukaan bibir vaginanya. Aku terus menyedot dan menggigit-gigit perlahan labia mayoranya dengan asyik, sedangkan tangan kiriku sekarang meraba-raba klitorisnya dengan cairan pelumas dari lubangnya.

Asyik sekali, karena terlalu keasyikannya, secara tidak sadar, ada dua tangan menjambak rambutku, aku tidak menghentikan aktivitasku. Mulanya kupikir hanya gerakan kenikmatan yang diterimanya secara erotis. Eh, kok tambah lama terasa ada goyangan perlahan di bagian selangkangannya. Begitu pula tanpa kusadari, ada suara-suara nafas tertahan dan jambakan di rambutku bukan lagi jambakan pasif, tetapi mulai membelai dan memegang kupingku. Aku tiba-tiba sadar. Dia benar-benar menikmatinya. Aku termanggu duduk di antara selangkangannya dan melihat ke arah wajahnya.
“Kok.., berhenti Mas..?” suaranya berat perlahan dengan tatapan wajah yang sayu.
“Ehh.. terusin Mas… hhh… kurang dikit lagi..!” suaranya tertahan.

Aku masih terduduk bingung dan memandangnya dengan pandangan bodoh. Dan yang menjengkelkan, batang kejantananku tidak berkompromi. Dia tegak mengacung, sehingga mencuat di antara kaosku. Kepalanya tampak licin karena cairan bening yang keluar. Sebenarnya batang kejantananku lumayan besar dan panjang, sehingga tampak mencuat tinggi. Tiba-tiba Ana bangun, dan duduk di hadapanku, memandangku dengan sayu. Tiba-tiba tangannya mulai bergerak ke arah batangku, dan memegang lama sambil tersengal-sengal sehabis melumatnya. Kemudian memandangku perlahan dan meletakkan dirinya telentang di ranjang. Ana berdiri di atas tempat tidur dan berjongkok di depanku. Kemudian dia membuka kedua pahanya dan mengangkat lututnya ke atas sehingga lubangnya terlihat.

Ia meraba permukaan vaginanya sambil perlahan memandangku dan berkata, “Ayo Mas… masukin..!”
Aku seperti tersihir, antara bingung dan nafsu, menggerakkan diri untuk berlutut di antara kedua pahanya dan memegang kepala batangku yang licin terkena ludahnya dan mengarahkannya ke lubang merah mengkilat itu. Sejenak aku lupa bahwa dia masih belasan tahun, yang kurasakan secara reflek setelah dikenyot habis-habisan olehnya, ialah bahwa ia sudah tidak perawan lagi.
Dan, “Ssleeeppp..” ketat tetapi tidak begitu menjepit dan tanpa hambatan sama sekali (benar dugaanku). Aku menusukkan seluruh panjang batangku ke dalam lubang itu, dan hebatnya seluruh panjangnya batang kejantananku itu masuk total ke dalamnya serta membiarkannya sejenak merasakan denyutan hangatnya. Ana melenguh agak keras. Aku khawatir juga karena dia akan merasakan sakit di bagian dalam vaginanya. Tetapi karena malaikat nafsu lebih berkuasa, ya sudah aku santai saja dan mulai menarik batangku itu dari dalam lubangnya dan memasukkannya lagi seluruhnya.

Entah karena apa, aku tidak begitu merasakan rasa nikmat yang cepat naik. Memang terasa basah, licin dan enak tetapi, ya lebih karena ini memang sedang bersetubuh. Aku mulai berpraktek dengan berbagai macam cara menusuk dan arah tusukan ke dalam lubang vaginanya. Yang mulai mencemaskanku, Ana sama sekali tidak berusaha menahan suaranya. Ia mulai melenguh dan mengerang keras-keras ketika aku mulai mempercepat gerakanku. Aku antara cemas dan mulai nikmat, tidak peduli lagi. Lagi pula suaranya mulai merangsangku dan ini membuatku menusuk-nusuk dengan gerakan yang cepat dan keras.
“Aaahhh… aayooo Mass… aaduhh… cepat Masss..!” pintanya dengan nafsu.
Dia mengangkat kedua tangannya ke atas kepalanya. Bunyi beradunya kemaluan kami mulai terdengar keras, berkecepak-kecepak dan aku mulai merasakan lereng gunung telah kucapai. Tinggal mendaki cepat dan sampai di puncak.

Tiba-tiba Ana menghentikan gerakanku, dan menutup kedua pahanya sehingga terasa ada jepitan yang luar biasa di sekujur batangku. Kemudian dia memandangku sayu. Aku tahu apa yang dimaksudkannya dan mulai menggenjot lagi. Aku menjepitkan kedua betisnya di antara leherku dan bertumpu pada kedua tangan, sedang aku membentuk busur dengan tubuhku, merapatkan kedua pahaku sehingga terasa batangku membesar dan mulai menusuk-nusuknya cepat.
“Aaahhh… sss…” terdengar bunyi-bunyian antara suaranya yang merangsang dan bunyi kecepakan kemaluan kami yang beradu, sedangkan aku sendiri mengeluarkan suara helaan nafas yang cepat.
Beberapa menit kemudian, aku merasakan aliran yang semakin cepat memenuhi pinggul dan seluruh tubuhku. Keringatku telah mengucur deras.

Dan, “Annn… Annaaa… aaadduuhhh… ssss… Ann..!” spermaku menyemprot deras ke arah perutnya. Aku mengerang keras dan terus mengocok batang kemaluanku. Kemudian tanganku yang mulai begerak ke arah vaginanya segera menusuk-nusukannya. Lama aku terus menusuk-nusuk lubangnya karena rasa nikmatnya terus mengalir hingga tidak berapa lama kemudian Anna berkata, “Masss… aaa… Maass… ssshhh… aaddduuhh..!”
Ana menaikkan pelvisnya dan menerima tusukan-tusukan terakhirku dengan denyutan dinding vagina yang terasa cepat dan kenyal. Aku menindih tubuhnya yang kecil dan merasakan detak jantung yang cepat di dadanya dan dengusan nafas hangat di ubun-ubunku. Jariku masih menancap dalam di dalam vaginanya dan merasakan denyutan yang tidak kunjung reda.

Kemudian aku tergeletak di sampingnya, aku berkata kepada Ana, “An… kamu sekarang mandi saja ya..? Kayaknya kamu bau deh…”
“Sialan… iya deh, Ana mandi, makasih ya Mas… Ana udah dikasih pelajaran sama Mas.”
“Sama-sama An..”
Aku tidak merasa menyesal karena tidak dapat seperti yang kubayangkan (gadis yang benar-benar perawan). Yah, lumayanlah bisa meraba-raba kan? Ana lalu berdiri hendak menuju ke kamar mandi, sebelum dia pergi dia menoleh ke arahku lalu menunduk dan menciumku sebentar. Aku belaikan tanganku ke dadanya dan V-nya. Dia tersenyum memandangku, lalu bergegas menuju kamar mandi. Saat dia menutup kamar mandi, aku sempat dengar langkah kaki berlari menjauh dari arah pintu ruang tamu. Aku cepat-cepat menuju ruang tamu ingin mengetahui siapa yang baru saja dari sana. Sempat kulihat warna bajunya, biru seperti yang dipakai Reni. “Mungkinkah..?” batinku.

Aku kembali ke ruang TV, sambil menebak-nebak, “Apa iya.. tadi itu si Reni, terus kalau benar, berarti dia tahu dong kita lagi ngapain..? Waduh, terlalu serius sih tadi… jadinya begini deh.”
Kurang lebih 20 menit, Tante dan Reni datang dari pasar, Tante katanya mau masak Sop buntut dan membuat Rujak cingur. Siang jam 12:30, Ana mengajakku untuk makan. Saat makan, Reni kelihatan agak canggung melihatku, pikiranku lalu menghubungkan dengan peristiwa yang tadi kualami.
“Berarti tadi memang benar Reni..” pikirku.
Kami tidak bicara banyak saat di meja makan. Akhirnya sore pun tiba, Omku sudah datang sejak jam 3:00 tadi. Aku lewatkan seharian dengan bermain playstation dengan Ana, sedangkan Reni dari tadi berada di dalam kamarnya. Tidak tahu sedang berbuat apa dia, betah-betahnya di dalam kamar terus. Tante sendiri ke rumah tetangga untuk membantu masak, kebetulan tetangga ada yang sedang punya hajat.

Jam 8:00 malam, aku membaca-baca majalah di ruang tamu. Ana dan Reni di ruang TV sedang nonton HBO, tidak tahu apa film-nya. Tante sudah tidur di kamar belakang, lelah sehabis membantu tetangga. Si Om malam ini mendapat tugas jaga malam. Jam 9:00, Ana ke ruang tamu, dia bicara padaku kalau mau tidur duluan, Reni masih mau nonton TV menunggu opera sabun kegemarannya di HBO kata Ana. Ana suruh aku menemani Reni di ruang TV, soalnya si Reni anaknya sedikit penakut katanya. Jadi aku pindah ke ruang TV, kubawa majalah yang sedang kubaca. Aku rebahkan badanku di sofa panjang di depan TV. Reni sendiri duduk di kursi favoritnya, tanpa sekali pun menengok ke arahku. Aku teruskan baca artikel yang sempat terputus tadi, sambil sekali-sekali aku melihat ke arah televisi. Aku lihat ke arah jam tanganku, ternyata sudah jam 11:13.

Aku berkata kepada Reni, “Ren.. kamu ngga ngantuk?”
Dia tidak menjawab, kuulangi lagi dua kali baru dia menjawab, “Belum ngantuk kok Mas, lagian film-nya barusan mulai nih.”
“Oke.. kalau gitu Mas pergi tidur dulu ya..?”
“Ntar dulu dong Mas, tunggu film-nya abis… kan Reni takut nonton sendirian, film-nya agak horor nih!” pintanya.
“Sofanya dibuka aja… jadiin tempat tidur, Mas tidur di situ aja.” katanya lagi.
“Emang bisa Ren..? Oke deh Mas coba.”
Aku coba deh usul Reni, dan aku akhirnya tidur di sofa yang sudah diubah menjadi tempat tidur itu. Tidak tahu berapa lama aku tertidur di situ, tiba-tiba aku terbangun merasakan tanganku ada yang memegang. Aku buka mataku sedikit-sedikit, terlihat olehku Reni memegang tanganku, digosok-gosokkannya tanganku ke selangkangannya. Terasa olehku bulu-bulu halus di ujung jariku. Kulirik mukanya, dia mendesah amat pelan. Wajahnya menghadap ke arah televisi, aku jadi curiga, jangan-jangan?

Aku lalu mencoba melihat ke layar televisi, ternyata di sana terlihat film-nya sudah bukan HBO lagi. Kesimpulanku, si Reni ternyata suka nonton sampai malam berarti hanya untuk menyetel VCD porno. Wow! berarti kakaknya kalah dong sama adiknya. Perlu diketahui, jarak umur antara Ana dengan Reni hanya 1 tahun lebih sedikit, apalagi Reni anaknya agak bongsor, tingginya sepundakku, tidak begitu gemuk tetapi cukup berisi. Singkat kata, aku beruntung kali ini, karena mendapat daun muda nih. Perlahan, tanganku yang masih bebas berusaha melorotkan celana dalamku ke bawah. Sementara Reni masih asyik dengan kegiatannya yang semakin lama semakin menjadi, dia seperti terobsesi dengan film dari VCD tersebut. Lenguhannya kadang-kadang terdengar keras.

Lalu perlahan-lahan tanganku yang dia pegang kutarik ke arah kemaluanku. Setelah dekat, tanganku yang satunya dengan cepat kurangkulkan ke pinggangnya dan menariknya ke atas tubuhku. Dia kaget sekali, hampir dia berontak, tetapi selanjutnya dia justru memegang batang kejantananku dan mulai mengocok-ngocok dengan lembut. Aku pun lalu mengimbanginya, kuubah posisiku agar lebih enak dengan bersandar ke belakang, ke sandaran sofa. Dia menoleh ke arahku, terlihat wajahnya yang khas ABG, mengingatkanku kepada cewek-cewek yang suka nongkrong di mall-mall. Posisi tubuh kami akhirnya saling berhadapan, dia menggesekkan tubuhnya naik turun. Payudaranya ditempelkan ke dadaku. Nafasnya terdengar keras, khas orang yang sedang terangsang berat, “Sshhhsshhsshhss…” seperti itu deh kalau tidak salah.

T-shirtnya yang gombrong mulai basah terkena keringatnya, memang malam itu udara terasa sangat panas, aku sendiri juga merasa kepanasan. Aku peluk dia, tanganku kutelusupkan ke dalam t-shirtnya dari belakang, sedangkan bibirku tidak tinggal diam begitu saja, kucium belakang kupingnya dengan pelan, kuhembuskan nafas secara perlahan ke daun telinganya. Terasa olehku Reni semakin menggila, terasa dari gerakan tubuhnya yang turun naik dengan cepat, digesekkannya dadanya ke dadaku, juga selangkangannya dia gesek-gesekkan ke kemaluanku dengan bernafsu. Tanganku yang berada di punggungnya, akhirnya kugeser ke pantatnya, dari atas punggung kugerakkan ke bawah, masuk ke celananya sebelum sampai ke pantat. Kuputar ke samping dengan agak cepat, lalu kuteruskan ke pinggang mencari celana dalamnya, kuraba dari luar celana dalamnya, pantatnya yang empuk kuremas dengan gemas. Aku menyesuaikan dengan irama gerakannya yang maju mundur. Kontan dia makin menggila, tangannya naik ke atas, rambutnya menyuguhkan gerakan yang erotis sekali. Dia berusaha menanggalkan t-shirtnya.

Setelah t-shirtnya lepas, dia pegang kepalaku, menariknya ke arahnya dan melumat bibirku dengan sangat bernafsu. Reni tidak memakai BH, payudaranya yang berukuran lumayan besar terlihat mengkilat karena basah oleh keringat. Aku menjilat-jilat payudaranya, kukulum putingnya yang kecil dan tidak begitu menonjol.
Dia berteriak pelan, “Mas..!”
Aku lalu berpindah ke bibirnya yang mungil, kulumat dengan bernafsu bibirnya itu. Dia mendesah keenakan, akhirnya dia tidak tahan lagi.
“Ayo Mas, kayak yang di VCD itu lho Mas…” pintanya.
Kujawab, “Yang gimana Ren..?”
“Cepetan dong Mas… Reni udah ngga tahan nih..”
“Emang Reni udah pernah..?”
“Belum Mas… makanya Reni pengen coba, cepetan dong Mas…”

Kami lalu berdiri berhadapan, aku melepas pakaian yang melekat di tubuhku, dia begitu juga melepas semua pakaian di tubuhnya. Dengan bernafsu dia pegang batang kemaluanku untuk dikocok-kocok, sensasinya, wuah! Tidak tergambarkan. Dipegang oleh anak baru umur 18 tahun! Lalu sebentar kemudian, dia melepas batang kemaluanku dan membalikkan tubuhnya, berpegangan pada lemari buku. Posisinya sekarang agak menungging membelakangiku, pantatnya yang belum begitu besar terlihat kenyal. Dari belakang, aku melihat kemaluannya sudah merekah, ada daging yang keluar dari kemaluannya, entah apa itu namanya. Mungkin itu kli yang dinamakan clitoris. Tetapi pemandangan itu menjadikan batang kejantananku menjadi berdenyut-denyut ingin merasakannya.

Kudekati dia, kugesek-gesekkan kepala senjataku ke daging yang menyembul keluar itu. Tangan Reni dengan tergesa-gesa menarik batang kejantananku untuk segera dimasukkan ke dalam liang kemaluannya. Terasa agak sulit untuk memasukinya, kutusukkan dengan keras karena aku sudah sangat bernafsu. Aku melihat ke arah wajahnya. Pandangannya ternyata ke arah layar televisi, sambil sesekali bibirnya mengeluarkan desahan-desahan merangsang.
“Gila!” pikirku, “Dia ternyata maniak sama VCD porno.”
Aku tingkatkan kecepatanku dalam menggoyang. Lama-lama aku merasa pinggangku capek, dan aku coba mengarahkan dia untuk mengganti posisi classic, aku tiduran dan dia yang di atasku. Dia menurut. Sambil memegang pantatnya, aku tiduran dan menikmati goyangannya. Badannya terlihat mungil bila dibandingkan dengan tubuhku, suara desahannya terdengar melengking lirih di telingaku.

Pada puncak kenikmatannya, dia melengkungkan tubuhnya ke belakang, tangannya menahan berat badan tubuhnya dengan gemetar. Rasa hangat yang terasa oleh batang kejantananku menjadi bertambah seiring dengan tercapainya puncak kenikmatannya. Sedangkan aku sendiri belum merasakan puncak. Reni merangkulku dengan lemas. Setelah itu, dia berbisik ke kupingku.
“Makasih ya Mas, Mas telah memberi Reni melebihi dari mbak Ana…”
“Jreng! Terkuaklah kebenaran peristiwa siang tadi, ternyata memang benar. Reni telah melihatku bermesraan dengan kakaknya.” daliam hatiku.
“Loh, jadi tadi Reni ngelihat Mas padi gituan sama mbak Ana to?”
“Heeh Mas… Reni kepingin, lagian Reni sering ngeliat di VCD. Kayaknya enak banget deh Mas… dan ternyata memang bener.”
“Oke deh, tapi Mas Padi belom sampai puncak nih.. gimana dong? Kan kasihan Reni udah capek.”

“Begini aja Mas… dari tadi siang emang Reni udah merencanakan ini, gini rencana Reni, tadi waktu Reni ngeliat Mas sama Mbak Ana gituan, sebenarnya Reni mo ngambil Dompet Mama yang ketinggalan. Trus Reni punya rencana, Reni beli CTM (obat tidur) buat dikasih ke minuman Mama ama Mbak Ana, nah.. tadi Mbak Ana sama Mama udah minum obatnya (dicampur sama teh) masing-masing 3 butir.. hehehe.”
“Terus gimana dong?” sahutku.
“Sekarang Mbak Ana kan pasti pules banget tidurnya, diapa-apain pasti ngga bangun deh. Kan tempat tidur sebelahnya lagi kosong…”
“Heh!” aku spontan tahu apa yang dimaksudkannya, “Sip deh! Oke Ren! Sekarang kita pindah aja ke kamarmu…”
“Ayo..!”

Kemudian kami berdua berdiri dan menuju ke arah kamar Ana. Memang benar Ana tertidur lelap. Hanya iseng saja, aku membuka dasternya dan menyentuh kewanitaannya Ana dan memasukkan jari telunjuk dan tengah. Ternyata memang tidak bangun! Hanya saja dia mengeluarkan sedikit lenguhan-lenguhan nikmat yang dia rasakan. Kemudian aku mulai memainkan vaginanya sampai basah. Tetap saja Ana tidak bangun sama sekali.
“Mas, udah dong. Kok malah Mbak Ana yang dimaenin. Giliran Reni dooong…” keluh Reni karena sudah terbalut nafsu yang tinggi.
Padahal tadi sudah puas. Lagipula aku juga sudah bernafsu karena tadi dalam permainan pertama belum selesai.

Kemudian aku melepaskan jilatan pada vagina Ana dan berpaling ke Reni ysng sudah mulai memuncak nafsunya. Kemudian aku mulai naik ke atas ranjang dan menidurkan Reni. Secara intense, kami pun mulai pagutan. Tetapi ketika kami berciuman, beda sekali dengan yang pertama. Seperti disirap, kucium pipinya, mulutnya, berhenti lama di situ. Mulut kami berpagut seperti memecah ribuan rindu. Lidah kami bermain di sana. Tidak lama kemudian, kuturunkan lidahku ke arah lehernya, dia menggelinjang, matanya terpejam, tangannya bergidik seperti menahan gelombang perasaannya sendiri. Ketika putingnya kuraba, dia mulai melenguh. Dengan gerakan halus, aku mulai meremas-remas sehingga Reni merasa keenakan. Sementara bibirku sudah beralih, tidak lagi di bibirnya tetapi sudah menjilati telinga, dan lehernya.

Karena buah dadanya sudah terbuka, mulutku pun bergeser ke puting susunya yang sudah menegang. Ketika kumainkan dengan lidahku, lenguhannya semakin panjang. Tangan kananku pindah ke arah vaginanya dan mulai meremasnya. Sambil memainkan klitorisnya, aku terus menjilati kedua payudaranya. Ketika aku merasakan kemaluannya sudah sangat basah, aku mulai bernafsu untuk melakukan foreplay yang lebih lama. Tidak lama kemudian, mulutku menjilat ke arah perut, pinggang dan sasaran terakhir adalah klitorisnya yang merah. Karena tidak tahan, Reni berontak dan ingin merubah posisi.
“Ren, duduk di depan mukaku…” pintaku sambil menolongnya berpindah posisi.
Dia pun kemudian duduk dan menempatkan liang kenikmatannya tepat di wajahku. Lidah dan mulutku kembali memberikan kenikmatan baginya. Responnya mengejutnya.
“Aughhh…” setengah berteriak dan kedua tangannya meremas buah dadanya. Kuhisap dan kujilati terus, semakin basah liang kenikmatannya.

Tiba-tiba Reni berteriak, keras sekali, “Aahhh… ahhh,” matanya terpejam dan pinggulnya bergerak-gerak di wajahku.
“Aku.. keluar,” sambil terus menggoyangkan pinggulnya dan tubuhnya seperti tersentak-sentak.
Mungkin inilah orgasme wanita yang paling jelas kulihat. Dan tiba-tiba, keluar cairan membanjir dari liang kenikmatannya. Ini bisa kurasakan dengan jelas, karena mulutku masih menciumi dan menjilatinya.

“Aduh… Mass.. enak banget. Lemes deh.” katanya. Dia terkulai menindihku.
“Enak?”, tanyaku.
“Enak banget, kamu pinter yah. Ngga pernah lho aku klimaks kayak tadi.”
“Akh, yang bener..? Kamu kan tadi udah ngerasain.” kataku mengingatkan pada permainan pertama kami.”
“Tapi, uuhh… lebih enak yang ini..”
Ternyata Reni masih menikmati sisa-sisa klimaksnya. Tetapi karena belum puas, langsung saja kujilat kembali liang kemaluannya. Semakin lama semakin asyik dan sangat enak, dan dia pun merintih-rintih kecil.
“Mass… nakal ahhh… kok… akkhh… dimaenin lagi… ouuchh… siiich… uwuuhh ooo… sstt akhs… akhs… akhs… ooohhh aahh… sstth,” sambil tubuhnya agak bergerak tidak karuan, mungkin jilatanku tidak seberapa tetapi kulihat dia sedang keasyikan menikmati jilatanku.

Lalu dia berdiri dan menarik tubuhku ke lantai. Di situ kami berciuman lagi, entah kenapa aku merasakan sesuatu yang hangat di sekitar liang kemaluannya, kuingin batang kemaluanku dimasukkannya ke lubang kemaluannya. Soalnya aku masih ragu. Walaupun tadi sih berani. Tetapi takut si Ana bangun. Kemudian aku memberanikan untuk bicara.
“Ren, aku masukin lagi yaaa… Tadi kan belum puass…”
Reni tidak menjawab. Dia hanya merintih keenakan. Karena malas bermain sambil berdiri, aku mendorong Reni hingga tertindih oleh badanku. Reni mengerang keras karena vagina tertindih oleh adikku yang sudah menegang tinggi. Kemudian mulai lagi kugerakkan tanganku mencakar halus pinggangnya sampai ke payudaranya. Reni meremas kedua tanganku, menahan geli yang ditimbulkannya.

“Ssshh… ssshhh!” Reni mendesis berkali-kali menahan kenikmatan itu.
Kembali aku memainkan klitorisnya dengan tanganku, sementara kujilati kedua pahanya.
“Aaahhh… ssshhh,” Reni mengerang lirih.
Aku menikmati aroma kewanitaannya yang semerbak bersamaan keluarnya cairan dari liang kemaluannya. Kubenamkan wajahku ke liang kemaluannya sambil menjilati bibir kemaluannya. Klitorisnya yang berwarna merah jambu kukulum sambil kumainkan dengan lidahku. Tubuh Reni menggelinjang bergetar.
“Uuuhffsss… aaahhh!” Reni menjerit menahan kenikmatan sambil tangannya menggenggam tepi ranjang.
Kurasakan cairan kemaluannya deras mengalir dan kuhisap dengan penuh kepuasan.

“Masss… masukin sekarang.. aku ngga tahan nih..” Reni lirih memohonku untuk segera memasuki tubuhnya.
Aku segera menempatkan tubuhku di atas tubuhnya yang ramping, seksi serta kencang itu. Berdesir darahku melihat Reni terbaring polos telanjang. Ini bukan kesekian kalinya aku mengaguminya. Badan Reni kurus tetapi kencang dan atletis seperti pelari sprinter tetapi untungnya tidak sampai berotot.
“Maass… cepat doong… aakkhh.. ngga tahan nih…”
“Ok, tenang aja..”

Sejenak sempat kudengar Reni mendesis saat meraih kemaluanku.
“Uuu… besar dan kuat..” ujarnya setengah berbisik seperti berbicara pada dirinya sendiri.
Begitu ujung kepala batang kejantananku menempel di bibir kewanitaannya, kurasakan getaran listrik yang mulai menjalar di seluruh tubuhku. Lalu perlahan kudorongkan ke dalam liang kemaluannya.
“Uuhhss… yess, Masss… uuuffssh,” Reni mengerang sambil mendongakkan kepalanya.
Dengan satu dorongan berikutnya, batang kemaluanku sudah masuk secara penuh ke dalam liang kenikmatan Reni yang hangat dan tebal. Reni mengalungkan kedua tangannya di leherku dan kedua kakinya melingkar di pinggangku.

Aku mulai gerakan memompa liang kemaluannya.
“Yess… ufff Maas…” Reni menjerit halus sambil memejamkan matanya.
Gerakanku semakin lama semakin cepat dengan tekanan yang semakin kuat menerobos kedalaman liang kemaluan Reni yang merespon dengan berdenyut-denyut seperti memijit batang kemaluanku.
Tiba-tiba Reni membuka matanya dan berbisik lirih, “Mas ganti posisi… aku mau nih keluar nih..”
Kami segera ganti posisi, badan Reni membalik dalam posisi menungging (doggy style). Katanya dia biasa orgasme dalam posisi ini.

Aku menuruti permintaan Reni yang jelas dalam posisi ini aku jadi bisa melihat postur Reni lebih lengkap. Biarpun Reni ramping, tetapi dia memiliki pantat yang padat dan berisi sehingga dengan pinggangnya yang ramping makin membuat pantatnya montok. Aku segera mengarahkan batang kemaluanku kembali, kali ini penetrasi dari belakang.
“Srrrt…” makin lancar penetrasiku kali ini soalnya bagian luar liang kemaluan Reni makin basah.
Reni menggenggam pegangan ranjang degan kedua tangannya. Aku menciumi lehernya dari belakang sambil kadang-kadang menggigit pundaknya. Ternyata Reni sangat aktif dalam posisi ini. Dia semakin aktif bergerak, selain mengikuti gerakan maju mundurku, pinggulnya pun bergoyang mengocok batang kemaluanku.

“Reni… pinggul kamu hebat banget,” aku berbisik terengah-engah.
Reni menjawabnya dengan erangan-erangan, dia menoleh kepadaku sambil menggigit bibir bawahnya. Terlihat peluh membasahi wajahnya yang makin memerah.
Sesaat kemudian dia berbisik kepadaku, “Ouuchhh.. sayang… lebih cepat!” suaranya diikuti deru nafas yang memburu. Rupanya dia sudah semakin mendekati klimaks.
Aku pun meresponnya dengan gerakan yang lebih cepat dan keras. Kutusukkan batang kemaluanku makin dalam ke liang kemaluannya seiring perasaan klimaks yang sudah di ambang.
“Aaahhh Uuuh Sssh… teruuus Mas… ahhh…” Reni menjerit sambil bergerak makin liar sampai ranjangnya berderik-derik.

Kuteruskan gerakanku dengan mengerahkan sekuat tenaga mengimbangi gerakan liar Reni.
Ana masih tidur ketika Reni tiba-tiba menjerit, “Aaah… uuhhhfffssshhh… Masss…” kepalanya mendongak, tubuhnya bergetar hebat dan kurasakan semburan hangat dari liang kewanitaannya merembes sampai ke buah kemaluanku.
Aku pun melepaskan jutaan spermaku menyemprot kencang memenuhi karet kondom yang kupakai.
“Uuu… yess…” Reni mengakhiri gelombang kenikmatan dan mengerang sambil menikmati sisa-sisa orgasmenya.
“Ouuhhh.. Masss, kamu hebat sekali… aahh…”
Mungkin bisa dibilang ini adalah permainan terbaikku dibandingkan dengan Ana. Kemudian kami pun sempat tertidur berpelukan di kamar Ana.

Jam 5 pagi Reni balik ke kamarnya dan aku pun tidur di kamarku sendiri. Pukul 10:00, aku bangun dan mempersiapkan diri untuk kembali pulang ke kotaku. Aku diantar Om ke terminal bus, aku tidak sempat pamit dengan Ana dan Reni karena mereka belum bangun. Reni kelelahan karena habis bertempur denganku sepanjang malam, sedang Ana masih terpengaruh CTM. Tante sendiri belum bangun juga. Si Reni memang gila seks. Hari itu hari Kamis, jadwalku adalah harus berobat ke dokter spesialisku. Tetapi sial, di jalan perutku terasa sakit, sepertinya diare. Aku terpaksa turun di jalan dan mencari restoran terdekat untuk buang hajat. Sampai di rumahku pukul 8 malam dan itu berarti aku tidak jadi ke dokter. Tetapi aku tetap tersenyum simpul, kalau mengingat baru saja aku mendapatkan dua perawan ting-ting.

Lihat Juga : Cerita Dewasa | Aku Dipaksa Pacarku ML

Cerita Dewasa Ngentot Tante Hot Tetanggaku

$
0
0

Cerita Dewasa Ngentot Tante Hot Tetanggaku – Hari-hari belakangan ini aku sering berkhayal tentang tetangga blok sebelah rumahku Bu Mia namanya,istri Pak Darta.Mereka tinggal disitu sudah dari 2 tahun yang lalu.Namun baru 1 tahun terakhir ini aku mulai memperhatikan istri Pak Darta itu.Banyak pikiran ngeres di otak datang tiap malam.

Mulai dari keinginan melihat keindahan tubuh telanjangnya, mengelus paha mulus nya, meremas toket besar nya, ingin melihat bentuk memek dan menjilati, sampai dengan keinginan bercumbu dan bercinta di atas kasur, yang kemudian berakhir dengan menumpahkan sperma di memek Bu Mia.Oh…..

Bu Mia berusia 47 tahun dengan dua putri cantik hasil perkawinannya dengan Pak darta.Tubuhnya sintal dan putih mulus khas wanita sunda.sepertinya Bu Mia sangat rajin dalam merawat tubuhnya.Hal itu berawal dari ketidaksengajaan aku melihat paha mulus Bu Mia yang sedang tiduran di balai balai rumahnya akibat dari rok yang dipakainya sedikit tersibak keatas. Dan mungkin juga karena aku sudah dewasa (25 tahun] serta telah merasakan nikmatnya ngentot memek. Yah, memek pacarku sendiri, indri,maka aku jadi terobsesi dengan beliau.

Hampir tiap malam pikiran ngeres itu datang, bahkan sekarang jika aku ngocok kontol, Bu Mia lah yang jadi bahan fantasi. Lebih gila dari itu jika aku ngentot indri, aku membayangkan Bu Mia sedang melayaniku.

Dalam obrolan tak penting dengan teman-teman kuliah di pinggir jalan, ide menggarap Bu mia itu muncul semakin besar. Hal itu ketika seorang teman dengan bangganya bercerita tentang keberhasilan merenggkuh kegadisan sang pacar berkat bantuan obat perangsang.

Tindakan gila itu katanya terpaksa di lakukan karena selama mereka berkencan, pacarnya selalu tidak mau di ajak bercinta dengan alasan ingin mempertahankan keperawanan sampai pernikahan. Dasar gila itu temanku.

Ngentot Bu Mia dengan obat perangsang? Ah ini ide gila. Banyak resiko negative akan timbul jika tindakanku ketahuan kelak. Tapi, memberi obat perangsang sebagai jalan aku menjelajahi tubuh Bu Mia, melihat memeknya, meremas dan mengisap buah dada, meraba paha mulus, sampai menelanjangi Bu Mia, ini yang sedang kupersiapkan serius.

Pencurian Referensi tentang obat perangsang dari seorang teman sudah cukup jelas di otakku, mulai dari merek obat perangsang, harga yg tidak mahal sehingga tidak perlu membohongi nyokap pura-pura minta uang untuk beli buku, sampai dengan teknik mencampurkannya kepada makanan/minuman. Sekarang tinggal waktu yang tepat untuk beraksi.

Pada suatu hari aku di suruh nyokap mengantarkan uang kepada Bu Mia, katanya uang arisan. Tak taulah gimana cerita nya nyokap bisa bergabung dengan kelompok arisan dengan warga di sekitaran rumah Bu Mia. Bagiku, ini adalah kesempatan untuk menjalankan aksi.

Sebernanya aku disuruh ke rumah Bu Mia setelah pulang kuliah, tapi karena pertimbangan banyak hal, jadilah aku bolos kuliah dan langsung menuju rumah Bu Mia. Sehingga jam setengah sembilan aku sudah berada di depan rumahnya.Aku sengaja dating jam segitu biar siasana rumah bu mia aman,soalnya pasti suami kerja dan anaknya sedang sekolah ama kuliah.

‘lo, Alan, kok udah datang, kata mama kamu ntar siang’ Bu Mia kaget dengan kedatanganku.
‘hehe…aku bolos Bu, males ke kampus dosen nya gak asyik’ aku pura-pura. sementara Bu Mia menggeleng kepala sampai tersenyum manis.
‘jangan bilang sama mama ya Bu’
‘tapi sekali ini aja kan, besok-besok ibu laporin’ Bu Mia dengan nada penuh canda.
‘ok Bu, setuju. Makasih’

Aku masuk ke rumah Bu Mia. Sudah ku perkirakan hanya dia sendiri dirumah. Dua putrinya sedang sekolah, sementara om darta sang suami sedang bekerja. Beginilah kehidupan Bu Mia, seorang full ibu rumah tangga. Dan saat itu pun dia sedang masak, jadi aku dan Bu Mia ngobrol di dapur setelah serah terima uang arisan selesai. Dan tentu saja sambil otakku terus berpikir keras bagaimana bisa mencampur obat perangsang ini dengan minuman.

Setelah acara masak memasak selesai Bu Mia pun mandi. Sementara aku ruang tengah untuk nonton tv. Tapi bukan tv yang jadi konsenku, tapi aku mulai mencari peluang untuk menuangkan obat perangsang ini. rumah Bu Mia memang sudah seperti rumahku sendiri. aku bebas menyantap makanan atau minuman di sana, atau kesana kemari tanpa kaku, kecuali kamar Bu Mia tentunya.

Aku membuka kulkas , memperhatikan meja makan untuk mencari sesuatu untuk mencampur obat perangsang. Tapi tidak ada sesuai dengan hatiku.

Setelah selesai mandi dan berpakaian Bu Mia bergabung dengan ku nonton tv. Aku duduk di sofa bersama Bu Mia. satu toples kue dan teh manis menemani kami ngobrol akrab.
‘tambah teh manisnya lan’ Bu Mia menawarkan ketika melihat minumannku habis.
‘ga usah Bu’ jawabku ‘ ibu gak suka minum teh yah’ aku makin mencari celah.
‘kadang-kadang aja, Cuma kalo sekarang ibu lagi rajin minum susu kalsium. biar tulang gak keropos. maklum udah tua’
‘wah Bu Mia udah ke makan iklan neh’ candaku
‘mungkin juga , tapi bener juga kan, kalsium bagus buat tulang’ kata Bu Mia ‘o iya, ibu lupa hari ini belum minum, kamu mau lan’ katanya sambil berlalu
‘gak ah’

Bu Mia kembali dengan segelas susu putih kalsium, kami pun kembali ngobrol kesana kemari. Kini sasaran ku jelas; susu kalsium ini lah yang akan jadi tempat mencampur obat perangsang..
dag dig dug jantung ku berdebar berharap Bu Mia meninggalkanku untuk memberi kesempatan menuangkan obat perangsang kedalam susu kalsium. Dan tenyata benar adanya. Bu Mia kebelakang entah apa tujuanya.

Dengan cepat kubuka tas, kumabil obat perangsang yang telah ku masukan ke dalam botol air mineral. siapapun akan menyanggka jika melihat botol itu adalah air mineral yang dijual bebas, padahal isinya telah ku ganti dengan obat perangsang yang hanya beberpa mili liter itu.

Jika Bu Mia melihat botol itu pasti akan mengira kalu aku kuliah bawa air minum, padahal aku gak pernah bawa. Hanya saja aku sering lihat teman-teman cewek membawa air minum di tasnya.kalau ke kampus.

Hanya perlu bebera detik aku tuangkan obat perangsang ke dalam susu kalsium Bu Mia. Tapi efek jantungku benar-benar dahsyat, jantungku berdebar semakin kencang, keras sekali, seperti mau meledak. Percampuran antara harapan, cemas, dan takut terjadi sesuatu yang diluar perkiraan.

Hingga tak terasa jidatku mengeluarkan keringat. Sambil menanti Bu Mia kembali bersamaku.
‘ibu gak kemana-mana kan hari ini’
‘tiap hari emang ibu gak kemana-mana, emang nya kenapa?’
‘ya nggak tan, barangkali ibu mau pergi, jadi keganggu aku numpang bolos disini’
‘nggak-nggak kok’
Dakdigdug jantung semakin keras ketika susu kalsium yang telah bercampur obat perangsang itu habis di minum Bu Mia.

‘enak banget jadi artis, kawin cerai udah biasa’ kataku mengomentari acara infotainment yang sedang kami tonton.
Bu Mia tertawa kecil mendengar celotehku. ‘eh gimana indri, kamu kok gak pernah cerita lagi sama ibu’
‘baik-baik aja kok bu, kadang bosan juga sih, pengen cari lagi’
‘tapi jangan sampe nyakitin cewek kalo mao ganti pacar, sebelum kawin sih ga apa-apa’
‘itu dia masalahnya bu….’
‘kenapa emang’
‘ah gak ah’
‘lo kok nggak’
‘rahasia dong bu’
‘pake rahasia-rahasia an sama ibu’
‘nanti ibu cerita sama mama’
Bu Mia tertawa kecil. ‘ya udah ibu janji lagi gak lapor mama kamu’
‘ngomongin yang lain aja ah’
‘eh nggak, nggak, belum selesai’ ibu mengoyak pahaku.’sekarang ibu mau Tanya, kamu udah apain tuh indri’
‘emang di apain bu, gak ngerti’ aku belaga bego
‘hmm, jangan-jangan, kamu udah…..’ Bu Mia memainkan jari telunjuknya ‘jangan-jangan , hayo ngaku hehehe……’
‘ngaku apain sih tan’
‘kamu udah nidurin indri, bener kan’ Bu Mia sambil senyum
‘ah nggak….ibu kok punya pikiran gitu sih’
‘ayo ngaku..’ Bu Mia mencubit pinggangku pelan dan tak melepaskan.
‘aduh sakit ibu, geli nih…..’
‘ngaku gak…’
‘ibu lepasin nih aduh, aduh……’ aku geli sambil tertawa-tawa
‘ngaku gak, biarin ibu cubit sampe ngaku’
‘gak tan, nggak, belum di apa-apain. Aku memiringkan tubuhku berusaha melepaskan cubitan ibu, kedua telapakak tanganku ku kugunakan untuk menutaup wajah yang mulai memerah menahan malu dan geli. Bu Mia tidak melepas. Bahkan tangan kirinya berusaha melepas kedua telapak tangan yang menutup wajahku.
’ngaku nggak?’
‘iya ibu, udah,udah ibu….., lepasin’
Bu Mia melepas cubitannya, tapi tidak selesai disitu, sekarang ia mencubit kedua pipiku ckup keras.
’tetangga ibu ini udah nakal yah’
‘aduh ibu…sakit nih’

‘biarin…..’kata beliau dengan muka yang dibuat kaya orang gemes
‘ibu jangan bilang mama yah…aduh…aduh…’
Wajahku di jembreng tangan Bu Mia dengan jarak yang sangat dekat bahkan kadang bersentuhan membuat kontolku ngaceng.
Perlakuan ‘kejam’ Bu Mia berangsur menjadi seperti orang horny. tatapan mata serta gerak tubuhnya menandakan itu. Ku piker obat perangsang itu sudah mulai bekerja di tubuhnya, kurang lebih 30 menit setelah masuk ke tubuhnya.
Aku membalikan badan ke sandaran sofa untuk menyembunyikan mukaku yang memerah malu ini. tangan Bu Mia berusaha mengembalikan wajahku kea rah depan, aku bersikukuh dengan merapatkan wajah di sandaran sofa. Pergerakan tubuh Bu Mia ternyata terasa di bagian pungguku, ternyata tubuh Bu Mia sudah merapat dengan pungguku. Ah kontolku semakin ngaceng saja mendapat gesekan benda empuk di belakang., kupastikan itu adalah toket Bu Mia yang berhimpit.
‘alan berbalik dong, masak ibu di belakangin begini’
Aku tidak mempedulikan, yang ada di pikiranku adalah tentang aksi lanjutan ini.
Tiba-tiba Bu Mia memelukku dari belakang, tangannya melingkar di perutku, sementara kepalanya berada di leherku.

Yes,yes. Berarti obat perangsang ini sudah bener-bener bekerja. Aku membalikan wajahku dan ibu mia tak melepaskan pelukan tubuhnya dari tubuhku.
‘lan…’
‘ibu ga cerita sama mama kan’ aku pura-pura masih membahas tema tentang indri, padahal aku yakin betul pikiran ibu sudah berpindah dan di masuki birahi efek dari obat perangsang.
‘alan, ah….’ Bu Mia duduk di panggkuanku, dan membenamkan tubuhnya di dadaku, toket besarnya menekan dalam di dadaku, mulutnya meciumi leher Sementara kedua tangan memegang tanganku.
‘Bu mia………’ aku pura-pura kaget
Bu Mia tidak berkata-kata lagi. Ia terus saja bergerila menciumi bibirku dengan suara yang semakin parau. Aksi Bu Mia semakin liar ketika dia membuka kaos yang ku kukenakan.
‘ibu mia …oh…!’ hanya itu yang keluar dari mulutku.
‘ibu pengen lan……kamu mau kan menolong ibu……???’
‘Yes,kata2 yang ku idamkan akhirnya keluar juga dari bibir seksinya……

Aku mulai beraksi, tangan yang dari awal sudah gatal inging menjamah, langsung beraksi meremas toketnya. Uh, gede banget, empuk.

Bu Mia tidak puas dengan dengan remasan tanganku, ia mengangkat tshirt, dan membuang begitu saja, kemudian dia melepas tali bh dan juga mencampakan kebelakang, toketnya kemudian di berikan kewajahku.. Cup cup mulutku langsung nyosor di putting toketnya.

Toket putih besar dengan putting merah kehitam-hitaman menjadi mainan lidahku. Buas sekali memainkan toket Bu Mia, bahkan secara jujur aku lebih bernafsu dengan toket Bu Mia dari pada toket indri yang tidak terlalu besar itu.

Aku semakin liar, mendorong Bu Mia hingga telentang di sofa. Inilah tujuanku, menikmati setiap jengkal tubuh Bu Mia. Tindakan pertama yang kulakukan adalah melepas rok dan celana dalamnya, hingga Bu Mia telanjang bulat telentang pasrah di sofa siap menanti semu perilaku bejatku.

paha mulus Bu Mia menjadi sasaran utama, gara-gar paha mulus inilah aku melakukan aksi gila ini. aku menggerayangi setiap jengkal paha mulus Bu Mia,kemudian aku buat cupangan kecil dipaha bagian Bu Mia yang mulus itu…lalu sedikit demi sedikit aku elus semua bagian pahany hingga telapak tanganku semakin dekat dengan daerah paling pribadi milik perempuan; memek Bu Mia. ada bukit indah dengan rerimbunan rambut hitam disana. cukup lebat. bermain jari-jari disana aku sangat terobesi dengan belahan indah memek dengan lorong yang memerah.

‘eghhhh…..egghhhh…..eghhhh…’ ibu menggelinjang ketika tanganku berada di bibir memek itu.
sejenak aku meninggalkan memek Bu Mia. sasaranku kini adalah dua bukit kembar yang masih cukup membusung meski sedang telentang. dengan buas aku melumat puting toketnya sebelah kiri, meremas payudara kanan dengan tanganku.

gerakan mulut dan lidahku semakin menjadi ketika aku menjejahi setiap centi tubuh molek teman ibuku itu. dari leher, turun kembali ke toket kemudian berangssur turun ke memek. bermain main lidah di memek aku berlama-lama apalagi posisi kaki kiri Bu Mia sudah berada di atas sandaran sofa sehingga wilayan memek semakin terbuka.

Bu Mia terus mendesis. aghh…..aghhhhh…..eghh….ohhhhhhh……..zzzzz ……suara desisan itu membuatku semakin bernafsu, kontolku semakin keras dan berdenyut dan secara reflex tangan bu Mia melorotkan resleting celana dan mengeluarkan kontolku.

tangan Bu Mia bekerja meremas dan mengocok kontolku, sementara lidah ku terus menjilati memek Bu Mia, tangan kanan terus menjelajah dari paha kemudian ke toket dan memek secara bergantian.
oghhh…..oghh….aghh…….eghh………Bu Mia terus saja mendesis dengan diselingi menjambak rambutku.

dengan celana jeans yang ku pakai Bu Mia tidak leluasa mengocok kontolku, maka beliau berniat melepaskannya. tapi sebelum itu di lakukan aku sempat berpikir tentang keamanan rumah. maka ku gendong Bu Mia ke kamar.

Setibanya di kamar, langsung kubaringkan Bu Mia di kasur. aku pun buru-buru membuka celana jeansku dan celada dalamku. setelah aku telanjang bulat, aku langsung mencumbu Bu Mia di kasur. dan yang tak kalah nikmat adalah ketika Bu Mia telungkup dan aku menindih dari atas, kontolku berada di bokong Bu Mia.

Bu Mia memang sangat menggairahkan. suara parau yang membuatku ingin memasukan kontolku pada memeknya. tapi tidak, bukan itu tujuanku memberikannya obat perangsang. aku hanya ingin menikmati keindahan tubuhnya dan membuatya orgasme dengan lidahku, bukan ngentot memeknya dengan kontolku.

Sekiann lama aku mencumbu Bu Mia di kasur semakin aku ingin membenamkan kontolku ke memeknya, apalagi Bu Mia memohon untuk segera memasukan kontolku…..aghh…..udah…..oghhhh…. masukin….masukin…udah….aghhh………tolong. .. masukin……..

aku jadi semakin bingug dengan kontolku yang semakin berkedut ingin di jepit benda penuh nikmat;memek. dan kondisi itu sedang mendukung. memek merah merekah siap menerima meriman Kontolku ini.
dan memang akihirnya aku tidak kuat dengan kondisi ini.akhirnya ku masukan kontolku ke memek Bu Mia, bles…bless….bless……clep…clep… clep….

aghhhhhhhhhhhhh………………….Bu Mia melepas desahan panjang sambil matanya melongo menatapku yang terus menikmati setiap gerakan Bu Mia.
aghhh……………aghhhhhh…….suaraku juga semakin keras akibat kenikmatan tiada tara memasukan kontol di memek Bu Mia

setiap dorongan adalah kenikmatan, gerakan ku yang semula pelan-pelan dengan terus berusaha romatis semakin tidak terkendali dan cenderung cepat akibat suara Bu Mia yang juga semakin keras. aku terus bergerak maju mundur. betapa nikmat aku memompa memek Bu Mia.

memeknya memang tidak sesempit kepunyaan indri, tapi aku sangat menikmati setiap gerakan tubuh dan
desis suaranya. Bu Mia, memang luar biasa. di usia yang tidak lagi muda dia sangat menggairahkan bagi anak muda sepertiku.
‘agh…..agh….agh…ibu mau keluar….agh…..agh….ibu mau keluar… ‘. suara Bu Mia terputus putus…;aghh..oghhhh

kupercepat gerakanku.menggenjot memeknya. hingga tiba-tiba Bu Mia mengejang hebat, kedua tangannya menjambak rambut dan kepalaku, sementara kedua kakinya melingkar di tubuhku.di ikuti bibirnya yang melumat bibirku dengan suara lolongan yang tersumbat di bibirku…eeegggh………eghhhhh……..eghhhhh ……… egggghhhhhh
aku yang sadar Bu Mia orgasme menghentikan gerakan. mundur, tapi kutekan lebih dalam kontolku ke memeknya……..dan teryata benar, Bu Mia mengejang semakin hebat dengan gerakanku itu.

nafas Bu Mia terengah-engah ketika ia melepas jambakan tangannya dan menurunkan linkar kakinya. tapi itu tidak lama karena Bu Mia kembali meranngkul kepalaku, ‘ibu udah keluar sayang…….’
aku senang sekali mendengar ucapan Bu Mia itu.Ku lihat air maniku meleh keluar dari memek Bu Mia.aku senang bisa membuat wanita mendapat kepuasan seksual dariku. bagaimanapun juga aku menikmanti tubuh wanita bukan hanya menyalurkan sperma ke memeknya, tapi juga ingin memberikan kebahagian atas nikmatnya orgasme dari bercinta.

Dan selanjutnya acara ngentot itu pun di akhiri dengan orgasme dari ku, Bu Mia masih bisa orgasme sekali lagi dan itu yang semakin membuat senang.Hari itu kami melakukan persetubuhan ini sebanyak dua kali sampai menjelang pulang anakny yang no 2.

aku senang dan puas bisa ngentot memek Bu Mia,akhirnya tubuh putih mulus tetanggaku ini bisa ku nikmati, tapi selebihnya aku menyesali perbuatanku itu. Begitu juga dengan Bu Mia, ia menyesal dengan kejadian itu. meskipun katanya ia sangat menikmati bercinta denganku, tapi ia tidak mau lagi memberikan memeknya padaku apalagi buat orang lain. ia hanya ingin memberikan memeknya kepada suaminya Pak Darta.Sebulan kemudian Bu Mia dan keluarga pindah ke kota lain karena Pak Darta di mutasikan ke kota tersebut. selamat tinggal Bu Mia….. Kenangan ini takkan pernah bisa aku lupakan….

Lihat Juga : Cerita Dewasa Sepupu Dan Adiknya Yang Perawan

Cerita Dewasa – Pengalaman Di Panti Pijat

$
0
0

Cerita Dewasa – Namaku Andra, sebut saja Andra **** (edited). Aku kuliah di sebuah PTS di Bandung sebuah kota metropolis yang gemerlap, yang identik dengan kehidupan malamnya. Di tengah kuliahku yang padat dan sibuk, aku mempunyai suatu pengalaman yang tak akan kulupakan pada waktu aku masih semester satu dan masih berdampak sampai sekarang. Latar belakangku adalah dari keluarga baik-baik, kami tinggal di sebuah perumahan di kawasan ****** (edited) di Bandung. Sebagai mahasiswa baru aku termasuk aktif mengikuti kegiatan kemahasiswaan, kebetulan aku menyukai kegiatan outdoor ataupun alam bebas. Aku memang mewarisi bakat ayahku yang merupakan seorang pemburu yang handal, hal inilah yang membuat darah petualangku menggelora.

Memasuki pertengahan semester aku mulai kenal dan akrab dengan seorang cewek, sebut saja namanya Ema. Aku tertarik padanya karena ia orangnya juga menyukai kegiatan alam bebas, berburu misalnya. Awalnya sih aku agak heran juga kenapa cewek cantik seperti dia suka “mengokang” senapan yang notabene berat dan kemudian menguliti binatang hasil buruannya dengan beringas. Hemmm… kegaranganya bak macan betina inilah yang aku sukai, aku suka melihat buah dadanya yang menantang dibalut baju pemburu yang ketat dan kebiasaannya menggigit bibir bawahnya ketika mengokang senapan. Bibir merah yang seksi itu sering mengundang gairahku. Karena ada kecocokan, kami akhirnya jadian juga dan resmi pacaran tepatnya pada waktu akhir semester pertama. Kami berdua termasuk pasangan yang serasi, apa mau dikata lagi tubuhku yang tinggi tegap dapat mengimbangi parasnya yang langsing dan padat. Pacaran kami pada awalnya normal-normal saja, yahhh.. sebatas ciuman saja biasa kan? Dan aku melihat bahwa Ema itu orangnya blak-blakan kok.

Semuanya berubah setelah pengalamanku di sebuah panti pijat. Hari itu Minggu 12 April 1999 aku masih ingat betul hari itu, aku dan ayahku berburu di sebuah gunung di daerah Jatiluhur tentu saja setelah berburu seharian badan terasa capai dan lemah. Malamnya aku memutuskan untuk mencari sebuah panti pijat di Bandung, dengan mengendarai Land Rover-ku aku mulai menyusuri kota Bandung. Dan akhirnya tempat itu kutemukan juga, aku masuk dan langsung menemui seorang gadis di meja depan dan aku dipersilakan duduk dulu. Tak lama kemudian muncullah seorang gadis yang berpakaian layaknya baby sitter dengan warna putih ketat dan rok setinggi lutut. Wuahh… cantik juga dia, dan pasti juga merangsang libidoku. Dengan ramah ia mempersilakan aku masuk ke ruang pijat, ruangan selebar 4×4 dengan satu ranjang dan sebuah kipas angin menggantung di atasnya. “Bajunya dibuka dulu ya Bang…” katanya dengan tersenyum manis, “OK lahh..” sambutku dengan semangat. “Tapi kipasnya jangan dinyalain yah, dingin nih..” dia pun mengangguk tanda paham akan keinginanku. Kubuka sweaterku dan aku pun berbaring, aku memang sengaja tidak memakai t-shirt malam itu. “Celananya sekalian dong Bang,” katanya. “Emmm.. Lo yang bukain deh, males nih..” dia pun tersenyum dan agaknya memahami juga hasratku. “Ahh.. kamu manja deh,” katanya, dengan cekatan tangannya yang mulus dan lentik itu pun mencopot sabuk di pinggangku kemudian melucuti celanaku. Wah dia kelihatannya agak nafsu juga melihat tubuhku ketika hanya ber-CD, terlihat “adik”-ku manis tersembul dengan gagahnya di dalam sarangnya.

“Eh.. ini dicopot sekalian ya? biar enak nanti mijitnya!”
“Wahhh… itu nanti aja deh, nanti malah berdiri lagi,” kataku setengah bercanda.
Lagi-lagi ia menyunggingkan senyum manisnya yang menawan. Kemudian aku tengkurap, ia mulai memijitku dari punggung atas ke bawah.
“Wah.. pijitanmu enak ya?” pujiku.
“Nanti kamu akan merasakan yang lebih enak lagi,” jawabnya.
“Oooh jadi servis plus nih?” tanyaku.
“Mmm… buatmu aku senang melakukannya,” pijatannya semakin ke bawah dan sekarang tangannya sedang menari di pinggangku, wah geli juga nih, dan kemaluanku pun mulai “bereaksi kimia”.
“Eh.. balikkan badan dong!” pintanya.
“Ok.. ok..”
Aku langsung saja berbaring. Tentu saja batanganku yang ereksi berat terlihat semakin menggunung.
“Wahh.. belum-belum saja sudah ngaceng yaa..” godanya sambil tangannya memegang kemaluanku dengan jarinya seakan mengukur besarnya.
“Habisnya kamu merangsang sihh..” kataku.
“Nah kalo begitu sekarang waktunya dicopot yah? biar enak itu punyamu, kan sakit kalau begitu,” pintanya.
“OK, copot aja sendiri,” aku memang udah nggak tahan lagi, abis udah ereksi penuh sih.

Dengan bersemangat gadis itu memelorotkan CD-ku, tentu saja kemaluanku yang sudah berdiri tegak dan keras mengacung tepat di mukanya.
“Ck.. ck.. ckk.. besar amat punyamu, berapa kali ini kamu latih tiap hari,” katanya sembari tertawa.
“Ah… emangnya aku suka ‘lojon’ apa…” jawabku.
Ia menyentuh kepala kemaluanku dengan penuh nafsu, dan mengelusnya. Tentu saja aku kaget dan keenakan, habis baru pertama kali sih.
“Ahhh.. mau kau apakan adikku?” tanyaku.
“Tenanglah belum waktunya,” ia mengelusnya dengan lembut dan merabai juga kantong zakarku.
“Wah.. hh.. jangan berhenti dulu, aku mau keluar nih,” sergahku.
“Haha.. baru digitukan aja udah mau keluar, payah kamu,” ledeknya.
“Entar lagi lah, pijitin dulu badanku,” kataku.
“OK lah…”
Ia mulai mengambil minyak pijat dan memijat tangan dan dadaku. Wahhh ia naik dan duduk di perutku. Sialan! belahan dadanya yang putih mulus pun kelihatan, aku pun terbelalak memandangnya.
“Sialan! montok bener tetekmu,” dan tanganku pun mulai gerilya meraba dan memeganginya, ia pun mengerjap, pijatannya pun otomatis terhenti.

Setelah agak lama aku merabai gunungnya ia pun turun dari perutku, ia perlahan membuka kancing bajunya sampai turun ke bawah, sambil menatapku dengan penuh nafsu. Ia sengaja mempermainkan perasaanku dengan agak perlahan membuka bajunya.
“Cepatlahh.. ke sini, kasihan nih adikku udah menunggu lama…” aku sambil mengocok sendiri kemaluanku, habis nggak tahan sih.
“Eits… jangan!” ia memegang tanganku.
“Ini bagianku,” katanya sambil menuding adikku yang seakan mau meledak.
Tak lama ia kemudian mengambil minyak pijat dan mengoleskan ke kemaluanku.
“Ehmm… ahhh…” aku pun menggelinjang, namun ia tak peduli, malah tangannya semakin cekatan memainkan kemaluanku.
“Augghh… aku nggak tahan nihhh…”
Kemudian ia mulai menghisapnya seraya tangannya mengelus buah zakarku.
“Aduhhh… arghh.. aku mau keluar nihhh!”
Kemudian kemaluanku berdenyut dengan keras dan akhirnya “Croottt…” maniku memancar dengan derasnya, ia terus mengocoknya seakan maniku seakan dihabiskan oleh kocokannya.
“Aahhh…” aku melenguh panjang, badanku semua mengejang. Ia kelihatanya suka cairanku, ia menjilatinya sampai bersih, aku pun lemas.
“Gimana… enak kan? tapi kamu payah deh baru digituin dikit aja udah ‘KO’,” godanya.
“Habbiss kamu gitukan sih, siapa tahannn…”
Ia memakluminya dan agaknya tahu kalau aku baru pertama kalinya.
“Tuh kan lemes, punyamu mengkerut lagi,” sambil ia memainkan kemaluanku yang sudah nggak berdaya lagi.
“Entar ya, nanti kukerasin lagi,” katanya.
“Hufff… OK lah,” kataku pasrah.

Cerita Seks – Dengan masih menggunakan bra dan CD ia mulai memijatku lagi. Kali ini ia memijat pahaku dan terkadang ia menjilati kemaluanku yang sudah lemas.
“Ihhh… lucu ya kalau sudah lemes, kecil!” ia mengejekku.
Aku yang merasa di-“KO”-nya diam saja. Sembari ia memijat pahaku, dadanya yang montok kadang juga menggesek kakiku, wahhh kenyal sekali!
“Kenapa liat-liat, napsu ya ama punyaku?” katanya.
“Wahhh, bisa-bisa adikku terusik lagi nih,” jawabku.
Aku sambil mengelus dan mengocok sendiri kemaluanku sembari melihat geliat gadis itu memijatku.
“Wah dasar tukang coli kamu…” serangnya.
“Biar aja, akan kubuktikan kalo aku mampu bangkit lagi dan meng-‘KO’ kamu,” kataku dengan semangat.
Benar juga kemaluanku yang tadinya tidur dan lemas lambat laun mulai naik dan mengeras.
“Tuh.. berdiri lagi,” katanya girang.
“Pasti!” kataku.

Aku tidak melewatkan kesempatan itu, segera kuraih tangannya dan aku segera menindihnya.
“Uhhh.. pelan dikit doong!” katanya.
“Biar aja, habis kamu napsuin sih…” kataku.
Dengan cepat aku melucuti BH dan CD-nya. Sekarang kelihatan semua gunung kembarnya yang padat berisi dengan puting merahnya serta lubang kemaluannya yang bagus dan merah. Langsung saja kujilati puncak gunungnya dengan penuh nafsu, “Emmm.. nikmat, ayo terusin..” desahnya membuatku berdebar. Kulihat tangannya mulai merabai kemaluannya sendiri sehingga kelihatan basah sekarang. Tandanya ia mulai bernafsu berat, aku pun mengambil alih tangannya dan segera menjulurkan lidahku dan kumainkan di lubang kemaluannya yang lezat. Ia semakin menjadi, desahannya semakin keras dan geliat tubuhnya bagaikan cacing, “Ahhh… uhhh ayo lah puaskan aku…” ia pun mulai menggapai batang kemaluanku yang sudah keras, “Ayolah masukkan!” tanpa basa-basi aku pun menancapkan barangku ke lubang kemaluannya.
“Slep.. slepp!”
“Arghh… ihhh… ssshhh,” ia agak kaget rupanya menerima hujaman pusakaku yang besar itu.
“Uahhh.. ennakkk…” katanya.

Mulutnya megap-megap kelihatan seperti ikan yang kekurangan air, aku pun semakin semangat memompanya. Tapi apa yang terjadi karena terlalu bernafsunya aku tidak bisa mengontrol maniku. “Heggh… hegghh… ahhh, ehmm… aku mau keluar lagi nihh!” kataku.
“Sshhh… ahhh ah… payah lo, gue tanggung ni… entar donk!”
“Aku sudah tidak tahan lagii…”
Tak lama kemudian batang kemaluanku berdenyut kencang.
“Aaaku keluarrr…” erangku.
“Ehhh… cepat cabut!” sergapnya.
Aku pun mencabut batang kemaluanku dan ia pun segera menghisapnya.
“Ahhh… shhh…!”
“Crot… crottt… crottt” memancar dengan derasnya maniku memenuhi mulutnya dan berceceran juga di gunung kembarnya yang masih tegang.
“Ugghh…” aku pun langsung tumbang lemas.
“Aduh… gimana sih, aku nanggung nihh… loyo kamu.”
Aku sudah tidak bisa berkata lagi, dengan agak sewot ia berdiri.
“Ahhh… kamu menghabiskan cairanku yaaa.. lemes nihh,” kataku.
“Udah lahh.. aku pergi,” katanya sewot.
“Ya udah sana… thanks ya Sayang…” ia pun berlalu sambil tersenyum.

Pengalaman malam itu seakan telah merubah pandanganku tentang cewek. Aku berpikir semua cewek adalah penyuka seks dan penyuka akan kemaluan lelaki. Atas dasar itulah kejadian ini terjadi. Siang itu aku bertemu sama pacarku.
“Ehhh.. abis ngapain kamu Ndra? kok kelihatanya lemes amat? sakit yah…” tanyanya.
“Ah nggak kok, kemaren abis berburu sama ayahku,” jawabku singkat.
“Ohh.. gitu ya,” ia kelihatannya mulai paham.
Memang siang itu mukaku kelihatan kusut, sayu dan acak-acakan. Pokoknya kelihatan sekali deh kalau orang habis ML jor-joran, tapi kelihatannya “Yayang”-ku tidak curiga.
“Eh besok hari Rabu kan kita nggak kuliah,” katanya.
“Iya memang enggak..” jawabku.
“Kita berenang yuk?” ajaknya.
“Emm… OK jadi!” jawabku mantap.
Yayangku memang hobi berenang sih, jadi ya OK saja deh. Karena hari itu sudah sore, waktu menunjukkan pukul 04:55, aku segera menggandeng tangan Ema, “Ayo lah kita pulang, yok kuantar..” dia pun menurut sambil memeluk tanganku di dadanya.

Malamnya aku tidak bisa tidur, gadis pemijat itu pun masih berputar di otakku dan tidak mau pergi. Bayangan-bayangan gerakan tangannya yang luwes serta hisapan kenikmatan yang kurasakan waktu itu tidak bisa dilupakan begitu saja dari benakku, “Sialan! bikin konak aja luh…” gerutuku. Aku pun hanya gelisah dan tidak bisa tidur, karena kemaluanku tegang terus. Aku pun berusaha melupakannya dengan memeluk guling dan berusaha untuk tidur, tetapi hangat liang kemaluannya mencengkeram kuat pusakaku masih saja menghantui pikiranku. “Ahhhh…aku nggak tahan nih…” segera kucopot celana dan CD-ku, kuambil baby oil di meja, aku pun onani ria dengan nikmatnya, “ahhh…” kugerakkan tanganku seolah menirukan gerakan tangan gadis itu sambil membayangkan adegan demi adegan kemarin malam itu. “Huff…” nafasku semakin memburu, gerakan tanganku semakin cepat dibuatnya. Kurang lebih 5 menit kemudian “Crott!” tumpahlah cairan maniku membasahi perut dan sprei sekitarku. Aku pun langsung tidur, “Zzz..”

Paginya pukul 07:00 kakak perempuanku masuk ke kamar untuk membangunkanku. Karena kamarku tidak dikunci, betapa terbelalaknya dia ketika melihat aku tanpa celana tidur terlentang dan melihat batanganku sudah berdiri dan di perutku terdapat bekas mani yang mengering.
“Andraaa… apa-apaan kau ini ha!” hardiknya, aku terkejut dan langsung mengambil selimut untuk menutupi batangan kerasku yang menjulang.
“Eh … Kakak.. emm…” kataku gugup.
“Kamu ngapain ha…? sudah besar nggak tau malu huh..!”
Au cuek saja, malah aku langsung melepas selimut dan meraih celanaku sehingga kemaluanku yang tegang tampak lagi oleh kakakku.
“Iiihhh… nggak tau malu, barang gituan dipamerin,” ia bergidik.
“Biar aja… yang penting nikmat,” jawabku enteng, kakak perempuanku yang satu ini memang blak-blakan juga sih. Ia menatapnya dengan santai, kemudian matanya tertuju pada baby oil yang tergeletak di kasurku.
“Sialan… kamu memakai baby oil-ku yah? Dasarrr!”
Ia ngomel-ngomel dan berlalu, aku pun hanya tertawa cekikikan. “Brak!” terdengar suara pintu dibanting olehnya, “Dasar perempuan! nggak boleh liat cowok seneng,” gerutuku.
Aku pun dengan santainya keluar kamar dan sarapan sebelum mandi, kulihat kakak perempuanku sedang lihat TV.
“Eh… Kak minta sampoonya dan sabunnya dong!” pintaku.
“Ogah ah… entar kamu buat macam-macam, pokoknya nggak mau,” jawabnya ketus.
“Huhh.. weee!” aku mencibir.

Aku langsung saja mandi dan sarapan. Sekitar pukul 08:00 kustater Land Rover kesayanganku dan langsung kupacu ke tempat Ema, mungkin ia sudah menungguku. Benar juga sampai di depan pagar rumahnya ia sudah menungguku di depan teras rumahnya.
“Haii… kok agak terlambat sih Say?” tanyanya.
“Eh… sori nih trouble dengan kakak perempuan,” dalihku.
“OK lah, mari kita berangkat!”

Kami pun langsung tancap menuju tempat tujuan kami yaitu kolam renang di kawasan Cipanas. Yah, maklum saja itu hari Rabu maka perjalanan kami lancar karena tidak terjebak macet. Kurang lebih 2 jam perjalanan santai kami sampai di tempat tersebut.

“Eh.. yang sini sajalah, tempatnya enak loh,” pintanya.
“Baiklah Sayaang…” kataku.
Kami berdua langsung saja masuk.
“Yang, aku ganti dulu yah… kamu ikut nggak?” ajaknya.
“Yuk, sekalian saja aku juga mau ganti.”
Di kolam renang itu paling hanya terdapat segelintir orang yang sedang berenang, karena tempat itu ramai biasanya pada hari Minggu.
“Emmm… kita ganti baju bersama saja yah? biar asyikk..” katanya.
Aku spontan menganggukkan kepalaku. Di dalam ruang ganti kami pun segera meletakkan tas kami dan segera melepas baju, Yayangku ganti baju terlebih dahulu. Ia mencopot dulu kaosnya, Ema memang penyuka kaos ketat dan celana jins, melihatnya melepas kaosnya aku pun hanya terpaku tak berkedip.
“Kenapa Sayang… ayolah lepas bajumu,” katanya sambil tersenyum.
“Habbis… aku suka memandangmu waktu begitu sih,” dan dia hanya tertawa kecil.

Aku pun segera mencopot t-shirtku dan celana panjangku dan cuma CD yang kutinggalkan. Tanpa ragu-ragu aku pun memelorotkan CD-ku di depan pacarku karena ingin ganti dengan celana renang, “Wahhh… Yayang ni..” katanya sedikit terkejut. Rupanya ia agak kaget juga melihat batang kemaluanku yang setengah ereksi.
“Kok tegang sih Say?” selidiknya manja.
“Habis kamu montok sih..” jawabku seraya memakai celana renang yang super ketat.
“Wahhh… hemmm,” goda pacarku ketika melihat kemaluanku tampak menyembul besar di balik celana renang itu, dia itu memang asyik orangnya.
“Nahh… aku sudah beres,” kataku setelah memakai celana itu.
“Eh.. bantu aku dong!” dia tampaknya kesulitan melepas branya.
“Sini aku lepasin…” kataku.
Kemudian kulepaskan branya. Astaga, sepasang daging montok dan putih terlihat jelas, hemmm spontan saja batang kemaluanku tegang dibuatnya.
“Ah… sayang, dadamu indah sekali,” kataku sambil berbisik di belakang telinganya.
Langsung saja ia kupeluk dari belakang dan kuciumi telinganya.
“Eeh.. kamu ingin ML di sini yah?” jawabnya sambil memegang tengkukku.

Aku tidak menjawab. Tanganku langsung bergerilya di kedua gunung kembarnya, kuremas-remas dengan mesra dan kupelintir lembut putingnya yang masih merah segar, “Ah… Sayang!” desahnya pendek, batang kemaluanku yang sudah tegak kugesek-gesekkan di pantatnya, wahhh.. nikmat sekali, dia masih memakai celana sih.
“Aduh… keras sekali, Yayang ngaceng yah…” godanya.
“Dah tau nanya.. hhh,” kataku terengah.
Buah dadanya semakin keras saja, rupanya ia mulai terangsang dengan remasanku dan ciumanku di telinganya.
“Ehhhmm… uhhh,” lenguhnya sambil memejamkan mata.

Melihat gelagat tersebut aku menurunkan tanganku ke ritsleting celananya, kulepas kancingnya dan kupelorotkan ritsletingnya, ia agaknya masih agak ragu juga, terbukti dengan memegang tanganku berupaya menahan gerakan tanganku yang semakin nakal di daerah selangkanganya. Tetapi dengan ciumanku yang membabi buta di daerah tengkuknya dan remasanku yang semakin mesra, akhirnya tanganku dilepasnya, kelihatannya ia sudah terangsang berat. Tanpa basa-basi tanganku langsung menelusup ke CD-nya. Wahh… terasa bulu-bulu halus menumbuhi sekitar liang kemaluannya. Kuraba klitorisnya, “Aghhh… oouhh.. sayang kamu nakal deh,” dengusnya sambil mengerjap. Ia langsung membalikkan tubuhnya, memelukku erat dan meraih bibirku, “Cupppp…” wah ia lihai juga melakukan French Kiss. Dengan penuh nafsu ia melahap bibirku. Cewekku yang satu ini memang binal seperti singa betina kalau sudah terangsang berat.

Cerita 17 tahun. – Agak lama kami ber-French Kiss ria, perlahan ia mulai menurunkan kepalanya dan ganti memangsa leherku, “Aahhh… geli sayang,” kataku. Rupanya debar jantungku yang menggelegar tak dirasakan olehnya. ia langsung mendorongku ke tembok, dan ia pun menciumi dadaku yang bidang dan berbulu tipis itu. “Wah… dadamu seksi yah…” katanya bernafsu. Menjulurlah lidahnya menjilati dadaku “Slurrppp…” jilatan yang cepat dan teratur tersebut tak kuasa menahan adikku kecil yang agak menyembul keluar di balik celana renangku. Jilatannya semakin lama semakin turun dan akhirnya sampai ke pusarku. Tangan pacarku kemudian merabai batang kemaluanku yang sudah keras sekali. Aku pun sangat bernafsu sekali karena mengingatkanku pada gadis panti pijat yang merabai lembut kemaluanku. “Ahhh.. Sayang…” desahku tertahan. Dengan cekatan ia memelorotkan celana renangku yang baru saja kupakai, alhasil batanganku yang keras dan panjang pun mendongak gagah di depan mukanya.
“Ihh… gila punyamu Sayang…” katanya.
“Ema… hisap dong Sayang!” pintaku.
Ia agak ragu melakukan itu, maklum ia masih virgin sih. Ia belum menuruti permintaanku, ia hanya mengocok pelan namun gerakan kocokannya pun masih kaku, sangat berbeda dengan gadis pemijat tempo hari.
“Ssshhh… uahhh…” aku pun mendesah panjang menahan kenikmatanku.
“Sss… sayang hisap dong!”
Aku pun menarik kepalanya dan mendekatkan bibirnya yang mungil ke kepala kemaluanku, sekali lagi ia agak ragu membuka mulut.
“Aah… nggak mau Say, mana muat di mulutku…” jawabnya ragu.
“Egh… tenang saja sayang, pelan-pelan lah,”

Dia agaknya memahami gejolakku yang tak tertahan. Akhirnya ia memegang batanganku dan menjulurkan lidahnya yang mungil menjilati kepala kemaluanku.
“Slurpp… slurpp…” sejuk rasanya.
“Mmhhh… ahh, nah begitu Sayang… ayo teruss… ahh ssshh, buka mulutmu sayang.”
Ia masih saja menjilati kepala dan leher kemaluanku yang mengacung menantang langit, lama-lama ia pandai juga menyenangkan lelaki, jilatannya semakin berani dan menjalar ke kantong semarku. “Ih… bau nih sayang.. tadi nggak mandi ya?” katanya menggoda ketika menjilati buah zakarku yang ditumbuhi bulu-bulu halus, aku memang merawat khusus adikku yang satu ini. “Ihh.. nggak lah sayang, kan yang penting nikmat,” kataku tertahan. Mulut mungil Ema perlahan membuka, aku pun membimbing batang kemluanku masuk ke mulutnya. “Mmhh.. eghh…” terdengar suara itu dari mulut Ema ketika batangku masuk, tampaknya ia menikmatinya. Ia pun mulai menghisapnya dengan bernafsu.
“Slerpp.. cep..”
“Ahhh… mmmm.. oohhh…” desahku penuh kenikmatan.
“Mmmhh… sayang, nikmatttt sekali…” gumamku tidak jelas.
Setelah agak lama, aku pun menarik kemaluanku dari mulut Ema. Segera kubopong tubuhnya ke bangku panjang di dalam ruang ganti. Kurebahkan badannya yang lencir dan montok di sana, dengan keadaan pusakaku yang masih mengacung, kupelorotkan celana jins Ema dengan penuh nafsu, “Syuutt…” dan tak lupa CD-nya. Ia pun tampaknya pasrah dan menikmatinya karena tangannya merabai sendiri puting susunya.

Kemudian tampaklah lubang kemaluannya yang merah dan basah, aku pun segera mendekatkan kepalaku dan… “Slurp,” lidahku kujulurkan ke klitorisnya.
“Hemmm… slurp…”
“Aachhh… uhhh!” desahnya panjang menahan kenikmatan yang dirasakan tarian lidahku di kemaluannya yang sangat lincah, makanya Ema mati keenakan dibuatnya.
“Sssh… sshhss…” desisnya bagaikan ular kobra.
“Andraaa… aku nggak tahan lagiii…” ia menggeliat tak karuan.
“Akuuu… nyampai nihhh…”
Jilatanku semakin kupercepat dan kutambah ciuman mesra ke bibir kemaluannya yang harum, “Cup… cupp,” kelihatannya ia hampir mencapai puncak karena kemaluannya memerah dan banjir.
“Sshh… aahh… oohhh Yaangg… aku keluarrr…” erangnya menahan kenikmatan yang luar biasa.
Benar juga cairan kemaluannya membanjir menebar bau yang khas. Hemm enak, aku masih saja menjilatinya dengan penuh nafsu.
“Aduhhh… hhh… Sayang, aku udah nihh…” katanya lemas.
“Ma, aku masih konak nih…” kataku meminta.
Langsung saja tanganku ditariknya dan mendudukkanku di atas perutnya, batang kemaluanku yang masih tegang menantang belum mendapat jatahnya.

Lihat Juga : Cerita Mesum Teman Kerja Perempuan Solehah Berjilbab


Cerita Dewasa – Menikmati 3 Gadis Seksi

$
0
0

Cerita Dewasa – Namaku Ramon, gue masih pelajar SMA. Hari itu sangat mendung, aku mulai memasuki gerbang sekolah, untuk belajar dengan baik seperti yang diharapkan orang tua saya saat berpamitan. Di gerbang saya bertemu dengan Vani, teman sekelasku, akupun berjalan bersama Vani menuju kelas. Kumulai sedikit basa-basi kepadanya.

“Cantik banget sih, Vani…” “Eh, aku belum mandi aja dibilang cantik, gimana kalo aku udah make over ya??” “Belum mandi??? Jorok banget sih…” Ejekku “Kayak kamu bersih banget, biasanya kamu kan bau, apalagi kalo abis pelajaran olahraga, mana sering deket-deket ce lagi pas abis olahraga” Balasnya “Sialan nih…” Pikirku, “Ya iyalah… Namanya juga co, pasti bau dong abis olahraga…” “Ah… Si Ucup aja ga bau kalo abis olahraga…” “Enak aja, mau kamu sama dia? Cakepan juga aku” “Iya juga ya… Cakepan kamu, hehehe” “Iyalah… Ramon kok, mana ada tandingannya… Hehehe…” “Haha… Kamu narsis banget sih jadi co…” Katanya sambil mencubit “Ih… Geli deh… Kamu juga lucu deh…”

Akhirnya kami berdua tiba di kelas, kamipun belajar di kelas sampai pulang, saat jam belajar, entah kenapa Vani minta untuk duduk sebangku denganku, tentu saja aku tidak menolaknya, maklum, Vani itu salah satu ce paling cantik di sekolahku, saat aku duduk sebangku dengan Vani, banyak teman-teman yang membicarakan kami berdua, maklum, di sekolah aku termasuk co yang biasa-biasa aja. Kalo deket sama Vani bisa jadi gosip baru nih. Bel tanda pelajaran berakhir pun berbunyi. Aku lalu berjalan keluar bersama Vani.

“Van, kamu pulang sama siapa?” tanyaku “Gak tau, biasanya sih aku naik angkot, kamu mau anterin aku?” “Boleh, rumah kamu kan gak terlalu jauh, asalkan…” “Asalkan apa? Masa nganterin gitu aja pake syarat sih?” Protes Vani “…asalkan kamu mau cium aku…” Aku mulai nekat, karena memang di sekolah aku terkenal nekat. “Ih… Ada-ada aja, masa pake cium-cium segala sih??” “Ya udah, berhubung kamu cakep, aku mau cium kamu, tapi cari tempat yang sepi dong…” “Oke… Kita ke toilet belakang sekolah” “Tapi jangan apa-apain aku lagi yah…” “Iya deh… Jangan takut kalo sama aku…”

Tibalah kami ke toilet belakang sekolah, di situ Vani seperti merasa ketakutan, mungkin karena takut diapa-apain, tapi aku ga peduli. “Nah… Sekarang merem dong, biar aku cium…” Katanya “Iya… Iya… Tapi kamu merem juga dong…” Suruhku “Ya udah…”
Vani memejamkan matanya, bibir kami makin berdekatan, setelah cukup dekat, aku membuka mataku dan mulai mencium Vani dengan sangat bernafsu, sambil memeluk tubuhnya aku mencumbui Vani dengan sangat bernafsu. “Mmmmmmmhhhhhhh……..” erang Vani, tetapi aku tidak perduli, aku masih saja mencumbuinya. Tetapi Vani masih bisa lepas dari dekapanku. “Katanya cuma cium, masa kayak gitu??” Katanya sambil sedikit tertawa “Tapi suka kan?” Bilang aja… Ya kan? Ya kan? Hehe…” Kataku sambil tertawa dan meledek Vani “Iya sih…”

Cerita Seks – Aku mulai mencumbuinya lagi, kali ini aku lebih berani, tanganku mulai meraba pantatnya, meremasnya dengan keras. Vani sepertinya mulai meresponnya. Vani melepas lagi cumbuanku. “Pelan dikit say… Jangan buru-buru gitu, sekarang diem aja ya, duduk aja di kloset tuh…” Suruhnya, dari sini aku mulai ngerti kalau Vani itu seorang “PROFESIONAL”, hehehe… “Iya say, cepetan dong say, bukain, kasih servis sekalian” Suruhku padanya, berhubung udah nafsuan banget nih…

Vani mulai membukakan celanaku, aku juga membuka baju seragamku sendiri, hingga aku telanjang bulat sementara Vani masih berpakaian lengkap, Vani mulai mengocok penisku, setelah itu Vani mulai menjilat-jilat penisku, dan menghisap-hisap penisku, mendapat perlakuan seperti itu aku sangat menikmatinya, udah gak lama dapet kayak gini, dahsyat bro!!! Tiba-tiba ada yang masuk ke dalam toilet tempat kami beraksi.

“Waaaahhhhh…. Ada yang mantap nih…” Kata orang yang masuk itu “Iya tuh, bagus juga…. Gede loh” Kata orang kedua yang masuk. Orang pertama adalah Chintya, teman sekelasku juga dan yang kedua Icha, kakak kelasku yang merupakan sepupu Chintya. Mereka berdua terkenal sebagai ce yang hot di sekolah. “Boleh ikut ga nih? Tanya Icha pada Vani “Boleh aja kok…” jawab Vani. Aku merasa sangat terkejut dengan mereka, mereka masuk tiba-tiba dan seperti mau ikut dengan aksi kami. Kalo mereka mau ikut, Rejeki jangan ditolak ah…

“Tapi jangan di sini dong tempatnya, masa sempit gini sih?” kata Chintya “Mending kita ke rumahku aja, kebetulan lagi kosong tuh” tambah Icha “Ya udah, tapi cepetan dong, nanggung nih… Belum dikeluarin…” “udah santai aja, nanti kita keluarin bertiga, santai aja” jawab Icha Akupun langsung mengenakan seragamku kembali, lalu kami berjalan menuju parkiran, aku naik sepeda motor bersama Vani, Icha dan Chintya naik mobil mereka, di perjalanan, Vani menggesek-gesekkan dadanya di punggungku, kayaknya ga sabar juga nih si Vani.

Akhirnya tiba jugalah kami di rumah Icha, Icha dan Chintya sudah sampai duluan di sana, mereka menunggu kami, akhirnya kami masuk ke dalam rumah, Icha mengunci pintu rumahnya. Aku duduk di sofa, dan mereka mulai mengelilingi oleh mereka bertiga, Icha mulai melingkarkan tangannya di leherku sambil berdiri, dan langsung menciumiku, sementara Chintya dan Vani duduk di sebelah kiri dan kananku. Mereka mulai mengelus-elus dada dan selangkanganku, sesuatu mulai mengeras di selangkanganku. Lalu aku memeluk Icha, mendekapnya dengan sangat keras, saat itu aku tidak tahu siapa memegang bagian tubuhku yang mana, saat itu aku merasakan ada yang membukakan celanaku, lalu menariknya dengan sedikit kesulitan untuk membukanya, tinggallah baju seragamku dengan celana pendek ketatku, tanpa ada apa-apa lagi di dalamnya, aku melepaskan ciumanku dengan Icha, lalu kulepas baju seragamku, kini aku telanjang tanpa menggunakan pakaian apapun, lalu aku mencium Vani, sambil Vani mengocok-ngocok penisku, Chintya mulai menjilati dadaku, menghisap putingku, terasa sangat geli.

Icha membuka bajunya, lalu melemparkannya kepada aku dan Vani yang sedang bercumbu. Kulemparkan kembali kepadanya. Terlihat kulit pada dada Icha yang sangat putih mulus, seperti punya mantanku dulu, Sarah. Aku mulai meraba-raba dada Icha, menyelusup dari luar BHnya, lalu Icha membukakan BHnya, semakin terlihat jelas kalau Icha luar biasa cantiknya, lalu Icha membuka roknya ke bawah, juga CDnya, aku sangat suka melihatnya, lalu aku lepaskan cumbuanku pada Vani, aku berdiri dan langsung mencumbu Icha lagi, tanganku meremas-remas memeknya, lalu aku mendorongnya ke sofa, Icha malah berdiri, menarik tanganku, mengajak aku menuju kamarnya, ada sebuah ranjang yang besar, aku langsung ditolaknya hingga berbaring di ranjang, kulihat Vani dan Chintya menyusul kami ke sini. Icha mulai mengocok-ngocok kontolku, tak lama ia mengocok, lalu Icha menghisapnya dengan penuh semangat, aku sampai melayang dibuatnya. Lalu kulihat Chintya dan Vani mulai membuka seluruh pakaian mereka, hingga telanjang bulat, body mereka bagus semua, aku ga bosan-bosan ngeliatin mereka, Chintya lalu memasang posisi meletakkan memeknya ke wajahku.

aku langsung menjilatinya. Vani juga mengocok memeknya sendiri, aku sangat suka melihat pemandangan seperti ini. Mereka semua meraung-raung, mendesah, dan berteriak kenikmatan. Icha yang sepertinya sudah mulai bosan menghisapi kontolku mulai bangkit dan berusaha menduduki kontolku dan memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah terangsang. Kontolku merasakan betapa nikmatnya memek Icha, aku menggoyangkan pinggulku dengan cepat, Icha pun meresponnya dengan baik, Icha juga membalas gerakan pinggulku dengan sangat liar, melihat itu, Vani menghampiri Icha dan langsung mencium Icha dengan sangat liar, wow! Ini semua sangat hebat, sangat luar biasa rasanya 3 anak SMA kontol dengan liar begini! “kontol, enak banget nih… Akkkhhhhh……..” Desah Icha yang bergoyang liar di atas tubuhku, tak lama kemudian, Icha ambruk ke tubuhku, Icha mengalami orgasme. Icha lalu bangkit dan pindah ke samping kami bertiga, Icha terlihat lemas dan ia tertidur. Vani meraih kontolku dan menghisapnya, sementara Chintya masih bertahan dengan hisapanku di memeknya, aku masih dalam posisi berbaring di ranjang.

“Vaniii… Aku mau ngerasain kontol si Ramon… Pengen banget nih… Akkkkhhhh….” “Ya udah, sini dong” “Entar, kamu nungging aja, Chin, biar doggie” suruhku Chintya lalu menungging, aku sempat meremas-remas pantat dan memeknya, lalu aku mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya. “Aaakkkkhhh…. Aaaahhhh….” Itulah yang keluar dari mulutnya saat kontolku masuk seluruhnya ke dalam memek Chintya “Aaahhh… Enak banget memek kamu, Chin, aku suka banget… Oooohhh….” “Kencengin, Mon, Kerasin… Kontolmu enak banget, kenceng beibh…. Ooooooooohhhhhhh……….” Setelah 7 menit bertahan dalam posisi ini, kurasakan seperti ada yang mau keluar dari dalam penisku, akhirnya aku ngecrot di dalam memeknya sambil mengangkat tubuh Chintya dan mencium bibirnya dari samping. “Oooohhh…. Enak banget beibh… Aku keluar juga nih… Oooohhh…. Aaaahhhh….” Tubuh kami berdua pun ambruk, dan kontolku masih berada di dalam memeknya, kami tergeletak dalam posisi menyamping. Aku mulai bangkit, kulihat banyak sekali spermaku di memek Chintya yang meluber keluar memeknya.

“Enak banget beibh… kontol kamu keras banget… Aku suka banget…” katanya, ia pun terbaring lemas, menaruh kepalanya di atas tubuh Icha Kulihat Vani mengangkangkan pahanya, dan memasukkan 2 jarinya ke dalam memeknya. Aku beristirahat sejenak, kontolku masih lemas dari orgasme tadi. 10 menit aku beristirahat sambil kupejamkan mataku. Kulihat Vani sedang mengocok-ngocok memeknya dengan jarinya, aku langsung menghampirinya, dan mencumbuinya, aku mulai dari bibir, leher, lalu aku menyusu di dadanya, dadanya sangat besar, berukuran sekitar 36B, karena tubuhnya termasuk besar. Lalu aku menjilati memeknya, dan mengocok-ngocok memeknya dengan jariku, Vani mengalami orgasmenya. “Aaaaaaaaaaahhhhhhhhhh……………. Ennnnaaakkkkkk…….” Kudiamkan jariku di dalam memeknya sesaat, lalu kukeluarkan. “Kamu mau kontol, sayang?” tanyaku Mau banget, sayang, ayo dong, cepetan…! Masukin…!” Kini aku berada di antara kedua pahanya, mengangkat kedua kakinya ke atas bahuku, lalu mencoba memasukkan kontolku ke dalam memeknya yang sudah basah dan merekah merah.

Cerita 17 tahun – Masuklah kontolku ke dalam memeknya. “Oooohhh… Aaaahhhh… Eeennnaaakkkk…” Erangnya saat aku menggoyang kontolku Semakin cepat aku menggoyang kontolku. Kali ini rasanya kontolku lebih tahan dari pada tadi, mungkin karena sudah dikeluarin sekali pikirku, lama dalam posisi seperti ini, aku meminta Vani untuk tidur menyamping, tanpa mengeluarkan kontolku dari dalam memeknya, aku memutar posisinya miring ke kiri, dengan posisi ini aku masih menggoyang pinggulku dengan kencang. Tanganku dalam posisi meremas-remas pantat dan dadanya yang merah bekas cupang, pantatnya merah karena kutampar-tampar. Kulihat Icha dan Chintya mulai bangun, mereka tiduran sambil menonton permainan aku dan Vani. Sambil aku kontol dengan Vani, Icha menghampiriku dan menciumiku, sepertinya dia mau lagi, semakin kencang aku menggoyangkan pinggulku, lalu kuberhenti sebentar, aku memutar tubuh Vani ke posisi doggie, karena aku suka sekali posisi ini, dalam posisi ini aku meremas-remas dada Vani, semakin Vani mendesah dan berteriak, sementara sambil menggoyang aku berciuman dengan Icha, semakin kukencangkan goyanganku dan akhirnya Vani mengalami orgasmenya.

Langsung kulepas kontolku dari memek Vani, aku langsung bergerak menuju Icha yang sudah telentang membuka pahanya, aku memasukkan kontolku ke dalam vaginanya. Aku menggoyang tubuh Icha sambil menindihnya, kami berciuman, kami berdua bertahan lama dalam posisi ini. “Mon… Mau keluar nih aku… Aaaahhh…. Enak banget…” “Aku juga kak…” Wajah Chintya dan Vani berada di atas perut dan dada Icha, seperti menungguku untuk orgasme. Akhirnya aku cabut kontolku keluar memeknya, dan keluarlah cipratan orgasme Icha, sangat deras. Lalu aku menembakkan spermaku ke wajah Chintya dan Vani, Chintya langsung menghisap kontolku sampai lemas. Akhirnya kami bertiga tergeletak lemas di atas ranjang, di depanku ada Icha, di kiriku ada Chintya, dan di dadaku terbaring tubuh Vani. “Thanx banget, Mon. Aku suka banget kontol kamu, lain kali kita bisa main lagi kan?” kata Icha “Iya, Mon. Kita suka banget kontol kamu, walaupun ga terlalu gede, tapi kamu bisa main lama” puji Vani “Kapan bisa main lagi, Mon?” tanya Chintya “Kapan aja aku bisa kok main sama kalian, kalo mau juga di mana aja aku lakuin, di sekolahan juga jadi!”

“Bener nih? Gimana kalo besok kita main lagi di sekolahan?” kata Icha “Ah gila ah… Aku ga mau” tolak Chintya “Boleh… Asalkan pas udah sepi…” “Ga enak dong kalo sepi, ga seru…” Kata Icha lagi “Ah, aku tetep ga mau…” Kata Chintya, Chintya mulai memejamkan matanya dan sepertinya dia kelelahan dan tidur. “Terserah kalian semualah… Yang penting kalo lagi pengen, hubungi aja aku… Hahaha…” Itulah kisahku bersama 3 gadis hot sekolahku, lain kali akan kuceritakan pengalamanku bersama mereka lagi saat ada pertandingan futsal di sekolah…

Lihat Juga : Cerita Sex Pengalaman ML dengan Teman Kerja

Cerita Dewasa – Dinda dan Seks Pertamanya

$
0
0

Cerita Dewasa – Dinda dan Seks Pertamanya. Nama saya Dinda. Sebenarnya itu bukan nama asli saya, tetapi nama samaran yang diberikan Arthur dalam kisahnya di Arthur: Snow, Ski & Sex. Saya ingin membagikan juga kisah saya tetapi saya menumpang saja memakai account Arthur di 17Tahun.com. Menurut orang, wajah saya cantik sekali. Mataku yang sayu sering membuat pria tergila-gila padaku. Saya sendiri tidak GR tapi saya merasa pria banyak yang ingin bersetubuh dengan saya. Saya senang saja karena pada dasarnya saya juga senang ML.

Saya dibesarkan di keluarga yang taat beragama. Dari SD hingga SMP saya disekolahkan di sebuah sekolah berlatar belakang agama. Sebenarnya dari kelas 6 SD, gairah seksual saya tinggi sekali tetapi saya selalu berhasil menekannya dengan membaca buku. Selesai SMP tahun 1989, saya melanjutkan ke SMA negeri di kawasan bulungan, Jakarta Selatan.
CeritaHD – Dinda dan Seks PertamanyaCeritaHD – Dinda dan Seks Pertamanya
Di hari pertama masuk SMA, saya sudah langsung akrab dengan teman-teman baru bernama Vera, Angki dan Nia. Mereka cantik, kaya dan pintar. Dari mereka bertiga, terus terang yang bertubuh paling indah adalah si Vera. Tubuh saya cenderung biasa saja tetapi berbuah dada besar karena dulu saya gemuk, tetapi berkat diet ketat dan olah raga gila-gilaan, saya berhasil menurunkan berat badan tetapi payudaraku tetap saja besar.

Di suatu hari Sabtu, sepulang sekolah kami menginap ke rumah Vera di Pondok Indah. Rumah Vera besar sekali dan punya kolam renang. Di rumah Vera, kami ngerumpi segala macam hal sambil bermalas-malasan di sofa. Di sore hari, kami berempat ganti baju untuk berenang. Di kamar Vera, dengan cueknya Vera, Angki dan Nia telanjang didepanku untuk ganti baju. Saya awalnya agak risih tetapi saya ikut-ikutan cuek. Saya melirik tubuh ketiga teman saya yang langsing. Ku lirik selangkangan mereka dan bulu kemaluan mereka tercukur rapi bahkan Vera mencukur habis bulu kemaluannya. Tiba-tiba si Nia berteriak ke arah saya..

“Gile, jembut Dinda lebat banget”

Kontan Vera dan Angki menengok kearah saya. Saya menjadi sedikit malu.

“Dicukur dong Dinda, enggak malu tuh sama celana dalam?” kata Angki.

“Gue belum pernah cukur jembut” jawabku.

“Ini ada gunting dan shaver, cukur aja kalau mau” kata Vera.

Saya menerima gunting dan shaver lalu mencukur jembutku di kamar mandi Vera. Angki dan Nia tidak menunggu lebih lama, mereka langsung menceburkan diri ke kolam renang sedangkan Vera menunggui saya. Setelah mencoba memendekkan jembut, Vera masuk ke kamar mandi dan melihat hasil saya.

“Kurang pendek, Dinda. Abisin aja” kata Vera.

“Nggak berani, takut lecet” jawabku.

“Sini gue bantuin” kata Vera.

Vera lalu berjongkok di hadapanku. Saya sendiri posisinya duduk di kursi toilet. Vera membuka lebar kaki saya lalu mengoleskan shaving cream ke sekitar vagina. Ada sensasi getaran menyelubungi tubuhku saat jari Vera menyentuh vaginaku. Dengan cepat Vera menyapu shaver ke jembutku dan menggunduli semua rambut-rambut didaerah kelaminku. Tak terasa dalam waktu 5 menit, Vera telah selesai dengan karyanya. Ia mengambil handuk kecil lalu dibasahi dengan air kemudian ia membersihkan sisa-sisa shaving cream dari selangkanganku.

“Bagus kan?” kata Vera.

Saya menengok ke bawah dan melihat vaginaku yang botak seperti bayi. OK juga kerjaannya. Vera lalu jongkok kembali di selangkanganku dan membersihkan sedikit selangkanganku.

“Dinda, elo masih perawan ya?” kata Vera.

“Iya, kok tau?”

“Vagina elo rapat banget” kata Vera.

Sekali-kali jari Vera membuka bibir vagina saya. Nafasku mulai memburu menahan getaran dalam tubuhku. Ada apa ini? Tanya saya dalam hati. Vera melirik ke arahku lalu jarinya kembali memainkan vaginaku.

“Ooh, Vera, geli ah”

Vera nyengir nakal tapi jarinya masih mengelus-elus vaginaku. Saya benar-benar menjadi gila rasanya menahan perasaan ini. Tak terasa saya menjambak rambut Vera dan Vera menjadi semakin agresif memainkan jarinya di vaginaku. Dan sekarang ia perlahan mulai menjilat vagina saya.

“Memek kamu wangi”

“Jangan Vera” pinta saya tetapi dalam hati ingin terus dijilat.

Vera menjilat vagina saya. Bibir vagina saya dibuka dan lidahnya menyapu seluruh vagina saya. Klitorisku dihisap dengan keras sehingga nafas saya tersentak-sentak. Saya memejamkan mata menikmati lidah Vera di vaginaku. Tak berapa lama saya merasakan lidah Vera mulai naik kearah perut lalu ke dada. Hatiku berdebar-debar menantikan perbuatan Vera berikutnya. Dengan lembut tangan Vera membuka BH-ku lalu tangan kanannya mulai meremas payudara kiriku sedangkan payudara kananku dikulum oleh Vera.

Inikah yang namanya seks? Tanyaku dalam hati. 18 tahun saya mencoba membayangkan kenikmatan seks dan saya sama sekali tak membayangkan bahwa pengalaman pertamaku akan dengan seorang perempuan. Tetapi nikmatnya luar biasa. Vera mengulum puting payudaraku sementara tangan kanannya sudah kembali turun ke selangkanganku dan memainkan klitorisku. Saya menggeliat-geliat menikmati sensualitas dalam diriku. Tiba-tiba dari luar si Nia memanggil..

“Woi, lama amat di dalam. Mau berenang enggak?”

Vera tersenyum lalu berdiri. Saya tersipu malu kemudian saya bergegas memakai baju berenang dan kami berdua menyusul kedua teman yang sudah berenang. Di malam hari selesai makan malam, kita berempat nonton TV dikamar Vera. Oiya, orang tua Vera sedang keluar negeri sedangkan kakak Vera lagi keluar kota karenanya rumah Vera kosong. Setelah bosan menonton TV, kami menggosipkan orang-orang di sekolah. Pembicaraan kami ngalor-ngidul hingga Vera membuat topik baru dengan siapa kita mau bersetubuh di sekolah. Angki dan Nia sudah tidak perawan sejak SMP. Mereka berdua menceritakan pengalaman seks mereka dan Vera juga menceritakan pengalaman seksnya, saya hanya mendengarkan kisah-kisah mereka.

“Kalau gue, gue horny liat si Ari anak kelas I-6” kata Nia.

“Iya sama dong, tetapi gue liat horny liat si Marcel. Kayaknya kontolnya gede deh” kata Angky.

“Terus terang ya, gue dari dulu horny banget liat si Alex. Sering banget gue bayangin kontol dia muat enggak di vagina gue. Sorry ya Vera, gue kan tau Alex cowok elo” kata saya sambil tersenyum.

“Hahaha, nggak apa-apa lagi. Banyak kok yang horny liat dia. Si Angky dan Nia juga horny” kata Vera. Kami berempat lalu tertawa bersama-sama.

Di hari Senin setelah pulang sekolah, Vera menarik tangan saya.

“Eh Dinda, beneran nih elo sering mikirin Alex?”

“Iya sih, kenapa? Nggak apa-apa kan gue ngomong gitu?” tanya saya.

“Nggak apa-apa kok. Gue orangnya nyantai aja” kata Vera.

“Pernah kepikiran enggak mau ML?” Vera kembali bertanya.

“Hah? Dengan siapa?” tanya saya terheran-heran.

“Dengan Alex. Semalam gue cerita ke Alex dan Alex mau aja ML dengan kamu”

“Ah gila loe Vera” jawab saya.

“Mau enggak?” desak Vera.

“Terus kamu sendiri gimana?” tanya saya dengan heran.

“Saya sih cuek aja. Kalo bisa bikin teman senang, kenapa enggak?” kata Vera.

“Ya boleh aja deh” kata saya dengan deg-degan.

“Mau sekarang di rumahku?” kata Vera.

“Boleh”

Saya naik mobil Vera dan kami berdua langsung meluncur ke Pondok Indah. Setiba di sana, saya mandi di kamar mandi karena panas sekali. Sambil mandi, perasaan saya antara tegang, senang, merinding. Semua bercampur aduk. Selesai mandi, saya keluar kamar mandi mengenakan BH dan celana dalam. Saya pikir tidak ada orang di kamar. Saya duduk di meja rias sambil menyisir rambutku yang panjang. Tiba-tiba saya kaget karena Vera dan Alex muncul dari balkon kamar Vera. Rupanya mereka berdua sedang menunggu saya sambil mengobrol di balkon.

“Halo Dinda” kata Alex sambil tersenyum.

Saya membalas tersenyum lalu berdiri. Alex memperhatikan tubuhku yang hanya ditutupi BH dan celana dalam. Tubuh Alex sendiri tinggi dan tegap. Alex masih campuran Belanda Menado sehingga terlihat sangat tampan.

“Hayo, langsung aja. Jangan grogi” kata Vera bagaikan germo.

Alex lalu menghampiriku kemudian ia mencium bibirku. Inilah pertama kali saya dicium di bibir. Perasaan hangat dan getaran menyelimuti seluruh tubuhku. Saya membalas ciuman Alex dan kita berciuman saling berangkulan. Saya melirik ke Vera dan saya melihat Vera sedang mengganti baju seragamnya ke daster. Alex mulai meremas-remas payudaraku yang berukuran 34C. Saya membuka BH-ku sehingga Alex dengan mudah dapat meremas seluruh payudara. Tangan kirinya diselipkan kedalam celana dalamku lalu vaginaku yang tidak ditutupi sehelai rambut mulai ia usap dengan perlahan.

Saya menggelinjang merasakan jari jemari Alex di selangkanganku. Alex lalu mengangkat tubuhku dan dibaringkan ke tempat tidur. Alex membuka baju seragam SMA-nya sampai ia telanjang bulat di hadapanku. Mulut saya terbuka lebar melihat kontol Alex yang besar. Selama ini saya membayangkan kontol Alex dan sekarang saya melihat dengan mata kapala sendiri kontol Alex yang berdiri tegak di depan mukaku. Alex menyodorkan kontolnya ke muka saya. Saya langsung menyambutnya dan mulai mengulum kontolnya. Rasanya tidak mungkin muat seluruh kontolnya dalam mulutku tetapi saya mencoba sebisaku menghisap seluruh batang kontol itu.

Saya merasakan tangan Alex kembali memainkan vaginaku. Gairah saya mulai memuncak dan hisapanku semakin kencang. Saya melirik Alex dan kulihat ia memejamkan matanya menikmati kontolnya dihisap. Saya melirik ke Vera dan Vera ternyata tidak mengenakan baju sama sekali dan ia sudah duduk di tempat tidur. Alex lalu membalikkan tubuhku sehingga saya dalam posisi menungging.

Saya agak bingung karena melihat Vera bersimpuh dibelakang saya. Ah ternyata Vera kembali menjilat vagina saya. Nafas saya memburu dengan keras menikmati jilatan Vera di kemaluan saya. Di sebelah kanan saya ada sebuah kaca besar dipaku ke dinding. Saya melirik ke arah kaca itu dan saya melihat si Alex yang sedang menyetubuhi Vera dalam posisi doggy style sedangkan Vera sendiri dalam keadaan disetubuhi sedang menikmati vaginaku.

Wah ini pertama kali saya melihat ini. Saya melihat wajah Alex yang ganteng sedang sibuk ngentot dengan Vera. Gairah wajah Alex membuat saya semakin horny. Sekali-kali lidah Vera menjilat anus saya dan kepalanya terbentur-bentur ke pantat saya karena tekanan dari tubuh Alex ke tubuh Vera. Tidak berapa lama, Alex menjerit dengan keras sedangkan Vera tubuhnya mengejang. Saya melihat kontol Alex dikeluarkan dari vagina Vera. Air maninya tumpah ke pinggir tempat tidur.

Alex terlihat terengah-engah tetapi matanya langsung tertuju ke vagina saya. Bagaikan sapi yang akan dipotong, Alex dengan mata liar mendorong Vera ke samping lalu ia menghampiri diriku. Alex mengarahkan kontolnya yang masih berdiri ke vaginaku. Saya sudah sering mendengar pertama kali seks akan sakit dan saya mulai merasakannya. Saya memejamkan mata dengan erat merasakan kontol Alex masuk ke vaginaku. Saya menjerit menahan perih saat kontol Alex yang besar mencoba memasuki vaginaku yang masih sempit. Vera meremas lenganku untuk membantu menahan sakit.

“Aduh, tunggu dong, sakit nih” keluh saya.

Alex mengeluarkan sebentar kontolnya kemudian kembali ia masukkan ke vaginaku. Kali ini rasa sakitnya perlahan-lahan menghilang dan mulai berganti kerasa nikmat. Oh ini yang namanya kenikmatan surgawi pikir saya dalam hati. Kontol Alex terasa seperti memenuhi seluruh vaginaku. Dalam posisi nungging, saya merasakan energi Alex yang sangat besar. Saya mencoba mengimbangi gerakan tubuh Alex sambil menggerakkan tubuhku maju mundur tetapi Alex menampar pantatku.

“Kamu diam aja, enggak usah bergerak” katanya dengan galak.

“Jangan galak-galak dong, takut nih Dinda” kata Vera sambil tertawa. Saya ikut tertawa.

Vera berbaring di sebelahku kemudian ia mendekatkan wajahnya ke diriku lalu ia mencium bibirku! Wah, bertubi-tubi perasaan menyerang diriku. Saya benar-benar merasakan semua perasaan seks dengan pria dan wanita dalam satu hari. Awalnya saya membiarkan Vera menjilat bibirku tetapi lama kelamaan saya mulai membuka mulutku dan lidah kami saling beradu.

Saya merasakan tangan Alex yang kekar meremas-remas payudaraku sedangkan tangan Vera membelai rambutku. Saya tak ingin ketinggalan, saya mulai ikut meremas payudara Vera yang saya taksir berukuran 32C. Kurang lebih lima menit kita bertiga saling memberi kenikmatan duniawi sampai Alex mencapai puncak dan ia ejakulasi. Saya sendiri merasa rasanya sudah orgasme kurang lebih 4 kali. Alex mengeluarkan kontolnya dari vaginaku dan Vera langsung menghisap kontolnya dan menelan semua air mani dari kontol Alex.

Saya melihat Alex meraih kantong celananya dan mengambil sesuatu seperti obat. Ia menelan obat itu dengan segelas air di meja rias Vera. Saya melihat kontol Alex yang masih berdiri tegak. Dalam hati saya bertanya-tanya bukankah setiap kali pria ejakulasi pasti kontolnya akan lemas? Kenapa Alex tidak lemas-lemas? Belakangan saya tau ternyata Alex memakan semacam obat yang dapat membuat kontolnya terus tegang.

Setelah minum obat, Alex menyuruh Vera berbaring ditepi tempat tidur lalu Alex kembali ngentot dengan Vera dalam posisi missionary. Vera memanggil saya lalu saya diminta berbaring diatas tubuh Vera. Dengan terheran-heran saya ikuti kemauan Vera.

Saya menindih tubuh Vera tetapi karena kaki Vera sedang ngangkang karena dalam posisi ngentot, terpaksa kaki saya bersimpuh disebelah kiri dan kanan Vera. Saya langsung mencium Vera dan Vera melingkarkan lengannya ke tubuhku dan kami berdua berciuman dengan mesra. Saya merasakan tangan Alex menggerayangi seluruh pantatku. Ia membuka belahan pantatku dan saya merasakan jarinya memainkan anusku.

Saya menggumam saat jarinya mencoba disodok ke anusku tetapi Alex tidak melanjutkan. Beberapa menit kemudian, Vera menjerit dengan keras. Tubuhnya mengejang saat air mani Alex kembali tumpah dalam vaginanya. Saya mencoba turun dari pelukan Vera tetapi Vera memeluk tubuhku dengan keras sehingga saya tidak bisa bergerak. Tak disangka, Alex kembali menyodorkan kontolnya ke vaginaku. Saya yang dalam posisi nungging di atas tubuh Vera tidak bisa menolak menerima kontol Alex.

Alex kembali memompakan kontolnya dalam vaginaku. Saya sebenarnya rasanya sudah lemas dan akhirnya saya pasrah saja disetubuhi Alex dengan liar. Tetapi dalam hatiku saya senang sekali dientotin. Berkali-kali kontol Alex keluar masuk dalam vaginaku sedangkan Vera terus menerus mencium bibirku. Kali ini saya rasa tidak sampai 3 menit Alex ngentot dengan saya karena saya merasakan cairan hangat dari kontol Alex memenuhi vaginaku dan Alex berseru dengan keras merasakan kenikmatan yang ia peroleh. Saya sendiri melenguh dengan keras. Seluruh otot vaginaku rasanya seperti mengejang. Saya cengkeram tubuh Vera dengan keras menikmati sensual dalam diriku.

Alex lalu dalam keadaan lunglai membaringkan dirinya ke tempat tidur. Vera menyambutnya sambil mencium bibirnya. Mereka berdua saling berciuman. Saya berbaring disebelah kiri Alex sedangkan Vera disebelah kanannya. Kita bertiga tertidur sampai jam 5 sore. Setelah itu saya diantar pulang oleh Vera.

Lihat Juga :

Cerita Dewasa Ngentot Tante Hot Tetanggaku

Cerita Dewasa Lepas Pejaka Dengan Pelacur

$
0
0

Cerita Dewasa Lepas Pejaka Dengan Pelacur – Ini adalah sebuah cerita dewasa seorang pejaka kampung yang ML dengan seorang pelacur. Cerita ngentot lepas pejaka dengan pelacur. Berikut adalah cerita lengkapnya! Setelah sejak siang hari bekerja mengangkut beras kekios tempatnya bekerja Udin nangkring bersama beberapa kuli yang lain. Sudah dua hari anak kampung yang baru 16 tahun itu bekerja. Badannya cukup berisi karena sudah biasa bekerja di sawah membantu bapaknya di kampung. Saat Panceklik dia mencoba mencari tambahan ke kota “X”, dan mendapat pekerjaan di kios beras pak Nurdin. Saat asik melihat kuli lain yang sedang main kartu datang beberapa perempuan yang biasa mangkal disitu dan melayani birahi para kuli dengan bayaran yang memang “murah”, untuk ukuran orang gedean. Seperti biasa dengan suara yang sedikit keras mereka menggoda para kuli itu.

“Wah neng lagi bokek euy, kalo boleh ngutang mah akang mau”, kata salah seorang diantara mereka.

“Wah emang warung nasi, kalo mau maen ya bayar dulu tidak bisa ngutang atuh”, perempuan muda yang bernama Neneng itu menjawab.

Neneng tidak terlalu cantik, badannya bahenol usiannya sudah kepala tiga, janda ditinggal kabur suaminya, “Eh kang itu siapa, anak baru ya?”, kata Neneng saat melihat Udin yang sedikit keheranan melihat kedatangannya.

“iya masih ingusan, dari Garut baru dua hari disini”, Neneng tersenyum genit dan mendekati Udin yang dari tadi melihatnya.

“kenapa jang kok kayak tidak pernah liat perempuan aja”

“Ah enggak teh”, Udin menjawab dengan malu-malu.

“Wah neng anak kecil belon bisa apa-apa mendingan sama saya saja”

“Apa ngutang tidak sudi, mendingan sama barang baru masih orsinil kan asik dapet perjaka, ayo jang ikut saya saja kan bisa ngobrol berdua dari pada di sini sama mereka.”

“Awas jang jangan kena di rayu entar kena sipilis kamu”

“Eh jangan suka nakutin orang ya saya mah rajin ke dokter nggak bakalan kena sipilis udah disuntik tau”, sambil mengacungkan tinjunya Neneng memaki para kuli itu dengan sedikit marah.

Udin agak rikuh juga karena Neneng menggandeng tangannya, kemudian mereka berdua ngobrol disalah satu warung kopi.

“Jang mau nemenin saya gak, tidak usah bayar lah ya…, sekarang kamu anterin saya pulang ayo, ntar saya kasih sesuatu yang enak pisan, mau kan…”

Udin cuma bisa tersenyum dan mengangguk perlahan. Kemudian mereka berjalan berduamenyusuri gang di belakang pasar menuju ke rumah Neneng yang kebetulan dekat dengan pasar. Sampai dirumah Neneng kemudian menyuruh Udin masuk dan kemudian mengunci pintu, Udin sedikit keheranan.

“ayo atuh jangan malu-malu, nggak apa-apa disini mah sudah biasa kayak gini sini”, Kata Neneng.

“Aku ngerti kok kamu belum pernah makanya mau saya ajarin mau kan”, kata Neneng sambil membelai dada Udin yang bidang.Udin hanya diam gemetaran, tidak tahu harus berbuat apa kepalanya mengangguk perlahan.

“Baju kamu dibuka aja ya”, kata Neneng sambil menarik kaos yang dipakai Udin, dan kemudian dia membuka risleting celana yang dipakai Udin.

Dengan bernafsu Neneng mencium bibir Udin yang kebingungan diperlakukan seperti ini, namun karena godaan Neneng Udin juga mulai terbakar birahi. Neneng mendorong Udin ketempat tidur sehingga Udin jatuh terlentang diatas tempat tidur, kemudian Neneng menarik celana Udin sehingga anak itu bugil. Kontol Udin sudah berdiri dan dengan refleks dia menutupi kontolnya itu. Neneng hanya tersenyum melihatnya.

“Wah sama saya sih nggak usah malu-malu udah sering lihat yang kayak gitu..”

Kemudian Neneng membuka bajunya, Udin makin salah tingkah melihat ada wanita yang bugil didepan dia. Kemudian neneng naik ke tempat tidur dan menciumi bibir, dada dan menggigit puting uding.

“ahhh aduh geli teh”, Udin mendesah kegelian diperlakukan seperti itu.
“Sekarang aja ya dimasukin sama teteh.”
Neneng memengang kontol Udin dan mengarahkannya ke memeknya. Udin melihatnya masih dengan badan gemetaran.

“akhhh…” Udin mendesah saat kontolnya masuk kedalam memek Neneng, matanya terpejam menikmati sensasi yang baru dia rasakan di kontolnya.
“akhh…sss enak kan Din,” Neneng bergerak naik turun sambil meremas-remas susunya.

Udin merem-melek menikmati goyangan Neneng, kontolnya serasa dipijat dan disedot di dalam memek Neneng, kemudian pantatnya mulai naik turun mengikuti gerakan Neneng dan tangannya meremas-remas seprei, baru saat Neneng membimbing tangannya ke susu Neneng

“Remas Din… Aakhh”. Udin meremas-remas susu neneng, dan saat susu itu disodorkan kemulutnya Udin mulai mengemutnya persis seperti masih bayi, tapi kemudian berhenti saat Neneng menegakkan badannya.

Neneng masih asik menggoyang pantatnya dan tangannya meremas-remas dada Udin. Udin mulai gelisah tangannya kadang meremas susu, kadang meremas seprei dan kadang memegang pinggang Neneng seolah-olah mengatur agar neneng menekan sedalam mungkin.

“Aduh… teh… Aakh”,Udin mendesah, bicaranya mulai ngaco, nafasnya mulai memburu dan badannya mulai kejang, kepalanya mendongkak keatas, matanya terpejam dan pantatnya mengangkat naik dan crot…crot…crot… Entah berapa kali semburan yang keluar dari kontolnya dan akhirnya Udin terkulai lemas.

“Yaaa kan teteh belum, tapi tidak apa-apa istirahat dulu aja ya”, kata Neneng dengan nada sedikit kecewa, mereka tidur sambil berpelukan.

Saat pagi hari Ujang bangun dan melihat Neneng yang tidur terlentang, dia melihat perempuan itu masih telanjang dan tertarik saat melihat gundukan daging yang ditumbuhi rambut halus, kemudian dia mulai meraba memek Neneng. Saat Neneng merasakan memeknya ada yang mengusap-usap dia terbangun melihat Udin tersenyum dan membiarkan Udin memperlakukannya seperti itu. Udin kemudian naik ke atas tubuh Neneng menindihnya dan mengarahkan kontolnya ke memek Neneng lalu menekannya.

“Akh…ngehh”
“Enak kan Din sss… Akh.. Tekan yang dalem din.. Akhh…”

Udin menggerakkan pantatnya maju mundur dan Neneng Menggoyangkan pinggulnya mengikuti gerakan maju mundur pantat Udin. Hanya desahan yang terdengan dari mulut mereka berdua.

“aduh din…terus… Akh.. Yaaa terus din yang kerasss akhh din yeah…terus akhh…”
“Akh teh udin mau keluarehh akh teh… sss.. Akkkh…ngahouch…”
“Teteh dateng din akh…din… Aouchhh…”

Badan mereka berdua menegang, Neneng mengangkat tinggi-tinggi pantat dan dadanya, sedangkan Udin seperti busur panah, pantanya menekan memek Neneng dan tangannya meremas seprei dan sesaat kemudian mereka terkulai lemas. Kepala Udin rebahan di susu Neneng dan kemudian tidur terlentang di sisi Neneng. Beberapa saat kemudian.

“Din yang tadi gratis tapi kalo mau teteh bersihin sekalian Udin harus bayar yah murah kok cuman 20000 aja.”

Udin hanya mengangguk sambil tersenyum. Kemudian Neneng mulai menjilati seluruh badan Udin dada Udin kemudian turun kebawah. Saat sampai di kontol Udin Neneng menjilati kepala kontoln Udin yang masih sedikit tersisa spermanya yang mulai kering, dan kemudian mengulumnya.

“akh…teh..sss… Aduh..geli… Akhh…”, Udin mendesah dan badannya gemetaran, da kontolnya mulai mengeras lagi.

Neneng terus mengulum kontol Udin sambil mengocoknya. Udin menggerakkan pantatnya naik turun.

Cerita Dewasa – Kenikmatan Tunangan Temanku

Cerita Dewasa – Kenikmatan Tunangan Temanku

“akhh…teh…teehhhh ouch…”

Sperma Udin muncart dimulut Neneng dan sebagian meler keluar dan membasahi kontolnya. Neneng menelan semuanya dan kemudian menjilati sisa-sisa sperma Udin sampai bersih. Setelah mandi Udin membayar uang seperti yang telah dijanjikannya dan kembali pergi ke pasar.

“Din, kamu baru berapa hari kerja disini udah kesiangan, saya tahu kamu kemana, kalo nurut sama bapak mah kamu teh jangan terpengaruh sama perempuan kayak gitu ntar kena penyakit bahaya kan”, Pak Nurdin menasehati Udin.

Udin hanya diam tanpa komentar apa-apa. Tapi karena terlanjur ketagihan Udin sering pergi bersama Neneng dan tanpa disadarinya dia ketularan penyakit dan saat akan berobat Udin tidak mampu menebus obatnya karena uangnya sudah habis untuk mebayar Neneng dan kemudian dia pulang ke kampung dengan perasaan malu yang teramat sangat.

Cerita Dewasa Dosenku Yang Sintal dan Binal

$
0
0

Cerita Dewasa – Sebut saja namaku Rudi. Aku adalah mahasiswa tingkat akhir di sebuah universitas di Surabaya. Di kampus aku mempunyai seorang dosen yang cantik dan lembut. Namanya Bu Via. Berkenaan dengan Bu Via, ada sesuatu yang membuat kehidupanku lebih indah dan menyenangkan selama hampir tiga bulan ini. Bermula pada suatu siang ketika aku melakukan bimbingan suatu tugas akhir. Di jurusanku sebelum masuk ke skripsi, seorang mahasiswa harus mengambil tugas akhir mengerjakan sebuah desain. Bu Via adalah pembimbingku untuk tugas tersebut.

Bimbingan berlangsung singkat saja, karena Bu Via ada tugas lain di luar kampus saat itu. Ketika selesai, Bu Via bilang padaku agar datang ke rumahnya saja pada malam harinya untuk melanjutkan bimbingan. Malamnya aku datang. Rumahnya ada di sebuah kompleks perumahan yang sepi dan tenang. Bu Via sudah bercerai dari suaminya. Ia berumur sekitar 37 tahun, dengan seorang anak yang masih bersekolah TK.

Meskipun sudah berumur 37 tahun, namun Bu Via masih kelihatan seperti baru lepas ABG saja. Kulitnya putih, bersih dan segar. Bodinya langsing, meskipun tidak terlalu tinggi. Pada kaki dan tangannya ditumbuhi bulu-bulu halus, tapi cukup lebat, yang kontras dengan kulitnya yang putih itu. Saat itu merupakan liburan TK- SD dan anaknya sedang berlibur di rumah sepupunya yang seumur dengan dia.

Aku dan Bu Via sebenarnya memang sudah cukup akrab. Dia pernah menjadi dosen waliku dan beberapa kali aku pernah datang ke rumahnya, sehingga aku tidak canggung lagi. Apalagi dalam banyak hal selera kami sama, misalnya soal selera musik. Setelah bimbingan selesai, kami hanya mengobrol ringan saja. Kemudian Bu Via minta tolong padaku. “Rud, slot lemari pakaian di kamarku rusak, bisa minta tolong diperbaiki?”, begitu katanya malam itu. Kemudian aku dibawa naik ke lantai dua, ke kamarnya.

Kamarnya wangi. Penataan interiornya juga indah. Kurasa wajar saja, sejak semula aku tahu ia punya selera yang bagus. Itu pula yang membuat kami akrab, kami juga sering memperbincangkan soal-soal seperti itu, selain soal-soal yang berkaitan dengan kampus. Aku tersenyum ketika melihat sebagian isi lemari pakaiannya.

Lingerie-nya didominasi warna hitam. Aku juga menyukai warna seperti itu. Warna seperti itu sering pula kusarankan pada Kiki cewekku untuk dipakainya, karena dengan pakaian dalam seperti itu membuatku lebih bergairah. Bu Via hanya tersenyum melihatku “terkesan” menyaksikan tumpukan lingerie-nya. Dengan serius kuperbaiki slot pintu lemarinya yang rusak. Ia keluar meninggalkanku sendirian di kamarnya. Sesaat kemudian pekerjaanku selesai. Saat itu Bu Via masuk. Tiba-tiba tanpa kusangka, ia melap peluh di dahiku dengan lembut. AC di kamarnya memang dimatikan, sehingga udara gerah.

“Panas Rud? Biar AC-nya kuhidpkan”, begitu katanya sambil menghidupkan AC. Saat kekagetanku belum hilang, ia kembali melap keringat di dahiku. Dan kali ini bahkan dengan lembut ia mendekatkan wajahnya ke wajahku. Segera aku menyambar aroma wangi dari tubuhnya hingga membuat jantungku berdetak tidak seperti biasanya. Bahkan kemudian ia melanjutkan membuat detak jantungku semakin kencang dengan mendekatkan bibirnya ke bibirku. Sesaat kemudian kusadari bibirnya dengan lembut telah melumat bibirku.

Kedua tangannya dilingkarkan ke leherku dan semakin dalam pula aroma wangi tubuhnya terhirup napasku, yang bersama tindakannya melumat bibirku, kemudian mengalir dalam urat darahku sebagai sebuah sensasi yang indah. Ia terus melumat bibirku. Lalu tangannya pelan- pelan membuka satu persatu kancing kemejaku. Saat itu aku mulai mampu menguasai diriku. Maka dengan pelan-pelan pula kubuka kancing blusnya. Setelah kemejaku lepas, ia menarik resliting jeansku. Begitu pula yang kulakukan dnegan roknya, kutarik resliting yang mengunci rokya.

Kemudian ia melepaskan bibirnya dari bibirku dan membuka matanya. Saat itu aku terbelalak melihat keindahan yang ada di depan mata. Payudaranya sedang-sedang saja, tapi indah dan terlihat kencang dibungkus bra hitam bepotongan pendek berenda yang membuat barang indah itu tampak semakin indah. Payudaranya seolah “hanging wall” yang mengundang seorang climber untuk menaklukkannya dengan hasrat yang paling liar. Dan menengok ke bawah, aku semakin dibuat terkesan serta jantungku juga semakin berdetak kencang.

Di balik celana dalam dengan potongan yang pendek yang juga berwarna hitam berenda yang indah, tersembul bukit venus yang menggairahkan. Di tepi renda celana itu, tampak rambut yang menyembul indah melengkapi keindahan yang sudah ada. Kulihat Bu Via juga tersenyum menatap lonjoran tegang di balik celana dalamku. Tangannya yang lembut mengelus pelan lonjoran itu. Sensasi yang menjelajahi aliran darahku kemudian menggerakkan tanganku mengelus bukit venusnya. Ia tampak memejam sesaat dengan erangan yang pelan ketika tanganku menyentuh daging kecil di tengah bukit venus itu.

Ia kemudian melanjutkan tindakannya melumat bibirku dengan lembut. Bibirnya yang lembut serta napasnya yang wangi kembali membuatku dialiri sensasi yang memabukkan. Ia rupanya memang sabar dan tidak terburu-buru untuk segera menuju ke puncak kenikmatan. Bibirnya kemudian ia lepaskan dari bibirku dan ia menyelusuri leherku dengan bibirnya. Napasnya membelai kulit leherku sehingga terasa geli namun nikmat. Kadang-kadang ia mengginggit leherku namun rupanya ia tidak ingin meninggalkan bekas. Ia tahu bahwa aku punya pacar, karena belum lama, Kiki kuperkenalkan padanya saat kami bertemu di sebuah toko buku.

Ia kemudian turun ke dadaku dan mempermainkan puting susuku dengan mulutnya, yang membuat aliran darahku dialiri perasaan geli tapi nikmat. Semakin ke bawah ia diam sesaat menatap batang yang tersembunyi di balik celana dalamku, yang waktu itu juga berwarna hitam. Sesaat ia mempermainkannya dari luar. Ia kemudian dengan lembut menarik celana dalamku. Ia tersenyum ketika menyaksikan penisku yang tegak dan kencang, seperti mercu suar yang siap memandu pelayaran gairah libido kewanitaannya. Dengan lembut ia kemudian mengulum penisku. Maka aliran hangat yang bermula dari permukaan syaraf penisku pelan-pelan menyusuri aliran darah menuju ke otakku. Aku serasa diterbangkan ke awan pada ketinggian tak terukur.

Bu Via terus mempermainkan lonjoran daging kenyal penisku itu dengan kelembutan yang menerbangkanku ke awang-awang. Caranya mempermainkan barang kejantananku itu sangat berbeda dengan Kiki cewekku. Kiki melakukannya dengan ganas dan panas, sedangkan Bu Via sangat lembut seolah tak ingin melewatkan seluruh bagian syaraf yang ada di situ. Cukup lama Bu Via melakukan itu. Ketika perjalananku ke awang-awang kurasakan cukup, kutarik penisku dari dekapan mulut lembutnya. Giliran aku yang ingin membuat dia terbang ke awang awang. Maka kubuka bra yang menutupi payudara indahnya. Semakin terperangahlah aku dengan keindahan yang ada di depan mataku.

Di depanku bediri dengan tegak bukit kembar yang indah sekaligus menggairahkan. Di sekitar puncak bukit itu, di sekitar putingnya yang merah kecoklatan, tumbuh bulu-bulu halus. Menambah keindahan buah dadnya. Tapi aku tidak memulainya dari situ. Aku hanya mengelus putingnya sebentar. Itupun aku sudah menangkap desah halus yang keluar dari bibir indahnya. Kumulai dari lehernya. Kulit lehernya yang halus licin seperti porselen dan wangi kususuri dengan bibirku yang hangat. Ia mendesah terpatah-patah. Apalagi ketika tanganku tak kubiarkan menganggur. Jari-jariku memijit lembut bukit kenyal di dadanya dan kadang- kadang kupelintir pelan puting merah kecoklat- coklatan yang tumbuh matang di ujung buah dadanya itu. Kurasakan semakin lama puting itu pun semakin keras dan kencang.

Setelah puas menyusuri lehernya, aku turun ke dadanya. Dan segera kulahap puting yang menonjol merah coklat itu. Ia menjerit pelan. Tapi tak kubiarkan jeritannya berhenti. Kusedot puting itu dengan lembut. Ya, dengan lembut karena aku yakin gaya seperti itulah yang diinginkan orang seperti Bu Via. Mulutku seperti lebah yang menghisap kemudian terbang berpindah ke buah dada satunya. Tapi tak kubirakan buah dada yang tidak kunikmati dengan mulutku, tak tergarap. Maka tangankulah yang melakukannya. Kulakukan itu berganti-ganti dari buah dada satu ke buah dadanya yang lain. Setelah puas aku turun bukit dan kususuri setiap jengkal kulit wanginya. Dan saat aku semakin turun kucium aroma yang khas dari barang pribadi seorang perempuan.

Aroma dari vaginanya. Semakin besarlah gairah yang mengalir ke otakku. Tapi aku tidak ingin langsung menuju ke sasaran. Cara Bu Via membuatku melayang rupanya mempengaruhiku untuk tenang, sabar dan pelan-pelan juga membawanya naik ke awang- awang. Maka dari luar celana dalamnya, kunikmati lekuk bukit dan danau yang ada di situ dengan lidah, bibir dan kadang-kadang jari- jemariku. Kusedot dengan nikmat bau khas yang keluar dari sumur yang ada di situ. Setelah cukup puas, baru kutarik celana dalamnya pelan-pelan. Aku tersentak menyaksikan apa yang kulihat. Bukit venus yang indah itu ditumbuhi rambut yang lebat. Tapi terkesan bahwa yang ada di situ terawat.

Meski lebat, rambut yang tumbuh di situ tidak acak- acakan tapi merunduk indah mengikuti kontur bukit venus itu. Walaupun aku pernah membayangkan apa yang tumbuh di situ, tapi aku tidak mengira seindah itu. Ya, aku dan teman-temanku sering bergurau begini saat melihat Bu Via: jika rambut di tempat yang terbuka saja subur, apalagi rambut di tempat yang tersembunyi. Dan ternyata aku bisa membuktikan gurauan itu. Ternyata rambut di tempat itu memang luar biasa. Bahkan aku yang semula berpikir rambut yang menghiasai vagina Kiki luar biasa karena subur dan indah, kemudian menerima kenyataan bahwa ada yang lebih indah, yaitu milik Bu Via ini. Dari samping keadaan itu seperti taman gantung Raja Nebukadnezar saja :-). Segera berkelebat pikiran dalam otakku, betapa menyenangkannya tersesat di hutan teduh dan indah itu. Maka aku segera menenggelamkan diri di tempat itu, di hutan itu. Lidahku segera menyusuri taman indah itu dan kemudian melanjutkannya pada sumur di bawahnya. Maka Bu Via menjerit kecil ketika lidahku menancap di lubang sumur itu.

Di lubang vaginanya. Bau khas vagina yang keluar dari lubang itu semakin melambungkan gairahku. Dan jeritan kecil itu kemudian di susul jeritan dan erangan patah-patah yang terus menerus serta gerakan-gerakan serupa cacing kepanasan. Dan kurasa ia memang kepanasan oleh gairah yang membakarnya. Aku menikmati jeritan itu sebagai sensasi lain yang membuatku semakin bergairah pula menguras kenikmatan di lubang sumur vaginanya. Lendir hangat khas yang keluar dari dinding vaginanya terasa hangat pula di lidahku. Kadang-kadang kutancapkan pula lidahku di tonjolan kecil di atas lubang vaginanya. Di klitorisnya.

Maka semakin santerlah erangan-erangan Bu Via yang mengikuti gerakan-gerakan menggelinjang. Demikian kulakukan hal itu sekian lama. Kemudian pada suatu saat ia berusaha membebaskan vaginanya dari sergapan mulutku. Ia menarik sebuah bangku rias kecil yang tadi menjadi ganjal kakinya untuk mengangkang. Aku dimintanya duduk di bangku itu. Begitu aku duduk, ia kembali memagut penisku dengan mulutnya secara lembut. Tapi itu tidak lama, karena ia kemudian memegang penisku yang sudah tidak sabar mencari pasangannya itu. Bu Via membimbing daging kenyal yang melonjor tegang dan keras itu masuk ke dalam vaginanya dan ia duduk di atas pangkuanku. Maka begitu penisku amblas ke dalam vaginanya, terdengar jeritan kecil yang menandai kenikmatan yang ia dapatkan.

Aku juga merasakan kehangatan mengalir mulai ujung penisku dan mengalir ke setiap aliran darah. Ia memegangi pundakku dan menggerakkan pinggulnya yang indah dengan gerakan serupa spiral. Naik turun dan memutar dengan pelan tapi bertenaga. Suara gesekan pemukaan penisku dengan selaput lendir vaginanya menimbulkan suara kerenyit-kerenyit yang indah sehingga menimbukan sensasi tambahan ke otakku. Demikian juga dengan gesekan rambut kemaluannya yang lebat dengan rambut kemaluanku yang juga lebat. Suara-suara erangan dan desahan napasnya yang terpatah-patah, suara gesekan penis dan selaput lendir vaginanya serta suara gesekan rambut kemaluan kami berbaur dengan suara lagu mistis Sarah Brightman dari CD yang diputarnya. Barangkali ia memang sengaja ingin mengiringi permainan cinta kami dengan lagu-lagu seperti itu.

Ia tahu aku menyukai musik demikian. Dan memang terasa luar biasa indah, pada suasana seperti itu. Apalagi lampu di kamar itu juga remang-remang setelah Bu Via tadi mematikan lampu yang terang. Dengan suasana seperti itu, rasanya aku tidak ingin membiarkan setiap hal yang menimbulkan kenikmatan menjadi sia- sia. Maka aku tidak membiarkan payudaranya yang ikut bergerak sesuai dengan gerakan tubuhnya menggodaku begitu saja. Kulahap buah dadanya itu. Semakin lengkaplah jeritannya. Matanya yang terpejam kadang-kadang terbuka dan tampak sorot mata yang aku hapal seperti sorot yang keluar dari mata Kiki saat bercinta denganku. Sorot matanya seperti itu. Sorot mata nikmat yang membungkus perasaannya.

Sekian lama kemudian ia menjerit panjang sambil meracau.. “Ah.. Aku.. Aku orgasme, Rud!” Sesaat ia terdiam sambil menengadahkan wajahnya ke atas, tapi matanya masih terpejam. Kemudian ia melanjutkan gerakannya. Barangkali ia ingin mengulanginya dan aku tidak keberatan karena aku sama sekali belum merasakan akan sampai ke puncak kenikmatan itu. Sebisa mungkin aku juga menggoyangkan pinggulku agar dia merasakan kenikmatan yang maksimal. Jika tanganku tidak aktif di buah dadanya, kususupkan di selangkangannya dan mencari daging kecil di atas lubang vaginanya, yang dipenuhi oleh penisku. Meskipun Bu via seorang janda dan sudah punya anak, aku merasa lubang vaginanya, seperti seorang ABG saja. Tetap rapat dan singset. Otot vaginanya seakan mencengkeram dengan kuat otot penisku.

Maka gerakan pinggulnya untuk menaik turunkan bukit venus vaginanya menimbulkan kenikmatan yang luar biasa. Dan sejauh ini aku tidak merasakan tanda-tanda lahar panasku akan meledak. Bu Via memang luar biasa, ia seperti tahu menjaga tempo permainannya agar aku bisa mengikuti caranya bermain. Ia seperti tahu menjaga tempo agar aku tidak cepat-cepat meledak. Memang sama sekali tidak ada gerakan liar. Yang dilakukannya adalah gerakan-gerakan lembut, tapi justru menimbulkan kenikmatan yang luar biasa, terutama karena aku jarang bercinta dengan perempuan lembut seperti itu. Sekian lama kemudian aku mendengar lagi ia meracau.. “Ah.. Ah.. Ini yang kedua.. Rud, aku orgasme.. Uhh!” Di susul jeritan panjang melepas kenikmatan itu. Tapi kemudian ia memintaku mengangkatnya ke ranjang, tanpa melepaskan penisku yang masih menancap di lubang vaginanya. Ia memintaku menidurkannya di ranjang tapi tak ingin melepaskan vaginanya dari penisku, yang sejauh ini seperti mendekap sangat erat. Kulakukan pemintaannya itu. Maka begitu ia telentang di ranjang, aku masih ada di atasnya. Penisku pun masih masuk penuh di dalam vaginanya. Kami melanjutkan permainan cinta yang lembut tapi panas itu.

Kini aku berada di atas, maka aku lebih bebas bermanuver. Maka dengan gerakan seperti yang sering kulakukan jika aku berhubungan seks dengan Kiki, cepat dan bertenaga, kulakukan juga hal itu pada Bu Via. Tapi sesaat kemudian ia berbisik dengan mata yang masih terpejam.. “Pelan-pelan saja, Rud. Aku masih ingin orgasme”. Aku tersadar apa yang telah kulakukan. Maka kini gerakanku pelan dan lembut seperti permintaan Bu Via. Kini erangan dan desahan patah-patahnya kembali terdengar. Ia menarik punggungku agar aku lebih dekat ke badannya. Aku maklum. Tentu ia ingin mendapatkan kenikmatan yang maksimal dari gesekan- gesekan bagian tubuh kami yang lain. Dan Bu Via memang benar, begitu dadaku bergesekan dengan buah dadanya, semakin besarlah sensasi kenikmatan yang kudapat. Kurasa demikian juga dengannya, karena jeritannya berubah semakin santer. Apalagi saat aku juga melumat bibir merahnya yang menganga, seperti bibir vaginanya sebelum aku menusukkan penisku di situ. Meskipun jeritannya agak bekurang karena kini mulutnya sibuk saling melumat bersama mulutku, tapi aku semakin sering mendengar ia mengerang dan terengah-engah kenikmatan.

Hingga beberapa saat kemudian aku mendengar ia meracau seperti sebelumnya.. “Aku.. Ah.. Aku.. Uh.. Yang ketiga.. Aku orgasme, Rud.. Ahh” Setelah jeritan panjang itu, matanya terbuka. Tampak sorot matanya puas dan gembira. Kemudian ia berbisik terengah- engah.. “Aku.. Aku.. Sudah cukup, Rud. Saatnya untuk kamu”. Aku tahu yang dia maksudkan, maka kemudian pelan-pelan semakin kugenjot gerakanku dan semakin bertenaga pula. Ia kini membiarkanku melakukan itu. Kurasa Bu Via memang sudah puas mendapatkan orgasme sampai tiga kali. Sekian lama kemudian kurasakan lahar panasku ingin meledak. Penisku berdenyut-denyut enak, menandai bahwa sebentar lagi akan ada ledakan dahsyat yang akan melambungkanku ke awang-awang. Maka aku berusaha menarik penisku dari lubang vaginanya yang nikmat itu. Tapi Bu Via menahan penisku dengan tangan lembutnya. “Biarkan.. Biarkan.. Saja di vaginaku, Rud.. Aku ingin merasakan sensasi cairan hangat itu.. Di vaginaku.. Uhh.. Uhh”. Maka ketika lahar panas dari penisku benar-benar meledak, kubiarkan ia mengendap di sumur vagina milik Bu Via, dengan diiringi teriakan nikmatku.

Setelah itu, Bu Via memintaku untuk tetap berada di atas tubuhnya barang sesaat. Dengan lembut ia menciumi bibirku dan tangannya mengusap-usap puting susuku. Aku juga melakukan hal yang sama dengan mengusap-usap buah dadanya yang saat itu basah karena keringat. Dan memang sensasi yang kurasakan luar biasa. Cooling down yang diinginkan Bu Via itu membuatku merasa seakan-akan aku sudah sangat dekat dengan Bu Via. Aku merasa ia seperti kekasihku yang sudah sering dan sangat lama bermain cinta bersama. Aku merasa sangat dekat. Maka begitu aku merasa sudah cukup, aku menarik penisku yang sebenarnya masih sedikit tegang dari lubang vaginanya. Tampak air muka Bu Via sedikit kacau. Wajahnya berkeringat dan anak rambutnya satu dua menempel di dahinya.

Kami kemudian pergi ke kamar mandi pribadinya di kamar itu. Kamar mandinya juga wangi. Sambil bergurau, aku menggodanya.. “Ibu.. Justru kelihatan cantik setelah bercinta”. Ia hanya tertawa mendengar gurauanku. “Memang setelah bercinta denganmu tadi, seluruh pori-poriku seperti terbuka. Aku sedikit capai tapi merasa segar”, jawabnya dengan berbinar-binar. Ia tampaknya memang puas dengan permainan cinta kami. Di bawah shower, kami membersihkan diri dengan mandi bersama-sama. Kadang-kadang kami saling membersihkan satu sama lain. Ia membersihkan penisku dengan sabun dan aku membersihkan sekitar vaginanya juga. Ia tertawa geli saat aku dengan halus mengusap-usap vaginanya dan rambut kemaluannya yang lebat itu. Setelah itu, kami duduk-duduk saja di sofa di depan TV.

Kami menonton TV, sambil mengobrol dan menikmati kopi panas yang ia buat. Tapi ia masih membiarkan pemutar CD-nya hidup. Kali ini suara Deep Forest yang juga mistis mengisi suasana ruangan itu. “Kamu tadi luar biasa, Rud.” katanya memujiku. “Meskipun masih muda, kamu bisa bercinta dengan sabar. Aku sampai mendapat orgasme tiga kali”. Ia tersenyum. Matanya berbinar-binar. “Ah, itu juga karena Ibu. Gerakan Ibu yang sabar dan lembut membuat saya juga terpengaruh.” Kami mengobrol sampai malam. Ia kemudian berkata, “Menginap di sini saja, Rud. Ini sudah malam. Besok pagi- pagi sekali kamu bisa pulang.” Setelah berpikir sejenak aku mengiyakan sarannya. “Kalau begitu masukkan saja motormu di garasi” katanya sambil memberikan kunci garasi. Maka aku turun untuk memasukkan motor tigerku ke garasi seperti yang di sarankan Bu Via.

Ketika aku naik kembali ke atas, ia sudah berganti pakaian dengan gaun tidur terusan yang tipis dan halus, sehingga potongan tubuhnya tampak. “Kopinya tambah lagi, Rud?” tanyanya. Aku mengiyakan saja. Saat ia meraih cangkir kopi di meja, aku menangkap pemandangan indah di balik pakaiannya yang tali pinggangnya tidak diikat dengan ketat. Ia tidak memakai bra-nya, sehingga buah dadanya yang tadi kunikmati, tampak dengan jelas. Mulus dan indah. Pemandangan itu membuat aliran darahku berdesir kembali. Apalagi saat aku mencium aroma parfum dari tubuhnya, lembut dan menggairahkan. Beda dengan aroma yang dia pakai sebelum kami berhubungan seks tadi. Sesaat kemudian ia telah kembali sambil membawa dua cangkir kopi. Tali pinggang pakaiannya yang semakin longgar membuat pemandangan indah di baliknya semakin tampak.

Apalagi saat ia duduk, pakaiannya yang tersingkap menampakkan paha putih mulusnya, yang ditumbuhi bulu-bulu halus. Serta sedikit bukit venus yang di pinggir celana dalamnya tersembul rambut yang menggairahkan. Kami kembali mengobrol. Ia kemudian menatapku lama, sambil bertanya, “Kau tidak capek, Rud?”. “Tidak”, jawabku. Sekali lagi ia menatapku lama lalu tangannya merangkul leherku dan sesaat kemudian ia telah melumat bibirku kembali dengan lembut. Kali ini tanganku segera meraba buah dada di balik pakaiannya yang longgar yang sejak tadi sudah menggodaku. Ia masih melumat bibirku saat tangannya pelan-pelan membuka kancing kemejaku dan kemudian melanjutkannya dengan menarik resliting celanaku. Begitu aku tinggal mengenakan celana dalam, ia juga melepas gaun tidurnya.

Tinggallah kami berdua hanya memakai celana dalam. Kemudian aku menyambar buah dadanya. Maka semakin lama, seiring dengan jeritan kecilnya yang terpatah-patah, buah dadanya semakin kenyal dan mengeras. Ia menarik payudaranya dari mulutku. Kemudian tangannya menarik celana dalamku. Sejenak kemudian ia telah mengulum penisku yang sejak tadi juga sudah tegang dan keras. Tapi yang dilakukannya tidak lama. Ia memintaku untuk tidur telentang di sofa. Lalu ia melepas celana dalamnya dan telungkup di atasku. Ia membelakangiku. Vaginanya yang sudah mulai basah berlendir dan kelihatan merah didekatkannya di atas mulutku.

Sedangkan ia segera menangkap penisku yang berdiri tegak dan mengulumnya. Maka kami bedua saling mengulum, saling menjilati dan saling menyedot. Kadang-kadang ia berhenti melakukan aksinya. Barangkali karena ia lebih dikuasai oleh perasaan nikmat karena lubang vaginanya yang merah segar serta klitorisnya kupermainkan dengan mulut dan lidahku. Ia mendesah mengerang terpatah-patah. Setelah ia puas dan ingin segera memulai aksi puncak, ia menggeser pinggulnya menjauh dari mulutku, menuju penisku yang semakin lama kurasakan semakin keras. Tangannya menangkap penisku dan membimbingnya memasuki vaginanya.

Dengan masih membelakangiku, ia menggoyang pinggulnya dengan lembut. Tapi sesaat kemudian, ia berbalik menghadapku. Gerakannya saat ia berbalik menimbukan gesekan pada penisku yang luar biasa. Membuat sensasi yang semakin nikmat. Maka dengan menghadapku ia melanjutkan gerakan spiral pinggulnya tetap dengan halus. Naik turun, maju mundur dan memutar. Aku juga berusaha menggerakkan pinggulku agar menimbulkan sensasi yang lebih nikmat. Maka semakin santerlah erangan dan desahan dari mulutnya yang terbuka, sambil matanya terpejam. Suara-suara itu beriringan dengan lagu Deep Forest dari CD yang terus mengalun mistis. Tanganku yang semula memegangi pinggulnya di bawanya naik ke atas agar mempermainkan buah dadanya yang bergoyang-goyang mengikuti gerakan pinggulnya.

Maka kemudian tanganku mempermainkan buah dadanya itu. Kuelus dan kupelintir kedua putingnya yang coklat kemerahan. Sekian lama kemudian ia menjerit sambil meracau.. “Uhh.. Uhh.. Aku orgasme.. Aku orgasme, Rud.. Ah.. Ahh..” Setelah ia menjerit panjang menandai orgasmenya, ia membuka mata. Kemudian ia tidur menelungkup dengan beralaskan bantal sofa, dengan kedua kaki mengangkang terbuka, sehingga belahan vaginanya yang indah, merah dan basah berlendir tampak sangat menggairahkan. Ia memintaku juga untuk menelungkup di atasnya. Dengan kedua tanganku yang memegangi kedua buah dadanya sekaligus sebagai penahan berat badanku, aku menelungkup di atasnya. Dan kusodokkan dengan lembut penisku yang masih tegang dan keras ke lubang vaginanya dari arah belakang.

Kini aku yang harus lebih aktif, maka kugerakkan pinggulku maju mundur, naik turun. Bu Via masih terus mengerang dan mendesah terpatah-patah dengan mata yang terpejam. Tanganku juga tetap aktif mempermainkan buah dada dan puting susunya. Sedangkan mulutku kupakai untuk menelusuri lehernya yang jenjang dan halus. Sekian lama kemudian terasa lahar panasku akan meledak. “Uhh.. Ahh sebentar lagi.. Sebentar lagi hampir..!”, kataku terbata-bata. “Uhh.. Uhh.. Aku juga, Rud. Jangan kau cabut penismu. Kita sama-sama.. Ahh.. Ahh” Sesaat kemudian kami sama-sama menjerit kecil, menandai puncak kenikmatan yang kami capai bersamaan. Seperti sebelumnya, Bu Via memintaku tidak segera mencabut penisku.

Matanya masih terpejam, tapi wajahnya tersenyum. Aku juga masih mempermainkan buah dadanya dengan lembut. Ia dengan lembut berkata.. “Aku bahagia sekali malam ini, Rud..”, yang kemudian kujawab dengan kalimat yang sama. Ia kemudian memintaku mencabut penisku dari lubang vaginanya. Lalu ia telentang dan mencium bibirku dengan lembut. Ia seterusnya meneguk kopi yang sudah mulai dingin. Tampak bahwa ia kehausan setelah permainan seks yang indah itu. Dengan masih bertelanjang bulat, ia berjalan ke luar ruangan itu dan sesaat kemudian membawa sebuah lap dan semprotan air untuk membersihkan spermaku dan lendir vaginanya yang tumpah di atas sofa.

Aku membantunya membersihkan noda itu. Setelah itu, seperti seorang remaja yang sedang jatuh cinta, ia menuntunku menuju kamar mandi pribadinya untuk bersama-sama membersihkan diri. Karena kecapaian dan memang sudah cukup malam, kami kemudian memutuskan untuk tidur. Saat aku kebingungan karena aku memakai jeans dan kemeja yang tentu saja tidak nyaman, Bu Via menyarankanku untuk tidur dengan celana dalam saja. “Sudah, pakai celana dalam saja, biar suhu AC-nya kuminimalkan”, demikian katanya. Aku menyetujuinya. Ia memintaku tidur di ranjangnya. Kulihat Bu Via juga hanya memakai gaun tidur halus dan tipis saja serta celana dalam tanpa mengenakan bra. “Aku memang biasa begini, Rud. Rasanya lebih nyaman dan bebas bernapas”, katanya.

Di balik selimut, Bu Via memelukku dan menyandarkan wajahnya di dadaku. Maka aku tersenyum saja saat buah dadanya yang hangat dan lembut, yang menyembul keluar dari gaun tidurnya yang tidak ditalikan dengan erat, sering terasa bergesekan dengan dadaku. Demikian juga dengan Bu Via. Esoknya, pagi-pagi sekali HP-ku sudah berbunyi. Kiki menghubungiku. Memang begitu kebiasaannya, yang membuatku sering jengkel. Tapi jika kutegur, ia hanya akan tertawa-tawa saja. Kangen katanya. Begitu aku selesai bicara, Bu Via bertanya.. “Siapa, Rud? Pacarmu, ya?” Ia hanya tersenyum ketika aku mengiyakan pertanyaannya.

Kemudian ia bangkit dari ranjang. Tali gaun tidurnya yang terlepas memperlihatkan payudaranya yang mulus putih, serta bukit venusnya yang menonjol indah mengundang gairah. Ia membenahinya dengan tenang, sambil tersenyum melihatku terpana melihat pemandangan itu. Kemudian ia ke kamar mandi. Segera terdengar suara yang mendesis, mengalahkan suara kran yang mengalir lambat. Bu Via sedang pipis rupanya. Mendengar suara seperti itu timbul gairahku. Sesaat kemudian ia keluar dari kamar mandi. Kemudian ia berbisik kepadaku.. “Kau tidak ingin mengulang kenikmatan semalam, Rud?” Aku tersenyum memahami yang ia maksudkan. “Sebentar, Bu..”, jawabku sambil menuju ke kamar mandi, karena ingin kencing. Setelah itu kami mengulangi percintaan kami semalam. Badanku yang segar karena tidur yang nyenyak semalam, membuatku bersemangat melayani gairah Bu Via yang juga tampak segar.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Lepas Pejaka Dengan Pelacur

Aku merasakan vaginanya lebih hangat dan justru beraroma lebih menggairahkan pada pagi setelah bangun tidur seperti itu. Dan bau badannya juga lebih natural. Kami bercinta sampai Bu Via mendapat orgasme tiga kali. Jadi selama bercinta denganku, Bu Via menikmati orgasme sebanyak delapan kali. Maka siangnya, ketika aku bertemu dengannya di kampus ia tampak sangat gembira. Wajahnya berbinar dan kelihatan sangat bergairah menjalani aktivitasnya hari itu. Begitulah, kini hampir setiap akhir pekan aku selalu mendapat SMS dari Bu Via yang bunyinya begini: “Kau tidak sibuk malam nanti kan, Rud? Bisa datang ke rumah?” Maka setiap mendapat SMS seperti itu segera selalu terbayang sesuatu yang menyenangkan yang akan kami lakukan bersama.

Setiap akhir pekan anaknya selalu bermalam di rumah sepupunya di luar kota sehingga Bu Via sendirian di rumah. Dan pembantunya juga pulang karena hanya datang pada siang hari saja. Setiap aku mendapat SMS itu, aku juga segera menghapusnya agar tidak terbaca oleh Kiki. Di kampus aku juga berusaha bersikap biasa saja dengan Bu Via. Ia dosen yang baik dan dihormati oleh semua orang di kampus. Aku sedikitpun tidak ingin merusak citranya. Dan ia pun seorang yang professional, meskipun di luar kami sering bercinta, ia tetap menghargaiku sebagai mahasiswanya dan ia tetap membimbing tugasku dengan serius. Sesuatu yang sangat aku sukai. Bercinta dengannya bukan sekedar mendapat kepuasan libido, aku merasakan sesuatu yang lain. Entah apa itu.

Cerita Dewasa Istriku di Tukar dengan Istri Bos

$
0
0

Cerita Dewasa Istriku di Tukar dengan Istri Bos | Cerita Dewasa – Istriku di tukar dengan istri bos – Suatu sore di bulan April 2000, aku dipanggil “Big Boss”, Pak Gun, seorang duda berumur 55 tahun, yang sebentar lagi melangsungkan pernikahannya yang kedua dengan Bu Enny mungkin sekitar umur 40-an, setengah tua tapi kencang. Dengan penuh tanda tanya di benakku, aku masuk ke kantornya saat semua orang sudah pulang, maklum jam sudah menunjukkan 18:30 sore.

“Silahkan masuk!” sapanya ramah dari balik mejanya setelah melihat kehadiranku.
“Terima kasih Pak,” jawabku.
Setelah basa basi sejenak akhirnya Pak Gun mulai menuju poin pembicaraan.
“Pak Hendra, mungkin anda masih ingat mengenai kasus di Proyek A dimana anda adalah orang yang bertanggung jawab untuk itu,” katanya dengan santainya.
Serasa petir menyambar di kepalaku. Kasus itu sudah terjadi setahun yang lalu ketika aku masih di kantor cabang Surabaya dan memang kasusnya tidak pernah dinyatakan close atau masih open alias menggantung.
“Ya Pak!” jawabku lemas, karena bayangan di kepalaku hanya satu yaitu pemecatan dengan tidak hormat, meskipun semua orang tahu bahwa itu bukan kesalahanku, tetapi kesalahan orang sebelum aku yang sudah kupecat, tapi permasalahannya tetap who is responsible at this project.

“Kamu tahu kan sangsinya sesuai aturan perusahaan!” lanjutnya.
“Iii.. ya Pak,” jawabku seakan tersekat di tenggorokan, membayangkan resiko yang akan menimpa aku dan keluargaku.
“So what’s your plan,” desaknya.
“Saya sudah clarify dengan Internal Audit mengenai hal itu, dan semua keputusan kembali ke Bapak, jadi saya menunggu guidance dari Bapak,” jawabku lirih sambil melihat ujung sepatuku.
“Apa kamu masih ingin bekerja terus disini, terutama di posisimu yang sekarang ini?” tanyanya selidik.
“Tentu Pak, saya masih ingin berkarir di perusahaan ini selama diberi kesempatan.”
“Kalau kamu aku berikan second chance, apa yang akan kamu berikan padaku?” tanyanya.
“Maksud Bapak?” tanyaku balik tidak mengerti.
“Apa imbalannya kalau kasus ini aku nyatakan close dan anda bersih.”
“Terserah Bapak, saya ikuti semua permintaan atau petunjuk dari Bapak,” kataku setengah bingung.

“Semua?”
“Ya semua, saya akan berusaha penuhi semua permintaan bapak sejauh saya mampu.”
“Ha.. ha.. ha.. ha..” tawanya, membuat aku semakin tidak tahu arahnya.
“Oke Pak Hendra, aku pegang kata-katamu, kamu kan tahu sebentar lagi aku akan married dengan Bu Enny, dan aku minta special gift dari kamu secara pribadi the best gift you ever had,” pintanya.
“Apa itu Pak, kalau boleh saya tahu, biar tidak salah pengertian,” tanyaku masih kebingungan.”Pak Hendra, you’re a lucky guy, you have beautiful and sexy wife, dia sangat attractive lady terutama kalau pakai baju pesta, aku tahu itu saat perkimpoian si Erwin (anaknya) tempo hari, it make me can not forget about her performance,” jelasnya.
“Maksud Bapak?” tanyaku makin kebingungan.
“Mungkin saya bukan a good boss, tapi sebagai seorang laki-laki yang normal, wajar dong kalau saya ber-fantasy dengan wanita cantik,” lanjutnya.
“Terus..?” tanyaku lagi.
“Oke, to the point saja, saya ingin ditemani istrimu semalam sebagai hadiah ulang tahun dan kompensasi bahwa kasus ini close,” katanya tajam sambil menatap ke arahku.
Bagai disambar geledek, aku tidak bisa bekata apa-apa, situasi serba sulit.

Kehidupan keluargaku cukup harmonis meskipun sesekali aku atau istriku melakukan extramarital tapi itu just for fun dan tanpa beban seperti ini. “Pak Hendra, permintaanku tidak perlu kamu jawab sekarang, tapi bicarakan lagi dengan istrimu dan ingat janjimu tadi serta kelangsungan karirmu di sini, aku tunggu jawabanmu sebelum pesta perkimpoian nanti,” katanya melihat kebisuanku. Aku tinggalkan kantor dengan perasaan tidak karuan, anehnya perasaan horny merayap di benakku, secara pribadi tidak keberatan menyerahkan my beautiful wife pada Boss tapi bagaimana tanggapan istriku nanti.

Sesampai di rumah, sambil santai dan deg-degan, kusampaikan masalahku dan akhirnya sampai pada permintaan Pak Gun.
“Dasar Boss gila dan tak tahu diri,” katanya.
Setelah kami diam beberapa saat, akhirnya dia menyerahkan masalah ini padaku.
“Kalau ini baik bagi Mas dan kita berdua, aku nggak keberatan kok, lagian kita juga pernah melakukannya, meskipun dalam konteks yang berbeda.”
Plong rasanya mendengar kata-katanya.
“Tapi dengan syarat yang akan aku akan bicarakan langsung dengan Pak Gun nanti kalau waktunya tiba, jangan kuatir Mas, I still love you, this is for ours,” katanya manja.
Waktu terus berlalu sejak pembicaraan dengan Pak Gun, dan pesta perkimpoian tinggal seminggu lagi, hingga akhirnya Pak Gun mengingatkanku mengenai tawaran itu.
“Saya sudah bicara dengan istriku dan dia ingin bicara langsung dengan Bapak kalau Bapak tidak keberatan,” jawabku melalui HP.
“Oh tentu tidak, bicara dengan wanita secantik dan seseksi istri anda merupakan kehormatan bagiku, I’m waiting for her call,” katanya sambil menutup pembicaraan.
Segera aku hubungi istriku untuk menelepon Pak Gun siang ini.

Sore hari aku diminta menghadap ke ruangan Pak Gun.
“Pak Hendra, istri anda ternyata benar-benar seorang penggoda, makin besar keinginanku untuk terhadap dia,” katanya setelah kami berdua duduk di sofa ruangan direksi.
“Istriku sudah menghubungi Bapak?”
“Ya tadi siang, dan dia minta syarat yaitu dia mau menemani semalam tapi sebelum aku bulan madu dengan Bu Enny,” katanya sambil mengambilkan orange juice dari lemari es.
“Istrimu minta pada saat wedding party dia mau melayani disela-sela acara, di honeymoon suite dan dia minta kalau kamu berminat ikut serta di kamar itu, sebagai hukuman katanya, dan kalau kamu mau, kamu boleh join dengan aku malakukannya secara bersama sama. Karena saat itu waktunya pasti mepet, dia mau malakukan lagi besoknya at any time dengan syarat aku belum melakukan dengan Bu Enny, dan kamu boleh join terserah kamu, it’s horniest idea I ever heard,” jelasnya antusias.

“Terus menurut Bapak gimana? apa aku harus join?” komentarku.
“Aku setujui permintaannya, karena acaranya standing party, I have many chance to disappear dari party just for quicky dan aku minta dia stand by di kamar at any time,” jelasnya.
“Asal kamu tahu, aku sudah reserve 2 suite at same floor, satu untuk pengantin dan satunya untuk aku dan istrimu, setelah para tamu pulang istrimu stand by di kamar, kamu bisa pakai juga untuk honeymoon lagi, tapi harus ready any time for my visit, Anytime!” tegasnya.
Aku cuma bisa mengiyakan rencana mereka berdua.

Hari perkimpoian tiba, sesuai rencana kami berangkat lebih awal, dari undangan jam 7:00 kami sudah tiba di Hotel Shangrila jam 3 sore, dan langsung menuju ke suite yang sudah disiapkan untuk istriku, barangkali Pak Gun mampir sebelum acara dimulai. Sementara istriku menyiapkan diri di kamar, aku turun ke lobby, jam 6 sore para undangan dan keluarga sudah kelihatan berdatangan. Aku naik ke atas untuk memberitahu istriku supaya bersiap ke acara.

Kupencet bell kamar suite, cukup lama aku menunggu sebelum pintu dibuka oleh istriku yang cuma berbalut handuk. Diluar perkiraanku ternyata Pak Gun sudah di dalam kamar, beliau duduk di sofa kamar tidur masih memakai baju putih lengkap dengan dasi kupu-kupunya, sementara bawahnya cuma ditutupi handuk putih sama dengan yang dipakai istriku.
“Sorry Pak, aku nggak sabar menunggu sampai nanti malam, jadi iseng aku mampir kemari sambil menunggu Bu Ennie di-make up di kamar pengantin,” sapanya.
“Eh anu nggak apa kok, lagian kita sudah perkirakan, udah lama Pak?” tanyaku setelah bisa menguasai diri.
“Tepat setelah kamu keluar kamar ini, aku coba HP ternyata nggak kamu bawa, jadi aku mulai saja, any problem?” jawabnya santai.
“No sir, it’s okey for me, go head,” jawabku, berarti sudah lebih 30 menit dia di kamar berdua dengan istriku, entah apa yang sudah dilakukan terhadap istriku yang cantik ini.

Istriku kemudian duduk di sebelah Pak Gun, aku mengambil tempat di sofa satunya sambil melihat mereka berdua. “Mari sini sayang kita lanjutkan permainan yang terputus,” kata Pak Gun. Dengan sekali tarik, terlepaslah handuk yang membalut tubuh istriku, kini dia dalam keadaan telanjang di hadapan Pak Gun, terlihat begitu kontras antara mereka berdua, Lily, istriku yang cantik, 29 tahun, tinggi 167 cm dan ukuran dada 34B sedang berpelukan dengan Pak Gun, Boss-ku yang berumur sekitar 55 tahun, dengan rambut putihnya, meskipun sudah dibilang berumur ternyata postur tubuhnya masih atletis, maklum sebagai ex tentara dia pasti masih menjaga kebugaran tuguhnya.

Pak Gun dengan segera mencium buah dadanya yang kenyal kebanggaanku dari satu ke satunya, dijilatinya dan sesekali disedot dan dipermainkan putingnya dengan lidahnya, Lily cuma bisa menggelinjang keenakan sambil tangannya mulai meraba mencari pinggiran handuk yang dipakai Pak Gun dan menariknya sehingga terlepas. Terlihat batang kemaluan Pak Gun menegak ke atas, memang tidak sebesar punyaku tapi cukup hebat untuk ukuran seusia beliau. Istriku tak mau melepaskan pegangannya di kemaluan Pak Gun, dikocoknya dan sesekali di putar-putar seperti mainan anak kecil. “Kita lanjutkan yang tadi ya Pak,” bisiknya manja. Tanpa menunggu jawaban dari Pak Gun, dia berdiri di atas sofa, dikangkanginya Pak Gun, Boss-ku, dia mengarahkan selangkangannya di muka Pak Gun sementara beliau mengadah menunggu kedatangannya dengan mulut terbuka dan lidah menjulur keluar. Unbelievable, Pak Gun yang selama ini dihormati dan disegani orang sekantor sekarang sedang di antara selangkangan istriku sambil menjilati vaginanya seperti orang kehausan. Sesaat kulihat istriku melirik ke arahku sambil tersenyum penuh arti, sementara tanganku mulai memijit-mijit kemaluanku yang masih tertahan di dalam celana.

Tubuh istriku mulai turun-naik di atas wajah Pak Gun seirama dengan gerakan lidah beliau, disapunya seluruh wajah Pak Gun, sementara tangan Pak Gun meremas payudara dan pantat istriku.”Shit, you’re damned old man, I like your lick, yess terus yaa..” teriak istriku, cukup mengejutkan, tidak ada satu orang pun berani berkata begitu kasar pada beliau, tapi kelihatan beliau oke-oke saja.

Aku sudah tak tahan, kukeluarkan kemaluanku dari celana sehingga sekarang aku bebas memegangi, tapi istriku tahu hal itu.
“Mas Hend, this is not for you, you have no turn for this time, It’s Boss only, jangan macam-macam!” ancam istriku, dan aku menurut saja sambil terdiam.
Istriku kemudian duduk di sofa, kakinya dipentangkan lebar dan lututnya ditekuk.
“Kiss my ass and lick my pussy, you like it don’t you, let my husband watch his boss doing to his beutiful wife,” dia berkata ke Pak Gun.
Pak Gun segera berlutut di depannya dan mulai menjilati vagina istriku lagi.
“It smell good, yess I like your pussy,” kata Pak Gun terus menjilat sambil memasukkan jari tangannya ke lubang vagina istriku, mulanya satu kemudian dua dan akhirnya tiga. Dikocoknya vagina istriku dengan jarinya sementara lidahnya menjilati daerah vagina dan sekitarnya hingga ke anus.
“Ohh yess I like it, yess terus Pak..!” desah istriku, sambil mengangkat kakinya tinggi ke atas, kemudian ditumpangkannya ke pundak dan akhirnya kaki mulus itu berpijak ke kepala dan bahu Pak Gun, Boss-ku.

Pak Gun bangkit dan mengatur posisi kemaluannya di depan vagina istriku, hanya berjarak satu inchi lagi dari bibir vaginanya, tiba tiba istriku bangkit dan mendorong tubuh Pak Gun hingga beliau terdorong ke belakang.
“I will not let you fuck me unless you promise that you will not fuck her tonight and also tomorrow, this two days you’re mine, deal? otherwise no more other session after this,” ancam istriku kepada Pak Gun, my Boss.

Ditariknya istriku ke pelukannya tapi istriku menolak dan tetap duduk di sofa hingga Pak Gun kembali berlutut di depannya. “I’ll do it whatever you request as long I can fuck you,” jawabnya, dan tanpa menunggu lebih lanjut segera dipeluknya istriku dan tangannya mulai mengarahkan kemaluannya ke vagina istriku, diusapnya bibir vaginanya dengan kepala kemaluan dan “Bless..” Tanpa kondom, dengan sekali dorong masuklah kemaluannya ke dalam vagina istriku yang sudah mulai basah, dia tidak pernah mengijinkan orang lain bercinta dengannya tanpa kondom, tapi ini mungkin lain bagi dia. “Kamu akan membayangkan betapa asyiknya bercinta denganku saat kamu berbulan madu,” bisik istriku. Setelah semua masuk ke vagina istriku, Pak Gun perlahan mulai menggoyang tubuhnya keluar masuk dan istriku mengimbanginya. Gerakan demi gerakan menambah erotic berdua, sementara tanganku sudah mulai ikut mengocok kemaluanku, semakin cepat Pak Gun mengocok istriku semakin cepat pula tanganku mengocok kemaluanku.

“Aaah aku keluar..” teriak Pak Gun. Istriku segera mendorong tubuh Pak Gun menjauh dan memintanya berdiri, sementara dia jongkok di depan Pak Gun, tepat semprotan Pak Gun keluar ke arah muka dan tubuhnya, kemudian istriku menjilati kemaluan Pak Gun yang masih belepotan sperma, dikocoknya kemaluan itu dengan mulutnya hingga bersih. “Aaahh stop udah.. udah, cukup!” teriak Pak Gun kegelian, sambil menarik kepala istriku menjauh. Kemudian mereka berdua duduk di sofa dengan lemasnya.
“You have incredible wife, I will not let her free tonight,” kemudian dia berdiri mengambil celananya yang tergeletak di ranjang.
“Jangan pakai celana dalam dan jangan coba-coba untuk mencucinya!” kata istriku.

Aku berdiri dan keluar melihat suasana di luar, setelah yakin aman baru mempersilakan Pak Gun keluar. Sekali lagi french kiss sambil meremas payudara istriku yang kesekian kalinya.”I’ll be here, please be ready on my sign,” kata beliau, kemudian keluar menuju kamar pengantin. Mereka melakukan tak lebih dari 20 menit tetapi rasanya seperti lebih dari satu jam, kemudian istriku masuk ke kamar mandi. Sebenarnya aku ingin minta ke istriku sekedar quicky tapi dia menolak dan mengunci pintu kamar mandi. Beberapa menit kemudian dia sudah keluar kamar mandi dengan memakai gaun malam yang berbeda dari yang dibawa tadi, berbelahan dada rendah sehingga tidak memungkinkan dia memakai bra dan punggung terbuka memperlihatkan punggungnya yang putih mulus, sementara belahan pahanya cukup tinggi mungkin legih dari sejengkal di atas lutut. Dengan pakaian ini dia terlihat sangat seksi apalagi ditunjang postur tubuhnya yang tinggi semampai.

Tepat pukul 7:00 kami sudah di party hall, sudah banyak pengunjung yang datang, dari kalangan bisnis dan expatriate, sementara sang mempelai sendiri belum turun ke ruangan. Kami kemudian berkeliling bersosialisasi dengan undangan lainnya baik dari kantor maupun dari luar. Sekitar 7:30 sang mempelai masuk ke party hall, diiringi oleh sanak keluarga dan anak-anaknya, Pak Gun terlihat begitu anggun dan berwibawa, sama sekali bertolak belakang dengan penampilan dia satu jam yang lalu meskipun dengan pakaian yang sama. Kami berdua ikut antri untuk memberi selamat kepada mempelai, ketika tiba giliran kami untuk memberi selamat, terlihat senyum penuh arti dari Pak Gun. “Terima kasih atas kedatangannya Pak Hendra, Bu Hendra,” katanya kemudian menyorongkan kepalanya ke istriku untuk sun pipi, kulihat dia membisikkan sesuatu yang aku tidak tahu pasti. Istriku tersenyum dan istriku melakukan hal yang sama ke Bu Enny, kemudian kami kembali berbaur dengan undangan lain. “Apa katanya?” tanyakudengan tersenyum istriku menjawab, “Please be ready after this, yo’re mine tonight.” Gila kan itu orang tua.

Setelah acara resmi, maka beranjak ke acara santai dimana kedua mempelai sudah berbaur dengan para undangan, terlihat Bu Ennie berdansa dengan salah satu undangan sementara Pak Gun melakukan hal yang sama. Kami terpisah, karena istriku ngobrol dengan ibu-ibu lainnya sementara aku dengan teman kantor maupun rekanan bisnis lainnya. Di kesempatan lain kulihat istriku berbincang dengan Erwin beserta istrinya, Diana yang cantik jelita, anak tertua dari Pak Gun, baru menikah 9 bulan yang lalu.

“Mas, sini sebentar!” tiba-tiba istriku menarikku ke pojok ruangan.
“Mas, ternyata Erwin menginap di depan kamar kita, dan kayaknya dia tau apa yang dilakukan oleh papanya di kamar kita,” kata istriku cemas.
“Oke nanti aku check deh,” kataku menentramkan.
Kulihat Pak Gun kelihatan ke arah kami, tapi dia tidak berhenti cuma berkata sambil berlalu.
“Lima menit di kamar pengantin.”
“Gila berani amat ini orang,” komentar istriku sambil berjalan menuju lift meninggalkanku sendiri, aku sengaja tidak ikut karena ingin ngobrol lebih lanjut dengan Erwin, maka aku dekati dia yang sedang sendiri, si istri Diana entah kemana.
“Nice party,” sapaku membuka percakapan, meskipun sekantor aku tidak telalu akrab, mungkin ada gap karena dia anak Big Boss.
“Yah..” katanya dingin.
“Semua keluarga nginap di sini?” kataku to the poin untuk memancing pembicaraan.
“Iya dan kamu bukan keluarga juga ikut nginap,” jawabnya kecut dan angkuh.
“Kan emang ada keperluan.”
“Keperluan apa sama Papa, kok sepertinya tidak bisa dilakukan di kantor?”

“Enggak, cuman masalah pribadi.”
“Pribadi? Pak Hendra jangan anggap saya bodoh, saya tahu sudah lama Papa mengagumi istri Bapak yang seksi itu, dia sering tanya ke saya waktu itu dan mungkin sekaranglah saatnya bagi Papa untuk memenuhi fantasinya. Aku nggak tahu apa yang diberikan Papa sehingga kamu bisa menyerahkan istrimu ke Papa, saya yakin bukan masalah uang.”
“Nothing, just for fun, Papamu secara gentlemen minta dan istriku mau so what’s wrong di antara dua orang dewasa,” kataku sedikit berbohong.
“Kalau aku yang minta gimana?”
“Papamu menggaransi karirku sebagai tawaran, at least selama dia masih menjabat, dan tawaranmu apa?”
Dia diam sesaat.
“Usulanmu apa?” katanya menyerah.
“Karir secara teori sudah ada yang garansi, maka harus lainnya.”
“Iya apa?”

Aku pura-pura berpikir sejenak sambil membayangkan Diana yang cantik seperti Diana Pungki.
“Aku tidak butuh apa-apa dari kamu, jadi sebenarnya posisi kita sama dalam hal ini, jadi aku usul, jangan marah kalau nggak setuju bilang saja tapi tanpa marah, bagaimana kalau kita tukaran saja, kamu dengan istriku dan aku dengan Diana,” usulku dengan sedikit takut.
Dia diam sejenak tanpa expresi, tapi jawabannya sungguh mengagetkan aku.
“Oke setuju, toh ini bukan pertama kali kami melakukan swaping, tapi karena istrimu sudah pernah sama Papa maka aku minta nilai lebih atas Diana, aku minta sekali dengan istrimu tanpa swaping dengan Diana, bagaimana?” jawabnya.
“Emang Papamu dengan Diana tidak pernah..” tanyaku asal-asalan, tapi jawabannya sungguh kembali tidak terduga.
“Shit! rupanya Papa sudah cerita banyak tentang Diana, oke-lah terserah kamu-lah, tapi prinsipnya aku setuju saja.”
“Oke deal, don’t worry my friend,” jawabku sambil mengajak dia bersalaman.

“Kapan direalisasi? soal Diana itu urusanku.”
“Sekarang Ppamu lagi sama istriku di kamar, masa mau ngganggu, dan nanti malam sepertinya nggak mungkin deh, Papamu mau istriku stand by anytime malam ini dan besok.”
“Sebenarnya sih nggak apa, aku sama Papa pernah sih main bareng beberapa kali, bahkan waktu pertama Papa dengan Diana saat kita bulan madu, kita main berempat kok, cewek satunya seorang call girl high class, sejak itu saya tahu kalau ternyata Diana itu bisex, aku sih welcome saja kalau Diana bawa teman wanitanya ke ranjang dan kita main bertiga, jadi nothing new for us.”

Istriku berjalan ke arah kami, diikuti agak jauh di belakang oleh Pak Gun yang terlihat tambah segar.
“Kok sebentar sayang?” sapaku menyambutnya.
Istriku tidak langsung menjawab tapi melihat ke arah Erwin yang berada di sampingku.
“Nggak apa sayang, Erwin sudah tahu semuanya kok, bahkan kita ada sedikit bisnis, permainan jadi berkembang.”
Dia membelalakkan mata ke arahku, entah apa yang ada dalam pikirannya, Erwin hanya tersenyum dan meninggalkan kami berdua ke kelompok lainnya.
“Apaan sih?” katanya masih tidak mengerti.
“Entar aku jelasin, eh gimana barusan,” tanyaku.
“Nggak ada yang istimewa, Pak Gun masuk ke kamar sebelum aku datang dan begitu masuk langsung saja aku didekap dari belakang, kemudian diciumnya tengkuk dan leherku sementara tangannya mulai menyelip dan meremas payudaraku.”

Istriku berhenti sesaat ketika ada orang lewat di dekat kami, kemudian dia melanjutkan. “Aku nggak mau kalah kuremas pula kemaluannya, ternyata sudah sangat menegang, dan dia minta blowjob. Kubuka restluiting, kukeluarkan batang yang sudah menegang itu dan langsung saja aku kulum tapi itu nggak lama kemudian tubuhku ditarik ke atas dan diputar membelakanginya, Pak Gun lalu mengangkat rokku sehingga tampak celana dalam merah, tanpa membukanya segera disapukannya kepala kemaluannya ke bibir vaginaku, entah karena ludah atau karena sudah basah tanpa susah dia bisa memasukkan kemaluannya melalui celah celana dalam, terus didorongnya aku ke dinding sehingga cuman bersandar di dinding sementara dari belakang dia mengerjai aku, disodoknya semakin lama semakin cepat dan keras.”

Untuk kesekian kalinya, istriku harus menghentikan ceritanya karena banyaknya orang lalu lalang di sekitar kami, semantara kemaluanku sendiri sudah mulai menegang mendengar ceritanya. “Tau nggak Mas, meskipun udah seumur dia, ternyata dia bisa melakukan itu 10 menit tanpa berhenti, dengan posisi seperti itu, aku sendiri nggak nyangka lho. Kemudian dia mengeluarkan spermanya di dalam, ternyata cukup kuat juga semprotannya terasa begitu membasahi seluruh dinding dalamku. Lalu seperti biasa, aku kulum untuk bersihkan kemaluannya, ini yang paling dia suka, belum pernah dia mengalami seperti itu. Mas aku terkejut sekali ketika aku kulum terakhir dia bilang, Ly kamu lebih hebat daripada Diana, gila nggak Mas.”

“Aku tahu jawabannya, itulah yang barusan aku sebut permainan berkembang, teruskan ceritamu,” jawabku sambil memperhatikan Diana yang berdiri tak jauh dari tempat kami.
“Iya itu, setelah selesai aku kulum habis, dia minta aku kembali ke pesta tanpa celana dalam, ya seperti sekarang ini, dan aku diminta ready setiap saat Pak Gun ada kesempatan.”
“Jadi sekarang kamu nggak pakai underwear sama sekali,” tanyaku terkejut sambil memegang pantat dia yang ternyata memang polos.
“As you feel it.”
“Menurut kamu Erwin bagaimana orangnya?” tanyaku mulai memancing.
“Nice guy, dingin dan agak angkuh mungkin karena anak boss ya, dan senyumnya itu dingin-dingin menghanyutkan,” jawabnya sambil melihat ke arah Erwin yang berdiri di samping Diana.
“Tadi Erwin ngajak kita orgy, menurut kamu gimana?” tanyaku.
“Mas tertarik sama Diana ya, kelihatan tuh maunya, aku sih oke-oke saja, jawabnya sambil menggodaku.
“Lelaki mana sih yang nggak tertarik sama cewek kayak Diana,” jawabku membela diri.
“Pak Gun gimana?” tanya istriku.

Aku berpikir sejenak nggak tahu mau dikemanakan beliau.
“Kita tanya saja sama mereka nanti,” jawabku sambil menuju pasangan Erwin dan Diana.
Ternyata usulan Erwin lebih gila lagi, dia akan mengajak Papanya untuk bergabung bersama, kemudian Erwin menghampiri ayahnya, mereka terlihat berbicara serius sambil berbisik seolah tidak mau menarik perhatian undangan lainnya. Sesaat kemudian Erwin kembali bergabung dengan kami, “Beres!” katanya. “Aku bilang bahwa ini adalah hadiah ulang perkimpoian yang paling hebat yang pernah ada, soal Bu Enny itu urusanku, kasih saja obat tidur pasti teler sampai pagi seperti kecapekan.”

Jam 9:30 para undangan sudah mulai berpamitan dan setengah jam kemudian kami berempat, aku dan Lily istriku, Erwin dan Diana istrinya naik ke kamar kami, sepertinya everything is running well. Kami ngobrol sambil nonton TV, aku dengan Diana di satu sofa tempat Pak Gun “mengerjai” istriku, semantara di sofa lainnya Erwin duduk berimpit dengan Lily.

Sambil nonton TV, tangan-tangan kami sudah mulai aktif merambah ke tubuh pasangan masing-masing, pertama kali yang menjadi sasaranku adalah buah dada Diana yang montok, sepertinya 36C kemudian bibirnya yang seksi, segera kukulum karena dari tadi memang sudah menjadi perhatianku di kedua area tubuh Diana di samping lehernya yang jenjang putih. Sedangkan Erwin sepertinya tak mau kalah, sepintas kulirik ternyata mulutnya sudah mendarat di dada istriku, karena gaun malam Lily memang cukup mudah untuk dibuka sehingga dalam hitungan detik gaun itu sudah merosot setengah badan, tampaklah kulit Lily yang putih mulus itu. Sementara aku sedikit kesulitan membuka baju tradisional Diana yang cukup kompleks sehingga progress-nya terhambat. Sejauh ini hanya berhasil membuka kebaya bagian atas saja, meskipun sudah cukup menikmati bagian bukit di dada Diana yang montok, tapi masih jauh dari memuaskan. Sementara Erwin sudah berhasil melucuti gaun malam istriku dengan suksesnya yang sudah tergeletak di kakinya sehingga Lily totally telanjang, dan Erwin sendiri sudah tidak bercelana lagi.

Sedangkan aku, masih berkutat dengan kebaya si Diana, meskipun kami masih tetap berciuman tapi tanganku harus kerja keras untuk melucutinya, sengaja aku tidak mau melepas bra-nya supaya lebih penasaran, sedangkan Diana dengan mudahnya melepas celanaku, seperti halnya Erwin, aku juga sudah bottomless, dan Diana tanpa henti terus meremas dan mengocok kemaluanku yang sudah menegang. Erwin sudah berjongkok di antara kaki istriku, dijilatinya vaginanya, kulihat istriku sudah mulai merem-melek dan mendesah keenakan, Erwin tak lupa memasukkan tangannya ke lubang vagina, sementara lidahnya menyapu bibir vagina dan sekitarnya.

Setelah dengan perjuangan keras, akhirnya terlepaslah kebaya bawahnya sehingga Diana sekarang hanya memakai bikini. Bra hitam berenda selaras dengan celana dalamnya, menambah pesona seksi pada diri Diana, tapi aku tidak membiarkan diriku terlalu lama terpaku menikmati keindahan tubuhnya, kupeluk tubuhnya dan kembali kami berciuman, dari bibir turun ke leher terus mampir ke belahan buah dadanya. Segera kulepas bra yang tanpa tali penyangga itu sehingga tersembullah buah dada yang putih, montok dengan puting masih kemerahan, meskipun tidak sekencang punya istriku, tapi cukup membangkitkan gairah. Tanpa membuang waktu lebih lama lagi, kudaratkan mulutku untuk menjilati, mengulum dan mempermainkan puting yang menantang itu, sementara tanganku sudah menyelip di dalam celana dalamnya, ternyata shaved dan basah.Bajuku sudah terbang entah kemana, ciumanku terus turun hingga ke daerah selangkangannya, kupelorotkan celana dalamnya maka terlihatlah bukit gundul di antara kakinya, sungguh indah dan menggairahkan. Aku berlutut di depan bukit itu dan mulai menjilati bibir vaginanya dengan mudah karena tidak ada rambut di sekitarnya, kupakai teori ABC untuk mempermainkan klitoris dan vaginanya, cairan dari dalam vagina terasa lain dengan punya Lily begitu juga aromanya, dipermainkan seperti itu Diana mulai menggelinjang, mengerang dan mendesah hingga kakinya dinaikkan ke kepalaku untuk mempermudah jilatanku padanya.

Erwin sudah berganti posisi dengan istriku, Lily berlutut di antara kaki Erwin sambil mengulum kemaluannya, dijilatinya kemaluan itu dari kepala terus turun hingga ke kantong pelir begitu berulang-ulang, Erwin mendesah-desah, tangannya meraih rambut istriku dan memaksanya untuk mengulum kemaluannya lebih dalam, ditarik dan didorongnya kepala istriku pada kemaluannya.

“Ding.. dong..” bel pintu berbunyi mengganggu konsentrasi kami berempat.
“Pasti Papa,” kata Erwin dan meminta istriku untuk membuka pintu.
Dengan tetap bertelanjang istriku membuka pintu kamar dan menyambut kedatangan Pak Gun.
“Aku adalah tamu kehormatannya, dan dua bidadari ini adalah my prize, kenapa kalian mulai pesta tanpa menunggu kehadiranku?” protesnya.
Tanpa menunggu tanggapan dari lainnya, digandengnya istriku dan menuju Diana yang kakinya masih dikepalaku, kemudian beliau mengajak kedua bidadari telanjang ke ranjang.
“Sebagai hukuman kamu berdua hanya boleh melihat tanpa menyentuh sampai aku ijinkan,” lanjutnya sambil kedua bidadari telanjang itu melepas pakaian beliau.
“Tapi Pa..” protes Erwin.
“Tidak ada tapi, kamu sendiri yang bilang kalau Diana sebagai hadiah untukku malam ini,” potong Pak Gun sambil mulai mencium bibir istriku, sementara Diana yang kebagian melepas celananya langsung memainkan alat kejantanan mertuanya yang memang sudah telanjang.

Dilayani dua bidadari cantik dan seksi seperti Diana dan istriku, gairah si tua Pak Gun kelihatan begitu menggebu, dilumatnya bibir istriku dengan ganas sementara tangannya meremas remas payudaranya, dan Diana, menantunya yang cantik dengan asyiknya mengulum alat kejantanan Pak Gun, sang mertua. Hebatnya lagi disaksikan oleh suami dari kedua bidadari itu tanpa bisa berbuat apa-apa. Aku segera mengambil kursi di samping ranjang untuk segera menikmati pertunjukan ini, tanpa sengaja tanganku mulai meremas-remas kemaluanku sendiri yang dari tadi sudah basah, hasrat untuk memasukkan alat kemaluanku ke mulut Diana yang seksi itu ternyata belum kesampaian.

Sementara Erwin masih berdiri terpaku entah karena melihat bagaimana Papanya dilayani oleh istrinya atau karena hasrat untuk menikmati istriku tertunda dan didahului oleh Papanya.Kedua bidadari itu berganti posisi, istriku sudah di bawah mempermainkan kejantanan beliau, dikulumnya sampai mulut dia menyentuh pubic area, berarti semua batang kejantanan itu berada di dalam mulutnya, maklum dia biasa dengan punyaku yang jauh lebih besar dan panjang, terus dikeluarkan perlahan-lahan dan dimasukkan lagi makin lama makin cepat hingga Pak Gun yang lagi mengulum puting buah dada menantunya kelojotan, entah mungkin sedikit menggigit puting menantunya, karena Diana tampak sedikit nyengir.

Tangan Pak Gun meremas buah dada menantunya yang montok sementara mulutnya masih di satunya, semakin cepat gerakan istriku di alat kejantanannya dan dibantu belaian tangan Diana di sekitar daerah kejantanan itu, maka semakin keras dia meremas dan menyedot puting merah mudah itu.Sungguh pemandangan yang sangat erotis melihat Pak Gun yang sudah berambut putih dikerjain oleh dua bidadari cantik dan muda dengan full service. Melihat posisi istriku yang nungging sehingga vaginanya tepat ke arah Erwin berdiri seolah mengundang apalagi dengan disertai goyangan erotic menggoda, Erwin melangkah mendekat tapi aku peringatkan dengan aba-aba sehingga dia membatalkan niatnya.

Diana merangkak ke atas, dan membalikkan tubuhnya menghadap ke arah istriku, dikangkanginya mertuanya tepat di atas mukanya, kemudian tubuhnya diturunkan sehingga mulut mertuanya tepat di depan vaginanya, sang mertua mulai mempermainkan vagina menantunya sementara istriku masih asyik mengulum dan menjilati kemaluan Pak Gun. Diana mengatur posisinya ke “69” dengan mertuanya sehingga sekarang ada dua mulut bidadari memainkan kejantanan Pak Gun, istriku dan Diana menantunya yang mengulum secara bergantian. Tak tahan lebih lama lagi, Pak Gun meminta kedua bidadari bertukar posisi, istriku duduk di mukanya semantara beliau meminta menantunya langsung memasukkan kejantanannya ke vaginanya dengan posisi on top.

Two angel on top, one fuck by tongue another one by penis, it’s incredible. Diana sepertinya tak mau membuang kesempatan, dia menggoyang pantatnya dengan liar dan cepat, naik turun tanpa menghiraukan desahan kenikmatan dari mertuanya. Diremas-remasnya sendiri buah dadanya sehingga menambah erotic pertunjukan ini. Diperlakukan sedemikian, it’s too much bagi orang seusia Pak Gun, tak lama kemudian, “Shit I’m coming, Diana I’m coming,” teriaknya, tapi menantunya tak menghiraukan tubuhnya tetap bergerak erotis di atas mertuanya, hingga akhirnya wajahnya ikut menegang, tangannya mencengkeram erat kaki mertuanya, ternyata dia juga orgasme mengikuti mertuanya. Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya, istriku mengikuti Diana ikut meremas-remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.

Para suami hanya bisa memegang dan mengocok sendiri kemaluannya, sambil menikmati pertunjukan bagaimana istrinya melayani mertua dan bossnya.

Diana turun dari mertuanya dan menjilati sisa sperma yang belepotan di alat kejantanan mertuanya bercampur dangan cairannya, istriku mengikuti Diana ikut meremas remas kejantanan Pak Gun hingga habis dan terkulai lemas.
“It’s my turn,” pikirku bersiap menyambut Diana.
“Guys, you may have Diana for next one hour, but Lily is absolutely mine tonight, no one may do her.”
Erwin kelihatan kecewa, berarti dia harus menunda lagi menikmati layanan istriku.

Diana turun dari ranjang menuju ke kamar mandi, tatanan rambutnya sudah acak-acakan begitu juga dengan make up di wajah dan baunya sudah bercampur dengan aroma sperma. Sementara di atas ranjang, istriku tiduran dipelukan Pak Gun yang kelihatan masih kelelahan, tangan istriku masih tetap mengelus kejantanan beliau dengan lembutnya sesekali diciumnya wajah Pak Gun dan beliau membalas dengan mengelus rambut hitamnya.

Sepuluh menit kemudian Diana keluar dari kamar mandi masih bertelanjang ria, aromanya sudah berbau aroma wangi, dan tanpa make up dia kelihatan lebih cantik alami meskipun rambutnya sedikit acak-acakan. Dia menuju kami dan duduk di tengah antara aku dan suaminya.”Ke ruang tengah yuk, nonton TV!” ajaknya sambil meneguk orange juice-nya.

Kami bertiga menuju ruang tengah, kutinggalkan istriku yang sedang dalam pelukan Pak Gun, entah apa yang akan beliau lakukan terhadapnya. Agak canggung juga aku begitu bertiga dengan Diana dan suaminya, ada perasaan tidak enak dan segan terhadap Erwin. Untunglah Diana segera membaca situasi ini, maka kembali dia duduk di antara aku dan suaminya di tempat semula kami melakukan foreplay.

Beberapa saat kemudian, memecahkan kecanggungan, Diana mulai ambil peranan. Tangannya meraba ke pahaku sementara tangan lainnya mengelus kemaluan suaminya sambil berciuman. Aku membalas dengan memeluk dan meremas payudaranya dari belakang ketika mereka berciuman, sesekali tanganku dan tangan Erwin bersentuhan saat meremas daerah yang sama. Diana mulai mengelus dan meremas kemaluanku yang mulai mengeras dan tangan satunya melakukan hal yang sama pada suaminya, dia berjongkok di depanku tangan kirinya masih di kemaluan suaminya, sambil mengocok punya suaminya mulutnya mulai menjilati kepala kemaluanku, dia kelihatan kesulitan memasukkan kepalaku ke mulutnya apalagi sampai batangnya.

Memang kelihatan sekali kalau kemaluanku yang 17 cm dan garis tengah 4 cm, jauh lebih besar dan lebih panjang dibanding punya Erwin yang mungkin cuma 14 cm dengan garis tengah tidak lebih dari 2,5 cm, hampir sama dengan punya Pak Gun. Susah payah dia memasukkan ke mulutnya, tapi cuma kepalanya saja yang bisa masuk, kupaksakan dia memasukkan semuanya. Kepala Diana aku pegangi dan dorong supaya lebih masuk lagi kejantananku ke mulutnya, tapi dia hanya mampu mengakomodasi setengahnya saja, kutarik rambutnya ke atas, dan kembali kudorong ke bawah, lebih lama lebih cepat, sama seperti yang dilakukan mertuanya ke istriku, I want fuck her mouth, dan hingga disini hasratku terhadap dia sementara terpenuhi.
“Gila punyamu gede banget, the biggest I’ve ever get dan bentuknya antik lagi, melengkung ke bawah, pasti aneh deh rasanya,” katanya sambil menatap kagum ke arahku.
Kemudian dia ganti ke suaminya yang dari tadi memandangiku memaksa istrinya mengulum dan fuck her beautiful wife’s mouth. Belum sempat Diana menjilati kemaluan suaminya, tiba-tiba Pak Gun keluar dari kamar tidur.
“I need one guy to help me, aku perlu start up,” katanya mengagetkan kami.

Tanpa menghiraukan istrinya yang ada di depannya, Erwin segera berdiri menawarkan diri.
“Aku mau asal berperan aktif tanpa diatur lagi,” usulnya.
“Ayo cepat, bikin dia sesukamu,” jawabnya sambil menuju ke tempat tidur kembali dan diikuti Erwin yang membiarkan istrinya masih jongkok di bawah.
“Kita pindah ke kamar yuk! Lihat apa yang dilakukan suami dan mertuamu pada istriku,” ajakku meminta persetujuan Diana.
Diana rupanya cukup mengerti dan mengangguk tanpa suara.

Di atas ranjang, Erwin sudah berada di antara kaki istriku yang telentang, sementara Papanya berlutut di dekat kepala istriku sambil menyodorkan kemaluannya ke mulut istriku, dia menerima kemaluan itu dengan mulut terbuka karena sedang mendesah kenikmatan di kerjain sama Erwin dari bawah. Tanpa menunggu lebih lanjut, Pak Gun segera mengocok kemaluannya ke mulut istriku hingga masuk semua, itu bukanlah hal sulit bagi Lily untuk melayani semua itu, karena merupakan kesukaannya. Aku mengambil tempat duduk di dekat ranjang dan memangku tubuh telanjang Diana. Sambil melihat istriku bermain threesome di ranjang, tanganku meraba dan meremas payudara Diana, begitu juga dia membalas remasanku terhadap kemaluanku, sepertinya dia gemas banget dengan punyaku.

Sesekali kukulum putingnya dengan gigitan-gigitan ringan, sesekali kusedot dengan kerasnya sampai dia mendesah, tergantung suasana di atas ranjang. Teriakan dan desahan istriku ternyata berpengaruh besar terhadap suasana di kamar itu, semakin mendesah-desah kedua bapak beranak semakin liar dan aku dengan Diana juga semakin agresif. Di ranjang istriku dalam posisi merangkak mengulum kemaluan Pak Gun yang sedang duduk selonjor sedangkan Erwin menjilati vagina hingga anus istriku, sementara dua jari Erwin mengocok-ngocok lubang vaginanya. Aku mengikuti, kumainkan klitoris Diana dengan dua jariku dan kukocok seirama dengan kocokan suaminya pada istriku, Diana mulai ikut mendesah keenakan. Rambutku dijambaknya, tapi tak kupedulikan kukocok vaginanya semakin cepat. “Ssshh aahh.. ayo Mas, jangan goda aku gini, aku ingin merasakan nikmatnya alat kejantananmu, sshh.. come on!” desahnya ditelingaku. Erwin sudah mulai mengusapkan kepala kemaluannya ke bibir vagina istriku, saat-saat yang sudah dari tadi dia nantikan, dan dengan sekali dorong batang kemaluan yang tidak besar itu tertanam semuanya ke dalam vagina istriku. “Aahh sshh he emm..” desah istriku sedikit kaget tanpa melepas kulumannya pada Pak Gun.

Melihat demikian, tangan Pak Gun kembali menjambak ringan rambutnya dan lagi mendorong ke atas dan ke bawah seirama kulumannya. Erwin langsung mendorongkan maju-mundur dengan keras dan cepat tanpa ampun seolah tiada hari esok, semakin keras Erwin mendorong semakin dalam juga kemaluan Pak Gun masuk ke dalam mulutnya, double action effect. “Mmm ss.. eeghh..” desahan istriku tidak bisa lepas karena tersumbat kemaluan Pak Gun. “Sshh ayo dong Mass, tuh suamiku udah masuk ke istrimu..” Diana merajuk memancing sambil memutar tubuhnya untuk mengisi vaginanya dengan penisku, tapi aku ingin posisi lain, kuingin melihat expresi Diana saat pertama kali penisku memasukinya dan aku ingin mempermainkannya, aku ingin menikmati desahnya, aku ingin merasakan hasratnya, aku ingin merengkuh gairahnya.

Kami berubah posisi, dia duduk sementara aku jongkok di depannya, sengaja aku tidak mau menjilati vaginanya, karena tentu masih ada sisa sperma mertuanya. Posisi kemaluanku sejajar dengan vaginanya, aku ingin untuk mamasuki dari depan untuk pertama dia merasakan punyaku. Kusapukan kepala penisku di bibir vaginanya, terasa sedikit aneh karena tidak ada bulu kemaluannya, kuusapkan di sekeliling hingga dia menggelinjang kegelian tak sabar. Perlahan lahan kumasukkan kepala penisku ke lubang kemaluannya very slowly, tapi dia sudah mulai menegang, didorongnya tubuhku seolah menolak kumasuki, kutarik balik dan kembali kuusapkan di luar vaginanya yang sudah basah.

Lagi kudorongkan pelan-pelan, sedikit demi sedikit, Diana menggigit bibir bawahnya entah menahan sakit atau menahan nikmat, kepala penis sudah masuk kutarik sedikit dan kumasukkan lagi lebih dalam begitu seterusnya hingga separuh batang kemaluanku sudah berada di dalam vagina Diana. Tangannya mencengkeram tanganku dan kepalanya menengadah menjerit. “Aaahh shit, soo.. big, aahh ss..” desahnya. Tak kusangka vagina Diana masih terasa sempit dan mencengkeram kemaluanku dari dalam, mungkin karena dia ikut tegang. Erwin dan Papanya sudah berganti posisi, Pak Gun sedang menyodokkan kemaluannya ke vagina istriku dan Erwin menggantikan posisi Papanya to fuck her mouth.

Setelah tarik-dorong tarik-dorong beberapa lama akhirnya semua kemaluanku bisa masuk ke vagina Diana, kudiamkan sesaat memberi kesempatan padanya untuk menikmatinya. “Gila vaginaku terasa begitu penuh menyentuh dinding dinding yang selama ini tidak pernah tersentuh, yess I like it, aku akan merindukan saat saat seperti ini,” katanya lirih memandangku dengan tatapan aneh.Perlahan mulai kutarik keluar dan perlahan lagi kudorong masuk, sampai saatnya dia siap maka aku mulai mempercepat frekuensi tarik-dorong semakin lama semakin cepat dan tambah keras, kuhentak hentakkan pinggulku ke pinggulnya seolah menjebol seluruh dinding vagina dan rahimnya.

“Aaahh.. Mass.. yess.. oohh.. god yess..” desah atau teriakannya memenuhi ruangan tidur. Tubuh Diana menggeliat dan tangannya meremas tepi kursi atau rambutku, tiba tiba kuhentikan gerakanku, dia melotot protes tidak mau kenikmatannya terhenti.
“Kamu suka?” bisikku, sambil perlahan menggoyang-goyang pantatku.
“Yess.. lebih dari yang ka.. kamu ki.. ki.. ra..” desahnya.
Kutarik pelan penisku dan kudorong cepat dan keras ke vaginanya, terus kuhentakkan lagi dengan kerasnya seiring dengan teriakan desah istriku hingga akhirnya..
“Mass Shit! Diana ke.. lu.. aahh..” Diana teriak karena orgasme, kurasakan denyutan dan remasan di vaginanya beberapa detik lalu tubuhnya melemas.
Bersamaan dengan teriakan Diana, kudengar juga teriakan orgasme Pak Gun. Aku nggak mau melepaskan penisku yang masih tegang dari vaginanya, kubiarkan dia melemaskan otot-ototnya sesaat, lalu kugoyang kembali tubuhku perlahan untuk merangsang dia supaya naik lagi.

“Apa yang dilakukan suamimu pada istriku?” bisikku sambil menggoyang-goyang, karena aku membelakangi ranjang sehingga tak bisa melihat aksi mereka.
“Mas Erwin dan Papa telentang sementara istrimu di atas penis suamiku dan sambil mengulum penis Papa yang masih belepotan sperma,” katanya agak terbata-bata di antara desahnya.
“Lebih detail!” kataku sambil menyentakkan doronganku ke vaginanya.
“Aaauuwww..” dia menjerit karena tidak menduga akan aku perlakukan sekeras itu.
“Mas Erwin mengerjai istrimu dari bawah, sekarang Papa berdiri dan meremas payudara istri Mas, dan Mas Erwin mendorong lebih keras, aahh.. sshh.. terus Mas ya.. oohh God.. I love it,” desahnya terus.
Kuganti posisi ke doggie, supaya aku juga bisa melihat ke istriku.

Sekarang istriku ambil kontrol, dia menggoyang-goyangkan pantatnya dan tubuhnya turun-naik sementara penis Pak Gun sudah mulai tegang lagi berada dalam kulumannya.
“Sepertinya bapak-anak begitu kompak,” kometarku sambil kembali mengusapkan kepala penis ke bibir vagina Diana.
“Mereka akan saling memberi rangsangan secara tidak langsung, hingga bisa berlanjut bergiliran, aku tahu itu karena pernah mengalaminya.. aauuwww..” katanya terputus ketika kulesakkan penisku ke dalam dengan sekali sentakan, kemudian kudiamkan sesaat dan dia pun diam tak bergerak.
“Terus?” tanyaku.
“Ya mereka bisa orgasme bergantian dan saling mengisi, lebih sejam aku dikerjain kayak gitu sama mereka sampai minta ampun, kecapekan dan cairanku habis karena terlalu banyak keluar.. sshh..” jawabnya sambil mendesah ketika kutarik dan kusentakkan lagi hingga terasa kepala penisku menyentuh rahimnya.

“Percayalah, mereka tak akan membiarkan istrimu beristirahat, apalagi Mas Erwin, kamu sudah ngerjain istrinya pasti dia akan balas pada istrimu dan aauu.. ss..” lagi pembicaraannya terpotong ketika kusentakkan bersamaan kutarik pinggulnya ke arahku sehingga lebih masuk ke dalam, lalu secara simultan kudorong dan kutarik dengan keras sampai kepala Diana digoyang-goyangkan, kupegang rambutnya sebagai pegangan dan lagi kutarik-dorong dengan keras.
“Yaa aauu.. sshh.. teruss.. yess.. truss.. lebih kerass..” desahnya mulai menikmati permainanku.

Melihat istri atau menantunya diperlakukan dengan kasar begitu ternyata Pak Gun maupun Erwin mulai berlaku keras pada istriku and incredible thing happen, apa kata Diana benar adanya, mereka begitu kompak. Istriku di telentangkan, kemudian mereka berdua menjilati payudaranya masing-masing satu, kemudian Pak Gun merangkak ke selangkangan istriku, dimasukkannya kemaluannya ke vagina istriku dengan kerasnya terus langsung turun-naik dengan cepat, terlihat pantatnya maju-mundur dengan cepat secara terus menerus, beberapa menit kemudian, mungkin akan keluar, dicabutnya penisnya dari vagina istriku dan ternyata Erwin sudah siap menggantikan posisinya, dan Pak Gun kembali mengulum payudara istriku selama Erwin mengambil alih posisinya. Erwin melakukan hal yang sama hingga beberapa menit, lalu cepat dicabutnya lagi dan digantikan oleh bapaknya begitu seterusnya sampai istriku mengejang, mengerang, mendesah, menjerit, menggeliat, sambil meremas ujung bantal, entah sudah berapa kali mereka bertukar bergantian.

Kemudian mereka membalik tubuh istriku hingga posisi doggie, kembali Erwin mengambil peran pertama sementara Papanya di kepala istriku menyodorkan penisnya ke mulutnya, kejadian tadi berulang lagi dan lagi, entah sudah berapa kali istriku mengalami orgasme diperlakukan secara bergilir dan simultan seperti itu.

Melihat istriku diperlakukan seperti itu, nafsuku makin bergairah, kutegakkan badan Diana hingga berdiri dan tangannya bersandar pada meja kerja, kupeluk dari belakang dan kuremas payudaranya, dengan sedikit membungkukkan Diana kumasukkan kemaluanku ke vaginanya dari belakang, dengan masih memeluk dan meremas payudaranya, aku mulai mengocok vaginanya dengan penisku.
“Ouugghh.. yess.. fuck me harder!” bisiknya.
“Yang keras!” kataku.
“Fuck me harder.. harder.. pleaasse..” teriaknya.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Dosenku Yang Sintal dan Binal

Tanpa menunggu lebih lanjut, kunaikkan speed dan frekuensinya hingga dia mengerang dan kulepas pelukanku untuk memberi kebebasan dia berekspresi. Diana menelungkup di meja dan kaki tetap di lantai, tangannya memegang tepian meja hingga posisi pantatnya lebih memudahkan akses masuk lebih dalam ke vaginanya, sungguh cerdik dia.
“Ooohh yess, harder.. yess, faster.. ya ehmm, fuck me as you want,” desahnya terus, sepertinya sudah lepas kontrol.
Dengan cairannya, kumasukkan jariku ke lubang anusnya untuk menambah gairah, ternyata dia menyukainya.

“Yess yaa teruss.. I like it,” kembali dia mendesah liar.
“Now, your turn!” perintahku.
Kemudian aku kembali duduk di tempat yang tadi. Diana membelakangiku dan mengatur posisi di pangkuanku, perlahan menurunkan badannya hingga semua alat kemaluanku bisa masuk ke vaginanya dan langsung menggoyang liar, terasa betul bagaimana kepala penis di dalam menggesek dinding-dinding vagina atau mungkin bahkan rahim, begitu liar as she never fucked before. Diana begitu histeris, entah sudah berapa kali dia orgasme, beruntung dia begitu kompak denganku sehingga mau mengatur irama permainan sehingga aku tidak sampai orgasme sebelum sesuai yang diinginkan.

Dengan posisi begini, kami berdua bisa melihat ke arah ranjang. Istriku telentang di atas tubuh Erwin yang mengocoknya dari bawah, sementara Pak Gun berusaha menjepitkan kemaluannya ke payudara istriku, agak susah memang karena tidak sebesar punya Diana, tapi sudah cukup untuk membuat beliau melayang, sesekali dimasukkan kemaluannya ke mulut istriku, hingga kudengar teriakan beliau. “Shit I’m coming,” yang ternyata tetap berada di mulut istriku atau istriku tak mau melepasnya. Kemudian istriku duduk tetap di atas tubuh Erwin dan menaik-turunkan pantatnya dengan cepat, tak lama kemudian Erwin pun kelojotan, orgasme. “Ouuhh bitch!” teriaknya, tapi istriku tidak berhenti bergoyang hingga dia juga ikut menegang, matanya memejam dan kepalanya digoyang-goyangkan ke kiri-kanan atas-bawah tanda dia sedang orgasme, ternyata mereka bisa orgasme secara bersamaan.

Diana sekarang menghadap ke arahku karena, goyangannya makin liar hingga akhirnya aku tak tahan lagi, kutumpahkan spermaku di dalam hingga menghantam dinding-dinding dalam vaginanya. Bersamaan dengan denyutan keras meremas kemaluanku yang juga sedang berdenyut, kami keluar bersamaan. Kutelentangkan dia di kursi, kumasukkan kemaluanku yang berlumur sperma dan mulai melemas. Diana mengocok dan mengulum kemaluanku hingga totally lemas, sehingga bisa masuk semua ke mulutnya.

Akhirnya kami semua terkulai lemas, entah sudah berapa lama berlangsung. Kuajak Diana ke ruang tamu untuk bersantai, kutinggalkan istriku yang terkulai di antara Erwin dan Papanya di atas ranjang. Entah mereka masih bisa lanjut lagi apa tidak aku juga tidak tahu. “Mas Erwin dan Papa kalau berdua gitu begitu kompak dan sama gilanya, beberapa kali aku mengalami sampai minta ampun, apalagi waktu itu masih bulan madu, meskipun aku nggak virgin tapi dikeroyok kayak gitu baru pertama kalinya, ya kewalahan kan,” katanya ketika kami sudah relaks di sofa kamar tamu.

Sekitar jam 4:00 pagi, Pak Gun meninggalkan kami berempat dan sempat pesan, “Tomorrow your wife still mine,” dia sempat tidur sesaat, kuajak Diana ke tempat tidur, ternyata istriku sudah tertidur dipelukan Erwin masih dalam keadaan telanjang. Perlahan kami gabung dengan mereka tidur di ranjang, bersebelahan, kudekap istri Erwin dipelukanku dan kami pun tertidur.

TAMAT

Cerita Dewasa Berebut Memek Perawan

$
0
0

Cerita Dewasa Berebut Memek Perawan – Tempat berbagi Cerita & Foto Sex, Dewasa, ABG, HOT, Tips Bercinta : Cerita Seks Beberbut Memek Perawan. Saat aku masih umur 17 tahun dan duduk di kelas SMA kelas 2 aku mempunyai wajah keturunan Chinese tinggiku 160 cm berat badan 47 kg, dengan rambut panjang hampir sebahu semua orang bilang kalau aku cantik dan seksi taoi dibalik semua itu aku dapat musibah tepatya hari Minggu 15 Juli, seminggu habis scara ulang tahunku yang ke 17 tahun ini.

Di hari itu aku dapat hadiah dari bapakku sebuah mobil dan mendapatkan SIM maka dari itu aku mengendarai mobilku menuju ke sekolah, karena sekolahku berangkatny siang pukul 13.00 wib pulangnya 18.30 Wib, saat jam pulang sekolah aku merasa perutku sakit terus, jadi aku ke WC dulu dan santai karena hari itu aku bawa mobilku sendir tanpa di temani oleh supirku.

Tapi yang mengherankan dan sekaligus menjengkelkan, aku harus bolak balik ke wc sampai 5 kali, mungkin setelah tak ada lagi yang bisa dikeluarkan, baru akhirnya aku berhenti buang air. Namun perutku masih terasa mulas. Maka aku memutuskan untuk mampir ke UKS sebentar dan mencari minyak putih.

Sebuah keputusan fatal yang harus kubayar dengan kesucianku. Aku masuk ke ruang UKS, menyalakan lampunya dan menaruh tas sekolahku di meja yang ada di sana, lalu mencari cari minyak putih di kotak obat.

Setelah ketemu, aku membuka kancing baju seragamku di bagian perut ke bawah, dan mulai mengoleskan minyak putih itu untuk meredakan rasa sakit perutku. Aku amat terkejut ketika tiba tiba tukang sapu di sekolahku yang bernama Hadi membuka pintu ruang UKS ini.

Cerita Dewasa. Aku yang sedang mengolesi perutku dengan minyak putih, terkesiap melihat dia menyeringai, tanpa menyadari 3 kancing baju seragamku dari bawah yang terbuka dan memperlihatkan perutku yang rata dan putih mulus ini. dan belum sempat aku sadar apa yang harus aku lakukan, ia sudah mendekatiku, menyergapku, menelikung tangan kananku ke belakang dengan tangan kanannya, dan membekap mulutku erat erat dengan tangan kirinya.

Aku meronta ronta, dan berusaha menjerit, tapi yang terdengar cuma ?eeemph? eeemph??. Dengan panik aku berusaha melepaskan bekapan pada mulutku dengan tangan kiriku yang masih bebas.

Namun apa arti tenaga seorang gadis yang mungil sepertiku menghadapi seorang lelaki yang tinggi besar seperti Hadi ini? Aku sungguh merasa tak berdaya. ?Halo non Yanti? kok masih ada di sekolah malam malam begini?? tanya Hadi dengan menjemukan. Mataku terbelalak ketika masuk lagi tukang sapu yang lain yang bernama bernama Yoyok. ?Hanungoo?, ia melongok keluar pintu dan berteriak memanggil satpam di sekolahku.

Aku sempat merasa lega, kukira aku akan selamat dari cengkeraman Hadi, tapi ternyata Yoyok yang mendekati kami bukannya menolongku, malah memegang pergelangan tangan kiriku dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya mulai meremasi payudaraku. ?Wah baru kali ini ada kesempatan pegang susu amoy.. ini non Yanti yang sering kamu bilang itu kan Had?? tanya Yoyok pada Hadi, yang menjawab ?iya Yok, amoy tercantik di sekolah ini. Betul gak?? tanya Hadi. Sambil tertawa Yoyok meremas payudaraku makin keras.

Aku menggeliat kesakitan dan terus meronta berusaha melepaskan diri sambil berharap semoga Hanung yang sering kuberi tips untuk mengantrikan aku bakso kesukaanku tiap istirahat sekolah, tidak setega mereka berdua yang sudah seperti kerasukan iblis ini.

Tapi aku langsung sadar aku dalam bahaya besar. Yang memanggil Hanung tadi itu kan Yoyok. Jadi sungguh bodoh bila aku berharap banyak pada Hanung yang kalau tidak salah memang pernah aku temukan sedang mencuri pandang padaku.

Ataukah? Beberapa saat kemudian Hanung datang, dan melihatku diperlakukan seperti itu, Hanung menyeringai dan berkata, Dengar! Kalian jangan gegabah.. non Yanti ini kita ikat dulu di ranjang UKS ini. Setelah jam 8 malam, gedung sekolah ini pasti sudah kosong, dan itu saatnya kita berpesta kawan kawan!.

Maka lemaslah tubuhku setelah dugaanku terbukti, dan dengan mudah mereka membaringkan tubuhku di atas ranjang UKS. Kedua tangan dan kakiku diikat erat pada sudut sudut ranjang itu, dan dua kancing bajuku yang belum lepas dilepaskan oleh Hadi, hingga terlihat kulit tubuhku yang putih mulus, serta bra warna pink yang menutupi payudaraku.

Aku mulai putus asa dan memohon Pak Hanung.. tolong jangan begini pak… Ratapanku ini dibalas ciuman Hanung pada bibirku. Ia melumat bibirku dengan penuh nafsu, sampai aku megap megap kehabisan nafas, lalu ia menyumpal mulutku supaya aku tak bisa berteriak minta tolong. Non Yanti, tenang saja.

Nanti juga non bakalan merasakan surga dunia kok, kata Hanung sambil tersenyum memuakkan. Kemudian Hanung memerintahkan mereka semua untuk kembali melanjutkan pekerjaannya, dan mereka meninggalkanku sendirian di ruang UKS sialan ini. Hanung kembali ke posnya, Hadi dan Yoyok meneruskan pekerjaannya menyapu beberapa ruangan kelas yang belum disapu.

Dan aku kini hanya bisa pasrah menunggu nasib. Aku bergidik membayangkan apa yang akan mereka lakukan terhadapku. Dari berbagai macam cerita kejahatan yang aku dengar, aku mengerti mereka pasti akan memperkosaku ramai ramai.

Sakit perutku sudah hilang berkat khasiat minyak putih tadi. Detik demi detik berlalu begitu cepat, tak terasa setengah jam sudah berlalu. Jam di ruang UKS sudah menunjukkan pukul 20:00. tibalah saatnya aku dibantai oleh mereka. Hadi masuk, diikuti Yoyok, Hanung, dan celakanya ternyata mereka mengajak 2 satpam yang lain, Urip dan Soleh. Hai amoy cantik.. sudah nggak sabar menunggu kami ya?, kata Hadi.

Dengan mulut yang tersumpal sementara tangan dan kakiku terikat, aku hanya bisa menggeleng nggelengkan kepala, dengan air mata yang mengalir deras aku memandang mereka memohon belas kasihan, walaupun aku tahu pasti hal ini tak ada gunanya.

Mereka hanya tertawa dan dengan santai melepaskan baju seragam sekolahku, hingga aku tinggal mengenakan bra dan celana dalam yang warnanya pink. Mereka bersorak gembira, mengerubutiku dan mulai menggerayangi tubuhku, tanpa aku bisa melawan sama sekali.

Aku masih sempat memperhatikan, betapa kulit mereka itu hitam legam dan kasar dibandingkan kulitku yang putih mulus, membuatku sedikit banyak merasa jijik juga ketika memikirkan tubuhku dikerubuti mereka, untuk kemudian digangbang tanpa ampun.

Aku terus meronta, tapi tiba tiba perasaanku tersengat ketika jari-jari Hanung menyentuh selangkanganku, menekan nekan klitorisku yang masih terbungkus celana dalam. Aku tak tau sejak kapan, tapi bra yang aku pakai sudah lenyap entah kemana, dan payudaraku diremas remas dengan brutal oleh Hadi dan Yoyok, membuat tubuhku panas dingin tak karuan.

Selagi aku masih kebingungan merasakan sensasi aneh yang melanda tubuhku, Urip mendekatiku, melepas sumpalan pada mulutku, dan melumat bibirku habis habisan. Ya ampun.. aku semakin gelagapan, apalagi kemudian Soleh meraba dan membelai kedua pahaku.

Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa oleh 5 orang sekaligus, aku merasakan gejolak luar biasa melanda tubuhku yang tanpa bisa kukendalikan, berkelojotan dan mengejang hebat, berulang kali aku terlonjak lonjak, ada beberapa saat lamanya tubuhku tersentak sentak, kakiku melejang lejang, rasanya seluruh tubuhku bergetar.

oh.. oh augh.. ngggg.. aaaaaaagh aku mengerang dan menjerit keenakan dan keringatku membanjir deras. Lalu aku merasa kelelahan dan lemas sekali, dan mereka menertawakanku yang sedang dilanda orgasme hebat. Enak ya non? Hahaha nanti Non pasti minta tambah.

Aku tak melihat siapa yang bicara, tapi aku tahu itu suara Yoyok, dan aku malas menanggapi ucapan yang amat kurang ajar dan merendahkanku itu. Kemudian Hanung berkata padaku, Non Yanti, kami akan melepaskan ikatanmu. Jika nona tidak macam macam, kami akan melepaskan nona setelah kami puas. Tapi jika nona macam macam, nona akan kami bawa ke rumah kosong di sebelah mess kami.

Dan nona tahu kan apa akibatnya? Di situ nona tidak hanya harus melayani kami berlima, tapi seluruh penghuni mess kami. Mengerti ya non?. Mendengar hal itu, aku hanya bisa mengangguk pasrah, dan berharap aku cukup kuat untuk melalui ini semu. Iya pak. Jangan bawa saya ke sana pak. Saya akan menuruti kemauan bapak bapak.

Tapi tolong, jangan lukai saya dan jangan hamili saya. Dan lagi, saya masih perawan pak. Tolong jangan kasar. Tolong jangan keluarkan di dalam ya? pintaku sungguh sungguh, dan merasa ngeri jika aku harus dibawa ke mess mereka.

Aku tahu penghuni mess itu ada sekitar 60 orang, yang merupakan gabungan satpam, tukang sapu dan tukang kebun dari SMA tempat aku sekolah ini, ditambah dari SMP dan SD yang memang masih sekomplek, maklum satu yayasan. Daripada aku lebih menderita digangbang oleh 60 orang, lebih baik aku menuruti apa mau mereka yang cuma berlima ini.

Dan aku benar benar berharap agar tak ada yang melukaiku, berharap mereka tidak segila itu untuk menindik tubuhku, trend yang kudengar sering dilakukan oleh pemerkosanya menindik puting susu korbannya. Aku benar benar takut. Hahaha, non Yanti, sudah kami duga non memang masih perawan.

Nona masih polos, dan tidak mengerti kalo kami suka memandangi tubuh nona yang sexy, dan selalu memimpikan memperawani non Yanti yang cantik ini sejak non masih kelas 1 SMA. Minggu lalu, ketika non ulang tahun ke 17 dan merayakannya di kelas, bahkan memberi kami makanan, kami sepakat untuk menghadiahi non kenikmatan surga dunia. Tenang saja non.

Kami memang menginginkan tubuh non, tapi kami tak sekejam itu untuk melukai tubuh non yang indah ini. Dan kalo tentang itu tenang non, kami sudah mempersiapkan semua itu. Seminggu terakhir ini, aqua botol yang non titip ke saya, saya campurin obat anti hamil. Sedangkan yang tadi, saya campurin obat anti hamil sekaligus obat cuci perut.

Non Yanti tadi sakit perut kan? Hahaha jelas Hanung sambil tertawa, tertawa yang memuakkan. Jadi ini semua sudah direncanakannya! Kurang ajar betul mereka ini. Aku memberi mereka makanan hanya karena ingin berbagi, tanpa memandang status mereka. Tapi kini balasannya aku harus melayani mereka berlima.

Aku akan digangbang mereka, dan mereka akan mengeluarkan sperma mereka di dalam rahimku sepuasnya tanpa kuatir menghamiliku. Lebih tepatnya, tanpa aku kuatir harus hamil oleh mereka. Membayangkan hal ini, entah kenapa tiba tiba aku terangsang hebat, dan birahiku naik tak terkendali.

Mereka semua mulai melepas semua pakaian mereka, dan ternyata penis penis mereka sudah ereksi dengan gagahnya, membuat jantungku berdegup semakin kencang melihat penis penis itu begitu besar. Hanung mengambil posisi di tengah selangkanganku, sementara yang lain melepaskan ikatan pada kedua pergelangan tangan dan kakiku. Hanung menarik lepas celana dalamku, kini aku sudah telanjang bulat.

Tubuhku yang putih mulus terpampang di depan mereka yang terlihat semakin bernafsu. Indah sekali non Yanti, mem*knya non. Rambutnya jarang, halus, tapi indah sekali, puji Hanung. Memang rambut yang tumbuh di atas vaginaku amat jarang dan halus. Semakin jelas aku melihat penis Hanung, yang ternyata paling besar di antara mereka semua, dengan diameter sekitar 6 cm dan panjang yang sekitar 25 cm. Aku menatap sayu pada Hanung.

Pak, pelan pelan pak ya.. aku mencoba mengingatkan Hanung, yang hanya menganguk sambil tersenyum. Kini kepala penis Hanung sudah dalam posisi siap tempur, dan Hanung menggesek gesekkannya ke mulut vaginaku.

Aku semakin terangsang, dan mereka tanpa memegangi pergelangan tangan dan kakiku yang sudah tidak terikat, mungkin karena sudah yakin aku yang telah mereka taklukkan ini tak akan melawan atau mencoba melarikan diri, mulai mengerubutiku kembali.

Kedua payudaraku kembali diremas remas oleh Hadi dan Yoyok, sementara Urip dan Soleh bergantian melumat bibirku. Rangsangan demi rangsangan yang kuterima ini, membuat aku orgasme yang ke dua kalinya.

Kembali tubuhku berkelojotan dan kakiku melejang lejang, bahkan kali ini cairan cintaku muncrat menyembur membasahi penis Hanung yang memang sedang berada persis di depan mulut vaginaku. Eh.. non Yanti ini.. belum apa apa sudah keluar 2 kali, pake muncrat lagi. Sabar non, kenikmatan yang sesungguhnya akan segera non rasakan.

Tapi ada bagusnya juga lho, mem*k non pasti jadi lebih licin, nanti pasti lebih gampang ditembus ya, ejeknya sambil mulai melesakkan penisnya ke vaginaku. Aduh.. sakit pak erangku, dan Hanung berkata Tenang non, nanti juga enak. Kemudian ia menarik penisnya sedikit, dan melesakkannya sedikit lebih dalam dari yang tadi.

Rasa pedih yang amat sangat melanda vaginaku yang sudah begitu licin, tapi tetap saja karena penis itu terlalu besar, Hanung kesulitan untuk menancapkan penisnya ke vaginaku, namun dengan penuh kesabaran, Hanung terus memompa dengan lembut hingga tak terlalu menyakitiku. Lambat laun, ternyata memang rasa sakit di vaginaku mulai bercampur rasa nikmat yang luar biasa.

Dan Hanung terus melakukannya, menarik sedikit, dan menusukkan lebih dalam lagi, sementara yang lain terus melanjutkan aktivitasnya sambil menikmati tontonan proses penetrasi penis Hanung ke dalam vaginaku. Hadi dan Yoyok mulai menyusu pada kedua puting payudaraku yang sudah mengeras karena terus menerus dirangsang sejak tadi.

Tak lama kemudian, aku merasakan selangkanganku sakit sekali, rupanya akhirnya selaput daraku robek. Ooooooh aaaauuuugggh hngggkk aaaaaaagh Aku menjerit kesakitan, seluruh tubuhku mengejang, dan air mataku mengalir, dan kembali aku merasakan keringatku mengucur deras.

Aku ingin meronta, tapi rasa sesak di vaginaku membatalkan niatku. Aku hanya bisa mengerang, dan gairahku pun padam dihempas rasa sakit yang nyaris tak tertahankan ini. Aduh.. sakit pak Hanung.. ampun, erangku, namun Hanung hanya tertawa tawa puas karena berhasil memperawaniku, dan yang lain malah bersorak, terus.. terus… Aku menggeleng gelengkan kepalaku ke kanan dan ke kiri menahan sakit, sementara bagian bawah tubuhku mengejang hebat, tapi aku tak berani terlalu banyak bergerak, dan berusaha menahan lejangan tubuhku supaya vaginaku penuh sesak itu tak semakin terasa sakit.

Namun lumatan penuh nafsu pada bibirku oleh Urip ditambah belaian pada rambutku serta dua orang tukang sapu yang menyusu seperti anak kecil di payudaraku ini membuat gairahku yang sempat padam kembali menyala. Tanpa sadar, dalam kepasrahan aku mulai membalas lumatan itu.

Hanung terus memperdalam tusukannya penisnya yang sudah menancap setengahnya pada vaginaku. Dan Hanung memang pandai memainkan vaginaku, kini rasa sakit itu sudah tak begitu kurasakan lagi, yang lebih kurasakan adalah nikmat yang melanda selangkanganku.

Penis itu begitu sesaknya walaupun baru menancap setengahnya, dan urat urat yang berdenyut di penis itu menambah sensasi yang luar biasa. Sementara itu Hanung mulai meracau, Oh sempitnya non. Enaknya.. ah.. sambil terus memompa penisnya sampai akhirnya amblas sepenuhnya, terasa menyodok bagian terdalam dari vaginaku, mungkin itu rahimku.

Aku hanya bisa mengerang tanpa berani menggeliat, walaupun aku merasakan sakit yang bercampur nikmat. Mulutku ternganga, kedua tanganku mencengkeram sprei berusaha mencari sesuatu yang bisa kupegang, sementara kakiku terasa mengejang tapi kutahan. Aku benar benar tak berani banyak bergerak dengan penis raksasa yang sedang menancap begitu dalam di vaginaku.

Dan setelah diam untuk memberiku kesempatan beradaptasi, akhirnya Hanung memulai pompaanya. Aku mengerang dan mengerang, mengikuti irama pompaan si Hanung. Dan erangangku kembali tertahan ketika kali ini dengan gemas Urip memasukkan penisnya ke dalam mulutku yang sedang ternganga ini.

Aku gelagapan, dan Urip berkata Isep non. Awas, jangan digigit ya! Aku hanya pasrah, dan mulai mengulum penis yang baunya tidak enak ini, tapi lama kelamaan aku jadi terbiasa juga dengan bau itu. Penis itu panjang juga, tapi diameternya tak terlalu besar disbanding dengan penisnya Hanung.

Tapi mulutku terasa penuh, dan ketika aku mengulum ngulum penis itu, Urip memompa penisnya dalam mulutku, sampai berulang kali melesak ke dalam tenggorokanku. Aku berusaha supaya tidak muntah, meskupun berulang kali aku tersedak.

Selagi aku bejruang beradaptasi terhadap sodokan penis si Urip ini, Soleh meraih tangan kananku, menggengamkan tanganku ke penisnya. Non, ayo dikocok!, perintahnya. Penis itu tak hampir tak muat di genggaman telapak tanganku yang mungil, dan aku tak sempat memperhatikan seberapa panjang penis itu, walaupun dari kocokan tanganku, aku sadar penis itu panjang.

Aku menuruti semuanya dengan pasrah, ketika tiba tiba pintu terbuka, dan pak Edy, guru wali kelasku masuk, dan semua yang mengerubutiku menghentikan aktivitasnya, tentu saja penis Hanung masih tetap bersemayam dalam vaginaku.

Melihat semuanya ini, pak Edy membentak, Apa apaan ini? Apa yang kalian lakukan pada Yanti?. Aku merasa ada harapan, segera melepaskan kulumanku pada penis Urip, dan sedikit berteriak Pak Edy, tolong saya pak. Lepaskan saya dari mereka.

Pak Edy seolah tak mendengarku, dan berkata pada Hanung, Kalian ini.. ada pesta kok tidak ngajak saya? Untung saya mau mencari bon pembelian kotak P3K tadi. Kalo begini sih, itu bon gak ketemu juga tidak apa apa hahaha.

Aku yang sempat kembali merasa ada harapan untuk keluar dari acara gangbang ini, dengan kesal melanjutkan kocokan tanganku pada penis Soleh juga kulumanku pada penis Urip. Memang aku harus mengakui, aku menikmati perlakuan mereka, tapi kalau bisa aku juga ingin semua ini berakhir.

Setelah sadar bahwa pak Edy juga sebejat mereka, semuanya tertawa lega, dan sambil mulai melanjutkan pompaan penisnya pada vaginaku, Hanung berkata, Pak Edy tenang saja, masih kebagian kok. Itu tangan kiri non Yanti masih nganggur, kan bisa buat ngocok punya pak Edy dulu.

Tapi kalo soal mem*knya, ngantri yo pak. Abisnya, salome sih. Pak Edy tertawa. Yah gak masalah lah. Ini kan malam minggu, pulang malam juga wajar kan? katanya mengiyakan sambil melepas pakaiannya dan ternyata (untungnya) penisnya tidak terlalu besar, bahkan ternyata paling pendek di antara mereka.

Tapi aku sudah tak perduli lagi. Vaginaku yang serasa diaduk aduk mengantarku orgasme yang ke tiga kalinya. aaaaagh.. paaak sayaaa keluaaaar, erangku yang tanpa sadar mulai menggenggam penis pak Edy yang disodorkan di dekat tangan kiriku yang memang menganggur.

Pinggangku terangkat sedikit ke atas, kembali tubuhku terlonjak lonjak, entah ada berapa lamanya tersentak sentak, namun kini cairanku tak keluar karena vaginaku yang masih sangat sempit ini seolah dibuntu oleh penis Hanung yang berukuran raksasa.

Dalam kelelahan ini, aku harus melayani 6 orang sekaligus. Sodokan sodokan yang dilakukan Hanung membuat gairahku cepat naik walaupun aku baru saja orgasme hebat. Tapi aku tak tahu, kapan Hanung akan orgasme, ia begitu perkasa. Sudah 15 menit berlalu, dan ia masih memompaku dengan garangnya.

Desahan kami bersahut sahutan memenuhi ruangan yang kecil ini. Kedua tanganku mengocok penis dari Soleh dan pak Edy, wali kelasku yang ternyata bejat, membuatku bingung memikirkan apa yang harus kulakukan jika bertemu dengannya mulai senin besok dan seterusnya saat dia mengajar.

Urip mengingatkanku untuk kembali mengulum penisnya yang kembali disodokkannya ke kerongkonganku, membuat aku tak sempat terlalu lama memikirkan hal itu.. Kini aku sudah mulai terbiasa, bahkan sejujurnya mulai menikmati saat saat tenggorokanku diterjang penis si Urip ini.

Kepasrahanku ini membuat mereka semua semakin bernafsu. Tiba tiba Hanung menarikku hingga aku terduduk, lalu dia tiduran di ranjang, hingga sekarang aku berada dalam posisi woman on top, dan penis itu terasa semakin dalam menancap dalam vaginaku. Aku masih tak tahu apa yang ia inginkan, tiba tiba aku ditariknya lagi hingga rebah dan payudaraku menindih tubuhnya.

Urat penisnya terasa mengorek ngorek dinding vaginaku. Eh, daripada satu lubang rame rame, kan lebih nikmat kalo dua, eh, tiga sekalian, tiga lubang rame rame?tanya Hanung pada yang lain, yang segera menyetujui sambil tertawa. Akuuur, seru mereka, dan Urip segera ke belakangku, kemudian meludahi anusku. Oh Tuhan aku akan disandwich.. bagaimana ini.., kataku dalam hati. Jangaaaan. Jangan di situuu!! teriakku ketakutan. Namun seperti yang aku duga, Urip sama sekali tidak perduli.

Aku memejamkan mata ketika Urip menempelkan kepala penisnya ke anusku, dan yang lain bersorak kegirangan, memuji ide Hanung. aaaaaagh erangku ketika penis Urip mulai melesak ke liang anusku. Mataku terbeliak, tanganku menggenggam erat sprei kasur tempat aku aku dibantai ramai ramai, tubuhku terutama pahaku bergetar hebat menahan sakit yang luar biasa.

Ludah Urip yang bercampur dengan air liurku di penis Urip yang baru kukulum tadi, tak membantu sama sekali. Rasa pedih yang menjadi jadi mendera anusku, dan aku kembali mengerang panjang. aaaaaaaaaaaaagh. sakiiiiiit. Jangaaaaan, erangku tanpa daya ketika akhirnya penis itu amblas seluruhnya dalam anusku.

Selagi aku mengerang dan mulutku ternganga, Soleh mengambil kesempatan itu untuk membenamkan penisnya dalam mulutku, hingga eranganku teredam. Sial, ternyata penis Soleh ini agak mirip punya Urip yang sedang menyodomiku.

Begitu panjang, walaupun diameternya tidak terlalu besar, tapi penis itu cukup panjang untuk menyodok nyodok tenggorokanku. Kini tubuhku benar benar bukan milikku lagi. Rasa sakit yang hampir tak tertahankan melandaku saat Urip mulai memompa anusku.

Setiap ia mendorongkan penisnya, penis Soleh menancap semakin dalam ke tenggorokanku, sementara penis Hanung sedikit tertarik keluar, tapi sebaliknya, saat Urip memundurkan penisnya, penis Soleh juga sedikit tertarik keluar dari kerongkonganku, tapi akibatnya tubuhku yang turun membuat penis Hanung kembali menancap dalam dalam di vaginaku, ditambah lagi Hanung sedikit menambah tenaga tusukannnya, hingga rasanya penisnya seperti menggedor rahimku.

Sedikit sakit memang, tapi perlahan rasa sakit pada anusku sudah berkurang banyak, dan ketika rasa sakit itu reda, aku sudah melayang dalam kenikmatan. Hanya 2 menit dalam posisi ini, aku sudah orgasme hebat, namun aku hanya bisa pasrah. Tubuhku hanya bisa bergetar, aku tak bisa bergerak banyak karena semuanya seolah olah terkunci.

Dalam keadaan orgasme, mereka tanpa ampun terus bergantian memompaku, membuat orgasmeku tak kunjung reda bahkan akhirnya aku mengalami multi orgasme! Tanpa terkendali lagi, aku mengejang hebat susul menyusul, dan cairan cintaku keluar berulang ulang, sangat banyak mengiringi multi orgasmeku yang sampai lebih dari 3 menit. namun semua cairan cintaku yang aku yakin sudah bercampur darah perawanku tak bisa mengalir keluar, terhambat oleh penis Hanung. Tanganku yang menumpu pada genggaman tangan Hanung bergetar getar. Sementara Soleh membelai rambutku dan Urip meremas remas payudaraku dari belakang. Sungguh, aku tak kuasa menyangkal.

Kenikmatan yang aku alami sekarang ini benar benar dahsyat, belum pernah sebelumnya aku merasakan yang seperti ini. Aku memang pernah bermasturbasi, namun yang ini benar benar membuatku melayang. Mereka terus menggenjot tubuhku. Desahan yang terdengar hanya desahan mereka, karena aku tak mampu mengeluarkan suara selama penis Soleh mengorek ngorek tenggorokanku.

Entah sudah berapa kali aku mengalami orgasme, sampai akhirnya, hegh.. hu huoooooooh.., Hanung melenguh, penisnya berkedut, kemudian spermanya yang hangat menyemprot berulang ulang dalam liang vaginaku, diiringi dengan keluarnya cairan cintaku untuk yang ke sekian kalinya.

Akhirnya Hanung orgasme juga bersamaan denganku, dan penisnya sedikit melembek, dan terus melembek sampai akhirnya cukup untuk membuat cairan merah muda meluber keluar dengan deras dari sela sela mulut vaginaku, yang merupakan campuran darah perawanku, cairan cintaku dan sperma Hanung. Oh.. enake rek, mem*k amoy seng sek perawan kata Hanung, yang tampak amat puas. Nafasku sudah tersengal sengal. Untungnya, Urip dan Soleh cukup pengertian.

Urip mencabut penisnya dari anusku, dan Soleh tak memaksaku mengulum penisnya yang terlepas ketika aku yang sudah begitu lemas karena kelelahan, ambruk menindih Hanung yang masih belum juga melepaskan penisnya yang masih terasa begitu besar untukku. Kini aku mulai sadar dari gairah nafsu birahi yang menghantamku selama hampir satu jam ini.

Namun aku tidak menangis. Tak ada keinginan untuk itu, karena sejujurnya aku tadi amat menikmati perlakuan mereka, bahkan gilanya, aku menginginkan diriku digangbang lagi seperti tadi. Apalagi mereka cukup lembut dan pengertian, tidak sekasar yang aku bayangkan. Mereka benar benar menepati janji untuk tidak melukaiku dan menyakitiku seperti menampar ataupun menjambak rambutku.

Bahkan Hanung memelukku dan membelai rambutku dengan mesra dan penuh kasih saying, setidaknya menurut perasaanku, sehingga membuatku semakin pasrah dan hanyut dalam pelukannya. Apalagi yang lain kembali mengerubutiku, membelai sekujur tubuhku seolah ingin menikmati tiap senti kulit tubuhku yang putih mulis ini.

Entah kenapa aku merasa aku rela melayani mereka berenam ini untuk seterusnya, membuatku terkejut dalam hati. Hah? Apa yang baru saja aku pikirkan? Aku ini kan diperkosa, kok aku malah berpikir seperti itu? pikirku dalam hati. Tapi tak bisa kupungkiri, tadi itu benar benar nikmat, belum pernah aku merasakan yang seperti itu ketika aku bermasturbasi. Lagian, apakah ini masih bisa disebut perkosaan? Selain aku pasrah melayani apa mau mereka, aku juga menikmatinya, bahkan sampai orgasme berkali kali.

Lamunanku terputus saat Hanung mengangkat tubuhku hingga penisnya yang sudah mengecil terlepas dari vaginaku. Non, kita lanjutin ya, kata Soleh yang sudah tiduran di bawahku yang sedikit mengkangkang. Aku hanya menurut saja dan mengarahkan vaginaku ke penisnya yang tegak mengacung. Aku memegang dan membimbing penis itu untuk menembus vaginaku yang sudah tidak perawan lagi ini.

Ooh aaah, erang Soleh ketika penisnya mulai melesak ke dalam vaginaku. Lebih mudah dari punya Hanung tadi, karena diameter penis si Soleh memang lebih kecil. Namun tetap saja, panjangnya membuat aku sedikit banyak kelabakan. Ooh.. aduuuuh, erangku panjang seiring makin menancapnya penis Soleh hingga amblas sepenuhnya dalam vaginaku.

Penisnya terasa hangat, lebih hangat dari punya si Hanung yang kini duduk di kursi tengah ruang ini sambil merokok. Mereka memberiku kesempatan untuk bernafas sejenak, kemudian Urip mendorongku hingga aku kembali telungkup, kali ini menindih Soleh yang langsung mengambil kesempatan itu untuk melumat bibirku.

Baru aku sadar, Soleh ini pasti tinggi sekali. Dan rupanya si Urip belum puas dan ingin melanjutkan anal seks denganku. Kembali aku disandwich seperti tadi. Namun kali ini aku lebih siap. Aku melebarkan kakiku hingga semakin mengkangkang seperti kodok, dan… perlahan tapi pasti, anusku kembali ditembus penis Urip yang amat keras ini, membuat bagian bawah tubuhku kembali terasa sesak.

Walaupun memang tidak sesesak tadi, namun cukup untuk membuatku merintih mengerang antara pedih dan nikmat. Kini Hadi dan Yoyok ikut mengepungku. Mereka masing masing memegang tangan kiri dan kananku, mengarahkanku untuk menggenggam penis mereka dan mengocoknya.

Selagi aku mulai mengocok dua buah penis itu, wali kelasku yang ternyata bejat ini mengambil posisi di depanku, memintaku mengoral penisnya. Dioral sekalian El, daripada nganggur nih, katanya dengan senyum yang memuakkan. Tapi aku terpaksa menurutinya daripada nanti ia berbuat atau mengancam yang macam macam.

Kubuka mulutku walaupun dengan setengah hati, membiarkan penis pak Edy yang berukuran kecil ini masuk dalam kulumanku. Jadi kini aku digempur 5 orang sekaligus, yang mana justru membuat gairahku naik tak karuan. Apalagi Soleh dan Urip makin bersemangat menggenjot selangkanganku, benar benar dengan cepat membawaku orgasme lagi. Eeeeeemmmmph erangku keenakan.

Tubuhku mengejang, dan kurasakan cairan cintaku keluar, melumasi vaginaku yang terus dipompa Soleh yang juga merem melek keenakan. Tiba tiba penis pak Edy berkedut dalam mulutku, dan tanpa ampun spermanya muncrat membasahi kerongkonganku.

Baru kali ini aku merasakan sperma dalam mulutku, rasanya aneh, asin dan asam. Mungkin karena sudah beberapa kali melihat film bokep, tanpa disuruh aku sudah tahu tugasku. Kubersihkan penis pak Edy dengan kukulum, kujilati, dan kusedot sedot sampai tidak ada sperma yang tertinggal di penis yang kecil itu.

Soleh mengejek pak Edy, Lho pak, kok sudah keluar? Masa kalah sama sepongannya non Yanti? Bagaimana nanti sama mem*knya? Seret banget lho pak, kata Soleh, yang disambung tawa yang lain. Pak Edy terlihat tersenyum malu, dan tak berkata apa apa, hanya duduk di sebelah si Hanung.

Aku tertawa dalam hati, namun ada bagusnya juga, kini tugasku menjadi sedikit lebih ringan. Hadi yang juga ingin merasakan penisnya kuoral, pindah posisi ke depanku, dan mengarahkan penisnya ke mulutku.

Aku mengulum penis itu tanpa penolakan, dan kocokan tangan kananku pada penis Yoyok kupercepat, mengimbangi cepatnya sodokan demi sodokan penis Soleh dan Urip yang semakin gencar menghajar vagina dan anusku. Urip tiba tiba mendengus dengus dan melolong panjang oooooooouuuuggghh. , seiring berkedutnya penisnya dalam anusku, dan menyemprotkan maninya berulang ulang.

Terasa hangat sekali anusku di bagian terdalam. Kini aku tinggal melayani 3 orang saja, namun entah aku sudah orgasme berapa kali. Aku amat lelah untuk menghitungnya. Dan Yoyok menggantikan Urip membobol anusku. Baru aku sadar, dari genggaman tanganku tadi pada penis Yoyok, aku tahu penis Yoyok tidak panjang, tapi diameternya itu.. rasanya seimbang dengan punya si Hanung.

Oh celaka penis itu akan segera menghajar anusku. ooooh oooooogh sakiiiit, erangku ketika Yoyok memaksakan penisnya sampai akhirnya masuk. Namun seperti yang tadi tadi, rasa sakit yang menderaku hanya berlangsung sebentar, dan berganti rasa nikmat luar biasa yang tak bisa dilukiskan dengan kata kata.

Aku semakin tersengat birahi ketika Soleh yang ada di bawahku meremas remas payudaraku yang tergantung di depan matanya, sementara Hadi menekan nekankan kepalaku untuk lebih melesakkan penisnya ke kerongkonganku. Di sini aku juga sadar, ternyata penis si Hadi ini setipe dengan punya Urip atau Soleh. Dengan pasrah aku terus melayani mereka satu per satu sampai akhirnya mereka orgasme bersamaan.

Dimulai dari kedutan penis Soleh dalam vaginaku, tapi tiba tiba penis Hadi berkedut lebih keras dan langsung menyemburkan spermanya yang amat banyak dalam rongga mulutku. Aku gelagapan dan nyaris tersedak, namun aku usahakan semuanya tertelan masuk dalam kerongkonganku.

Selagi aku berusaha menelan semuanya, tiba tiba dari belakang Yoyok menggeram, penisnya juga berkedut, kemudian menyemprotkan sperma berulang ulang dalam anusku, diikuti Soleh yang menghunjamkan penisnya dalam dalam sambil berteriak penuh kenikmatan. Oooooooohh aaaaaaargh, seolah tak mau kalah, aku juga mengerang panjang.

Bersamaan dengan berulang kali menyemprotnya sperma Soleh di dalam vaginaku, aku juga mengalami orgasme hebat. Hadi jatuh terduduk lemas setelah penisnya kubersihkan tuntas seperti punya pak Edy tadi.

Lalu Soleh yang penisnya masih menancap di dalam vaginaku memeluk dan lembali melumat bibirku dengan ganas, sampai aku tersengal sengal kehabisan nafas. Yoyok yang penisnya tak terlalu panjang hingga sudah terlepas dari anusku, juga duduk bersandar di dinding. Kini tinggal aku dan Soleh yang ada di atas ranjang, dan kami bergumul dengan panas.

Soleh membalik posisi kami hingga aku telentang di ranjang ditindihnya, dan penisnya tetap masih menancap dalam vaginaku meskipun mulai lembek, mungkin dikarenakan penis Soleh yang panjang.

Tanpa sadar, kakiku melingkari pinggangnya Soleh, seakan tak ingin penisnya terlepas, dan aku balas melumat bibir si Soleh ini. Pergumulan kami yang panas, menyebabkan Hanung terbakar birahi. Tenaganya yang sudah pulih seolah ditandai dengan mengacungnya penisnya, yang tadi sudah berejakulasi. Namun ia dengan sabar membiarkan aku dan Soleh yang bergumul dengan penuh nafsu.

Namun penis Soleh yang semakin mengecil itu akhirnya tidak lagi tertahan erat dalam vaginaku, dan Soleh pun tampaknya tahu diri untuk memberikanku kepada yang lain yang sudah siap kembali untuk menggenjotku. Hanung segera menyergap dan menindihku, tanpa memberiku kesempatan bernafas, dengan penuh nafsu Hanung segera menjejalkan penisnya yang amat besar itu ke dalam vaginaku.

Aku terbeliak, merasakan kembali sesaknya vaginaku. Hanung yang sudah terbakar nafsu ini mulai memompa vaginaku dengan ganas, membuat tubuhku kembali bergetar getar sementara aku mendesah dan merintih merasakan nikmat berkepanjangan ini.

Gilanya, aku mulai berani mencoba lebih merangsang Hanung dengan pura pura ingin menahan sodokan penisnya dengan cara menahan bagian bawah tubuhnya. Benar saja, dengan tatapan garang ia mencengkram kedua pergelangan tanganku dan menelentangkannya, membuatku tak berdaya. Dan sodokan dem sodokan yang menghajar vaginaku terasa semakin keras. Aku menatap Hanung dengan pandangan sayu memelas untuk lebih merangsangnya lagi, dan berhasil.

Dengan nafas memburu, Hanung melumat bibirku sambil terus memompa vaginaku. Kini aku yang gelagapan. Orgasme yang menderaku membuat tubuhku bergetar hebat, tapi aku tak berdaya melepaskannya karena seluruh gerakan tubuhku terkunci, hingga akhirnya Hanung menggeram nggeram, semprotan sperma yang cukup banyak kembali membasahi liang vaginaku.

Hanung melepaskan cengkramannya pada kedua pergelangan tanganku, namun aku sudah terlalu lelah dan lemas untuk menggerakkannya. Ia turun dari ranjang, setelah melumat bibirku dengan ganas, lalu memberi kesempatan pada pak Edy yang sudah ereksi kembali. Kali ini, ia terlihat lebih gembira, karena mendapatkan jatah liang vaginaku, yang kelihatannya sudah ditunggunya sejak tadi.

Dengan tersenyum senang, yang bagiku memuakkan, ia mulai menggesekkan kepala penisnya ke vaginaku yang sudah banjir cairan sperma bercampur cairan cintaku. Tanpa kesulitan yang berarti, ia sudah melesakkan penisnya seluruhnya. Aku sedikit mendesah ketika ia mulai memompa vaginaku.

Namun lagi lagi seperti tadi, belum ada 3 menit, pak Edy sudah mulai menggeram, kemudian tanpa mampu menahan lagi ia menyemprotkan spermanya ke dalam liang vaginaku. Yang lain kembali tertawa, sedangkan aku yang belum terpuaskan dalam sesi ini, memandang yang lain, terutama Hadi yang belum sempat merasakan selangkanganku.

Hadi yang seolah mengerti, segera mendekatiku. Terlebih dulu ia mencium bibirku dengan dimesra mesrakan, membuatku sedikit geli namun cukup terangsang juga. Tak lama kemudian, Hadi sudah siap dengan kepala penis yang menempel di vaginaku, lalu mulai melesakkan penisnya dalam dalam. Ia terlihat menikmati hal ini, sementara aku sedikit mengejang menahan sakit karena Hadi cukup terburu buru dalam proses penetrasi ini.

Selagi kami dalam proses menyatu, yang lain sedang mengejek pak Edy yang terlalu cepat keluar. Ingin aku menambahkan, penisnya agak sedikit lembek. Tapi aku menahan diri dan diam saja, karena aku tak ingin terlihat murahan di depan mereka.

Hadi mulai memompa vaginaku. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku. Pinggangku bergerak gerak dan pantatku sedikit terangkat, seolah menggambarkan aku yang sedang mencari kenikmatan. Selagi aku dan Hadi sudah mulai menemukan ritme yang pas, aku melihat yang lain yaitu Yoyok dan Urip akan pergi ke wc, katanya untuk mencuci penis mereka yang tadi sempat terbenam dalam anusku.

Sambil keluar Urip berkata, nanti kasihan non Yanti, kalo mem*knya yang bersih jadi kotor kalo kont*lku tidak aku cuci. iya, juga, kan kasihan, amoy cakep cakep gini harus ngemut ****** yang kotor seperti ini, sambung Yoyok. Oh.. ternyata mereka begitu pengertian padaku. Aku jadi semakin senang, dan menyerahkan tubuhku ini seutuhnya pada mereka.

Kulayani Hadi dengan sepenuh hati, setiap tusukan penisnya kusambut dengan menaikkan pantatku hingga penis itu bersarang semakin dalam. Tanpa ampun lagi, tak 5 menit kemudian aku orgasme disusul Hadi yang menembakkan spermanya dalam liang vaginaku, bersamaan dengan kembalinya Yoyok dan Urip.

Namun mereka berdua ini tak langsung menggarapku. Setelah Hadi kembali terduduk lemas di bawah, mereka berdua mengerubutiku, tapi hanya membelai sekujur tubuhku, memberiku kesempatan untuk beristirahat setelah orgasme barusan.

Mereka berdua menyusu pada payudaraku, sambil meremas kecil, membuatku mendesah tak karuan. Kini jam sudah menunjukkan pukul 21:00 malam. Tak terasa sudah satu jam aku melayani mereka semua. Dalam keadaan lelah, aku minta waktu sebentar pada Urip dan Yoyok untuk minum.

Keringat yang mengucur deras sejak tadi membuatku haus. Sebentar bapak bapak, saya mau minum dulu ya, kataku. Kebetulan di tasku ada sekitar setengah botol air Aqua, sisa minuman yang tadi sore, tapi aku langsung teringat, minuman itu dicampur obat cuci perut yang mengantarku ke horor di ruang UKS ini.

Pak Hanung. Itu air sudah bapak campurin obat cuci perut kan? Tolong pak, belikan saya minuman dulu. Tapi jangan dicampurin apa apa lagi ya pak, kataku sambil akan turun dari ranjang untuk mencari uang dalam dompet yang ada di dalam tas sekolahku.

Tapi Hanung berkata, Gak usah non. Saya belikan saja. Hanung pergi ke wc sebentar untuk mencuci penisnya, kemudian kembali dan mengenakan celana dalam dan celana panjangnya saja. Lalu ia keluar untuk membeli air minum untukku.

Sambil menunggu, yang lain menggodaku, merayuku betapa cantiknya aku, betapa putih mulusnya kulit tiubuhku yang indah dan sebagainya. Aku hanya tersenyum kecil menanggapi itu semua. Tak lama kemudian, Hanung kembali sambil membawa sebotol Aqua, yang segelnya sudah terbuka. Aku menatapnya curiga, dan bertanya dengan ketus.

Pak, masa bapak tega mencampuri air minum ini lagi? Nanti kan saya mulas mulas lagi?. Hanung dengan tersenyum menjawab, nggak non. Masa lagi enak enak gini saya pingin non bolak balik ke WC lagi. Ini cuma supaya non Yanti gak terlalu capek. Buat tambah tenaga non. Yah.. pokoknya bukan obat cuci perut, aku akhirnya meminumnya sampai setengahnya, karena aku sudah semakin kehausan.

Tak lupa aku mengambil botol sisa air minum yang tadi di dalam tasku, dan membuangnya ke tong sampah. Kemudian aku kembali ke ranjang, menuntaskan tugasku melayani Urip dan Yoyok. Tiba tiba aku merasa aneh, tubuhku terasa panas terutama wajahku, keringat kembali bercucuran di sekujur tubuhku.

Padahal mereka belum menyentuhku. Aku langsung mengerti, ini pasti ada obat perangsang yang dicampurkan dalam minuman tadi. Sialan deh, aku kini semakin terperangkap dalam cengkeraman mereka. Urip dan Yoyok bergantian memompa vagina dan mulutku. Awalnya Urip melesakkan penisnya dalam vaginaku, sementara Yoyok memintaku mengoral penisnya.

Karena obat perangsang itu, sebentar sebentar aku mengalami orgasme, dan tiap aku orgasme mereka bertukar posisi. Rasa sperma dari banyak orang, bercampur cairan cintaku kurasakan ketika mengoral penis mereka, dan membuatku semakin bergairah.

Mereka akhirnya berorgasme bersamaan, Yoyok di vaginaku dan Urip di tenggorokanku. Sedangkan aku sendiri sampai pada titik dimana aku kembali mengalami multi orgasme. Ada 3 sampai 4 menit lamanya, tubuhku terlonjak lonjak hingga pantatku terangkat angkat, kakiku melejang lejang sementara tanganku menggengam sprei yang sudah semakin basah dan awut awutan.

Aku melenguh panjang, kemudian roboh telentang pasrah, dalam keadaan masih terbakar nafsu birahi, tapi kelelahan dan nafasku yang tersengal sengal membuatku hanya bisa memejamkan mata menikmati sisa getaran pada sekujur tubuhku. Kemudian bergantian mereka terus menikmati tubuhku.

Aku sudah setengah tak sadar kerena terbakar nafsu birahi yang amat hebat, melayani dan melayani mereka semua tanpa bisa mengontrol diriku. Akhirnya mereka sudah selesai menikmati tubuhku ketika jam menunjukan pukul 21:45. Mereka membiarkanku istirahat hingga staminaku sedikit pulih.

Aku bangkit berdiri lalu melap tubuhku yang basah kuyup oleh keringat dengan handuk dan membersihkan selangkangan dan pahaku yang belepotan sperma. Dan dengan nakal Hanung melesakkan roti hot dog ke dalam vaginaku. Aku mendesah dan memandangnya penuh tanda tanya, tapi Hanung hanya cengengesan sambil memakaikan celana dalamku, hingga roti itu semakin tertekan oleh celana dalamku yang cukup ketat.

Aku melenguh nikmat, dan mereka berebut memakaikan braku. Tanganku direntangkan, dan mereka menutup kedua payudaraku dengan cup bra-ku, memasang kaitannya di belakang punggungku. Lalu setelah memakaikan seragam sekolah dan rokku, mereka melingkariku yang duduk di atas ranjang dan sedang mengenakan kaus kaki dan sepatu sekolahku.

Kemudian aku menatap mereka semua, siap mendengarkan ancaman kalo tidak boleh bilang siapa siapa lah.. ah, kalo itu sih nggak usah mereka mengancam, memangnya aku sampai tak punya malu sehingga menceritakan bagaimana aku yang asalnya diperkosa kemudian melayani mereka sepenuh hati seperti yang tadi aku lakukan?? Dan tentang kalo mereka ingin memperkosaku lagi di lain waktu, aku juga sudah pasrah. Non Yanti, kami puas dengan pelayanan non barusan. Tapi tentu saja kami masih menginginkan non melayani kami untuk berikut berikutnya, kata Hanung.

Aku tak terlalu terkejut mendengar hal ini, tapi aku berpura pura tidak mengerti dan bertanya, maksud bapak?. Non tentu sudah mengerti, kami masih inginkan servis non di lain hari. Kebetulan, minggu depan hari kamis tu kan hari terima rapor semester 3. Dua hari sebelum hari Natal. Tanggal 24 kan libur, kami ingin non Yanti datang ke sini jam 7 malam untuk melayani kami lagi. Seperti hari ini, non cukup melayani kami 2 jam saja.

Soal pertemuan berikutnya, kita bisa atur lagi nanti tanggal 24 itu. Non harus datang, karena kalo tidak wali kelas non bisa memberikan sanksi tegas. Iya kan pak Edy? jelas Hanung panjang lebar. Pak Edy mengiyakan dan berkata, benar Yanti. Saya bisa membuatmu tidak naik kelas, dengan alasan yang bisa saya cari cari.

Jadi sebaiknya kamu jangan macam macam, apalagi sampai melaporkan hal ini ke orang lain. Lagipula, saya yakin kamu cukup cerdas untuk tidak melakukan hal bodoh seperti itu. Mendengar semuanya ini, aku hanya bisa mengangguk pasrah.

Oh Tuhan.. di malam Natal minggu depan, aku harus bermain sex dengan enam laki laki yang ada di sekitarku ini Dan aku tak bisa menolak sama sekali.. Setelah semua beres, aku diijinkan pulang.

Dalam keadaan loyo, aku berjalan tertatih tatih ke mobilku, selain sakit yang mendera selangkanganku akibat baru saja diperawani dan disetubuhi ramai ramai, roti yang menancap pada vaginaku sekarang ini membuat aku tak bisa berjalan dengan normal dan lancar. Untungnya tak ada yang melihatku dan menghadangku, akhirnya aku sampai ke dalam mobil, dan menyetir sampai ke rumah dengan selamat.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Istriku di Tukar dengan Istri Bos

Sampai di rumah, sekitar pukul 22:30, aku memencet remote pintu pagar untuk membuka, lalu aku memasukkan mobilku halaman rumah. Setelah memencet remote untuk menutup pintu pagar, aku masuk ke dalam rumah, langsung menuju kamarku.

Roti ini benar benar mengganggu sejak aku menyetir tadi. Rasa nikmat terus mendera vaginaku tak henti hentinya, karena setiap kaki kiriku menginjak kopling, roti ini rasanya tertanam makin dalam. Kini hal yang sama juga terjadi setiap aku melangkahkan kakiku agak lebar.

Rasanya kamarku begitu jauh, apalagi aku harus naik tangga, kamarku memang ada di lantai 2. Akhirnya aku sampai ke kamarku. Di sana aku buka semua bajuku, lalu pergi ke kamar mandi yang ada di dalam kamarku, mencabut roti yang sudah sedikit hancur terkena campuran sperma dan cairan cintaku.

Aku menyemprotkan air shower ke vaginaku untuk membersihkan sisa roti yang tertinggal di dalamnya, sambil sedikit mengorek ngorek vaginaku untuk lebih cepat membersihkan semuanya. Rasa nikmat kembali menjalari tubuhku, namun aku tahu aku harus segera beristirahat.

Maka aku segera mandi keramas sebersih bersihnya, kemudian setelah mengeringkan tubuhku aku memakai daster tidur satin yang nyaman, dan merebahkan tubuhku yang sudah amat kelelahan ini di ranjangku yang empuk. Tak lama kemudian aku sudah tertidur pulas, setelah berhasil mengusir bayangan wajah puas orang orang yang tadi menggangbang aku.

Tamat

Incoming search terms:

Cerita Dewasa | Tolong Masukin Penisnnya Bang

$
0
0

Cerita Dewasa | Tolong Masukin Penisnnya Bang – Satu hari aku jajan di satu mal sama sodara sepupuku, orangnya si cantik, chubby dan tonjolan dibadannya lebi nampak nyata dari yang ada di badanku. Hari itu kami berdua hanya pake tenk top ketat dan aku berhins ketat sedang dia pake jins 3/4 yang juga ketat, sehingga banyak cowok2 menyusuri bodi sodara sepupuku dari rambut ampe ke kaki. Dia si seneng banget jadi pusat perhatian banyak lelaki yang makan di foodcourt mall.

Deket mejaku ada seorang laki-laki, yang pasti bukan abg dan belum om-om, kutaksir usianya 30an, ganteng, kumisan dan atletis badannya, tipeku bangetz. Sodaraku berbisik,
“Nez tu ada cowok keren banget”.
“Mana”, tanyaku.
“Sebelah kanan rada kedepan, dia lagi ngliatin kita”. Aku menatap kearah yang ditunjukkan Santi, sodaraku itu.
Si abang, sebut aja demikian, juga lagi menatap kearah kami, tatapanku amprokan dengan tatapan matanya, dia ngangguk, akupun ngangguk dan senyum.
“Ganteng banget San”.
“Iya, aku suka banget ngeliat dia”, Santipun menatap wajah si abang dan senyum, dibales senyum juga.
Waktu Santi ke toliet, si abang nyamperin mejaku dan kenalan, dia nanya siapa yang bareng aku, aku bilang Santi, dia minta nomer hp Santi, wah rupanya matanya dah kelilipan bodinya Santi. aku kasi ja no hapeku, dan dia pamit duluan karena dah beres makannya. Ketika Santi balik dia kecewa karena si abang dah pergi. Aku bilang,
“Di mal kan banyak lelaki ganteng yang bakalan kelilipan bodi kamu kan, satu pergi dateng seribu”.
“Bisa ja kamu Nez”. Peristiwa itu berlalu begitu aja.
Sampe satu waktu d hapeku ada message,
“San, ini aku yang ketemu di mal waktu itu, yang di foodcourt itu”.
“Wah dari si abang rupanya”.
“Wah abang, pa kabar, Santi tunggu-tunggu kok gak da kabarnya, baru sekarang ada kabar, sibuk banget ya bang”. Aku nyaru jadi Santi aja.
“Ketemuan lagi yuk San, berdua aja”.
“Dimana bang”.
“Di mal, di foodcourt ja, sore jam … (dia menyebutkan waktunya), bisa kan”.
“Bisa bang”.
“aku pake (dia nyebutkan warna pakeannya)”.

Cerita Dewasa. Sampe di foodcourt, dia belon dateng, aku duduk di meja yang strategis yang pandangannya bisa kemana-mana, tak lama datenglah lelaki dengan pakean yang disebutkan tadi. aku bangun dan menyambutnya. “Santinya mana”, tampak da kekecewaan diwajahnya, kok aku yang nongol.
“Santi dadakan sakit perut bang, diare kayanya, makanya dia nyuru aku nemuin abang, takut abang kecewa”.
“O gitu ya, gak apa deh, kamu bisa nemenin aku”.
“Kalo gak bisa, Inez ya gak kemari lah bang”.
“Kita makan dulu yuk”.
“ayuk”, jawabku. kita brosing makanan, pesen kesukaan masing-masing, ketika aku mo bayar makananku, si abang yang bayarin duluan.
“Lama juga ya cap cay-nya. Hhh!” keluhnya karena pesanannya gak dateng2 sedang pesananku udah.
“Sabar saja bang, maklum malming gini pengunjungnya banyak”. Tidak berapa lama pesanannya datang.
Dia menambahkan lada putih ke dalam capcaynya. Setelah itu dia masih minta cabe rawit beberapa butir pada pelayan. aku tersenyum kecil.
“Biasanya orang yang kuat makan pedas nafsunya gede,” komentarku.
dia hampir tersedak mendengar candaanku. Namun kemudian dia menguasai diri, dia minum air putih dan menjawab,
“Kalau ada sambal atau cabe memang nafsu makan jadi kuat”. aku tertawa tertahan.
Dia tersenyum sambil memandang deretan gigiku yang rapi dan gingsulku kelihatan. Dia membalas godaanku tadi,
”Orang yang giginya gingsul kudengar juga gede nafsunya”. Gingsul itu gigi tarning yang letaknya lebi kedepan dari deretan gigi laennya, kaya bintang sinetron Chelsi olivia gitulah, ato bintang jepang banyakan juga gingsul.
Aku gak mo kalah,
“Kalo gitu abang pasti cewek dan ttm nya banyak”.
“Napa gitu”.
“Kan napsu makan dan napsu laennya gede”. Dia tertawa.
“sama dong, kamu pasti gak pena puas cuma ma 1 lelaki kan”. Guyonan vulgar gitu mencairkan suasana, kami jadi lebih akrab, gak nampak kekecewaan diwajahnya karena yang dateng bukan santi.
“Kok skarang malming Inez gak ma cowoknya, malah becanda ma aku”.
“Kan demi abang biar abang gak kecewa”.
“Gak tersalurkan ma cowoknya dong malem ini”.
“Panya yang disalurkan bang, sembako?”
“he he, kura2 dalam perahu”.
“Mana ada kura2 disimpen di perahu bang”, aku belaga pilon ja.
“kan gingsul”.
“kok?”
“iya kan kalo prempuan gingsul napsunya gede, trus malming gak ketemu cowoknya, jadi gak tersalurkan dong napsunya”. “Kan ada abang”, sengaja aku to the point ja menyatakan kalo aku suka ma dia,
“cocok kan penggemar cabe ketemu ma gigi gingsul, sama2 napsu gede”. tertawanya berderai.
“Bisa aja kamu, mangnya kamu mau ma aku”.
“Bangetz, sejak pertama kali ketemu Inez dah suka liat abang, tipe inez bangetz”.
“Masak si”.
“iya, Inez tu sukanya lelaki dewasa kaya abang, macho”. Aku makin to the point aja,
“Palagi kalo napsunya gede, he he”. Dia tertawa juga.
“abang suka gak ma prempuan kaya Inez”, aku uber dia terus.
“Suka juga, kamu cantik, proporsional lagi bodinya”.
“Tapi kan gak semok kaya Santi bang”.
“iya Santi napsuin, kamu juga kok, imut tapi napsuin juga”. Wah dia dah to the point juga.
“Mau dong abang gantiin cowok Inez”.
“Hm gimana ya, gak enak lah nyrobot cewek orang laen”.
“Gak apa kok bang, cowok Inez juga klayapan tau kemana, makanya bisa ktemuan ma abang, semua ada hikmahnya”.
“Tadi bilangnya demi aku”.
“iya demi abang dan demikian”, candaku. Dia tertawa lagi.
“Kamu asik juga ya Nez orangnya”.
“asik apanya bang”.
“Ya asik diajak bertemen, gak tau asik gak diajak bercinta”.
“Wah, gawat”.
“Kok gawat si”. “abang to the point jadi pengen neh Inez, hayo abang tanggung jawab lo”.
“Pengen paan”.
“pengen nonton”, aku tertawa.
“Yuk kita nonton, kamu beneran kan gak da cowoknya malem ini”. aku menggangguk.
Dia menggandengku menuju ke cinema yang ada di mal, kami milih filmnya,
“inez ikut abang ja deh nonton yang mana”. Dia milih film percintaan.
“biar jadi mood bercinta ya Nez”.
“abang mo bercinta ma Inez ya”.
“Kalo kamu mau”. “Mau bang”. Kami masuk ke gedung, bole milih tempat duduk bebas, dia milih yang agak disudut seblah atas, ternyata setelah filmnya maen, yang nonton gak banyak, jadi kami terpisah dari pnonton yang laen.
“Inez sering ya bercinta ma cowoknya”. Aku cuma ngangguk.
“Dimana maennya”.
“ditempat kok Inez, kadan dirumah dia kalo sepi, kadang di motel kalo pengen all nite”.
“Mangnya kalo allnite maennya brapa kali”.
“Kalo dah lama gak maen, dia bisa 4 kali bang”.
“wah lemes dong”.
“bangetz bang, tapi nikmatnya juga bangetz. abang kuat brapa kali maennya bang”.
“ya segitu itu”.
“Wah asik dong, bisa abis2an tu maennya ampe lemes”. Dia memeluk pundaku, mukaku diarahkan kemukanya dan dengan lembut dia mencium bibirku.
Lidahnya segera menerobos mulutku dan membelit lidahku. Sementara lidah kami saling bergelut, tangannya milai mengelus2 toketku.
“Kecil ya bang”, kataku setelah bibirnya melepas bibirku, dia meremes toketku sambil mencium telingaku, sampe aku menggelinjang.
“Segini mah gak kecil, proporsioanl, jadi gemes ni”.
“Kalo gemes ya ditemes2 trus ja bang”.
“Kamu enak ya diremes gini”.
“Suka ja bang”. Dia mencium bibirku lagi.
Dia memegang tanganku dan meletakkannya diselangkangannya. terasa ada sesuatu yang keras banget dibalik clananya.
“Bang ngacengnya keras banget, cabenya dah kerja ya”. Dia gak menjawab malah meremas2 toketku lagi.
aku elus2 tonjolan keras diselangkangannya.
“diremes dong Nez”. Aku meremes sebisanya, terasa besar tonjolan itu.
“Abang punya besar ya”.
“besaran mana ma punya cowok kamu”.
“besaran abang punya deh”.
“Mo ngrasain?”
“Bangetz bang”. Dia mengelus selangkanganku, aku mengangkangkan pahaku, gak bisa lebar2 karena terhalang kursi, aku duduk rada selonjor, biar pahaku bisa lebi lebar ngangkangnya.
Memekku jadi gatel dielus kasar dari luar clanaku gitu.
“dah basah ya Nez”. Aku ngangguk,
“Inez dah pengen bang”.
“Bener kan prempuan gingsul napsunya gede”.
“Abang…” lenguhku manja sambil merems tonjolan di slangakngannya dengan keras.
Gak lama kemudian film usai, lampu menyala. Segera kami memisahkan diri, bangkit dari tempat duduk dan kluar beriringan dengan penonton laen.
“aku anterin pulang ya, ujan lagi”. Saat itu ujan deres.
“Kamu tinggal dimana”.
“Di kos bang”.
“Gak bebas dong”.
“bebas kok, Inez tinggal sendiri”.
“Mahal tu”.
“Kan dibayarin cowok Inez bang”. Kami berlari-lari di pelataran parkir menuju ke mobilnya.
Dia membuka pintu depan sebelah kiri setelah mematikan alarm mobilnya, aku masuk dan diapun segera masuk, baju kami basah karena hujan yang deres gitu.
“Dingin ya Nez, gak usah pasang Ac deh ya”.
“ya bang”.
“Ntar pilek lagi”. Tempat kos ku kebetluan gak jauh dari mal, sehingga kami gak lama di mobilnya.
Mobilnya parkir persis didepan kamar kosku, segera aku membuka pintu mobil dan berlari menembus ujan ke depan kamarku, diapun menyusul.
“Basah semuanya bang, ntar dikeringin deh pake hair dryer”.
“Kamar kamu gede banget Nez, ada ruang tamunya lagi”. Memang kamar kosku lumayan gede, furnitur lengkap, pake Ac lagi, bayarannya juga lumayan mahal, gak peduli aku toh cowokku yang bayarin semuanya.
Ada ruang tamu merangkap ruang makan dan pantri, dan kamar tidur + kamar mandinya. Aku segera mengambil handuk dan hair dryer untu si abang, aku pun masuk ke kamar mandi, melepaskan semua yang menempel dibadanku dan menggantinya dengan kaus dan celana pendek longgar. aku melap rambutku yang basah dan kukeringkan dengan hiar dryer satu lagi biar gak pusing.

Aku keluar dari kamar sambil membawa kaosku yang paling gede ukurannya, dia duduk di sofa sambil melap rambutnya yang basah,
“Kok gak di hairdryer bang”.
“Gak usah, pake anduk ja cukup kok”.
“Bajunya basah semuanya tu bang. Ganti ma kaos Inez ja ya, iar gak masuk angin, gak tau cukup gak. Kalo celena pendek gak da yang ukuran abang”. Dia melepas bajunya didepanku, aku suka banget melihat dadana yang bidang, samar keliatan muali terbentuk sixpack diperutnya.
“Wah abang sering fitness ya, ada sixpacknya gitu, sexy banget deh bang”. Baeknya bajuku muat walaupun rada ketat untuknya.
“celananya basah bang, dilepas ja, pake daleman kan”. Dia senyum dan beneran melepas celananya.
Tampak tonjolan besar di selangkangannya yang sekarang cuma tertutup cd. Dia memperhatikan toketku yang tetap terlihat membusung di balik kaus longgarku.
“Minumannya sebentar lagi ya. Airnya lagi dimasak. Termosnya pas kosong. Mau minum apa bang?” Dia terkejut, kelamaan memperhatikan toketku.
“Ahh.. E.. E. Eeh. Susu.. Eh.. Teh susu,” sambil tergagap kata-katanya keluar begitu saja.
Namun disaat terakhir dia masih tetap bisa menguasai dirinya.
“Teh saja atau kopi. Susunya habis. Sorry,” aku tersenyum melihatnya terbata-bata kemudian menuju ke pantri menyiapkan segelas teh panas.
Aku duduk di depannya. Dia menyeruput tehnya yang masi panas.
“Manis gak bang”.
“manis, kaya yang buat”. Aku mencibirkan bibirku.
“Jadi gak kita mau adu kekuatan cabe dengan gingsul?” tanyanya dengan bergurau.
Aku segera pindah kesebelahnya di sofa dan merapatkan kepalaku di dadanya. Diciumnya pipiku dan aku mulai membuka kancing bajunya.
“Di kamar Inez aja yuk bang”.
“Dah gak nahan ya gingsulnya”. Aku memejamkan mata.

bibirnya kembali memagut bibirku yang merekah. Lidahnya menerobos lagi ke mulutku dan menggelitik lidahku. Aku menggeliat dan membalas ciumannya dengan meliukkan lidahku yang langsung dihisapnya. Tangannya mulai menari di atas dadaku. Diremasnya toketku yang sudah mengeras. Jarinya terus menjalar mulai dari dada, perut terus ke bawah hingga pangkal pahanya, masi dari luar pakeanku. Aku makin menggeliat kegelian. Lidahnya sudah beraksi di lubang

telingaku dan giginya menggigit daun telingaku. Pelukan dilepas dan dia bergerak berputar ke belakangku. Tangannya mendekap dadaku. Rambutku diciumnya. Mulutnya menggigit tengkukku. Badanku mulai menghangat. Bibir dan hidungnya makin lancar menyelusuri kepala dan leherku. Aku makin menggelinjang apalagi waktu tangannya meremas toketku yang masih tertutup baju kaus itu dari belakang. Diletakkannya mukanya dibahuku dan disapukan napasnya di telingaku. Aku menjerit kecil menahan geli tapi malah menikmati.

Aku dipeluknya dari belakang, kami berdiri sambil pelukan dan berjalan beriringan ke arah kamarku. Tanganku ke belakang dan meremas isi cdnya yang mulai memberontak. Setelah masuk ke dalam kamar dilepaskannya pelukannya. Aku mematikan lampu besar dan mengantinya dengan lampu tidur. ranjang yang besar telah menanti kami. Dia merendahkan badan dan mulai mencium dan menggigit pinggulku. Aku mendongakkan kepala dan berdesis lirih. Dia dibelakangku berlutut dengan meneruskan aksi tangannya ke betisku, sementara bibirnya masih bergerilya di lipatan lutut belakangku. Aku merentangkan kedua kakiku dan bergetar meliuk-liuk. Diciumnya pahaku dan diberikan gigitan kecil.

Aku makin meliukkan badannya, napasku mulai memburu. Pada saat aku sedang menggeliat, dihentikannya ciumannya di lututku dan dia berdiri di hadapanku. Diusapnya pantat dan pinggulku. Kembali aku berdesis pelan. Dengan cepat langsung disapukannya bibirnya ke leherku dan ditarik pelan-pelan ke bawah sambil menciumi dan menjilati leher mulusku. Aku semakin merepatkan tubuhku ke dadanya. Dengan sebuah tarikan pelan aku melepas kaosnya. Kuusap-usapnya dadanya dan kemudian pentilnya kumainkan dengan jari. Diciumnya bibirku, aku membalas dengan lembut. Lumatannya mulai berubah menjadi lumatan ganas. Ia melepaskan ciumannya.

Dia menyingkapkan kausku. Aku mengangkat kedua tanganku. Dengan mudah dibukanya kaosku. Kini tangannya membuka celana pendekku. Kini kami tinggal mengenalan pakaian dalam saja. Bra dan celana dalamku berwarna krem berpadu dengan kulitnya yang sawo matang. Braku memang tidak penuh menutupi toketku sehingga dapat terlihat lingkaran kemerahan di sekitar pentilku. Cdku dari bahan sutra transparan sehingga padang rumput di bawah perutku terihat membayang. “Eehhngng, ..” aku mendesah ketika leherku dijilatinya. Kulihat ia melirik bayangan kami di cermin dilemari yang besar. Dia mendorongku ke ranjang dan menindih tubuhku. Tangannya bergerak punggungku membuka pengait braku. Disusurinya bahuku dan dilepasnya tali braku bergantian.

Toketku yang imut dan kencang dihiasi pentil berwarna coklat kemerahan dan sangat keras. Digesek-gesekkannya dadanya ke pentilku. Bibirnya yang agak tebal dengan lincah menyusuri wajah, bibir dan leherku. Dia mendorong lidahnya jauh ke dalam rongga mulutku kemudian memainkan lidahku dengan menggelitik dan memilinnya. Aku hanya sekedar mengimbangi. Sesekali gantian lidahku yang mendorong lidahnya. Tangan kanannya memilin pentilku serta meremas toketku. Aku menggeserkan tubuhku ke arah bagian atas tubuhnyasehingga toketku tepat berada di depan mukanya. Segera dilumat nya toketku dengan mulutnya. Pentilku diisap pelan dan dijilati. “Aaacchh, Ayo bang.. Lagi.. Teruskan”. aku mulai melenguh keenakan. Kontolnya terasa semakin mengeras.

Disedotnya toketku sehingga semuanya masuk ke dalam mulutnya, dihisap pelan namun dalam, pentilku dijilat dan dimainkan dengan lidahnya. Dadaku bergerak kembang kempis dengan cepat, detak jantungku juga meningkat, pertanda nafsuku mulai naik. Tanganku menyusup di balik cdnya, kemudian mengelus, meremas dan mengocoknya dengan lembut. Pantatnya dinaikkan dan dengan sekali tarikan, maka cdnya sudah terlepas. Kini dia sudah dalam keadaan polos tanpa selembar benang. Bibirnya mengarah ke leherku, mengecup, menjilatinya kemudian menggigit daun telingaku. Napasnya dihembuskannya ke dalam lubang telingaku. Kini dia mulai menjilati pentilku. Aku semakin terbuai. Kugigit bibir bawahku untuk menahan rangsangan ini. Kupegang pinggangnya erat-erat.

Tangannya kemudian bergerak membuka cdku dan melemparkannya begitu saja. Jembutku tidaklah lebat dan kupotong pendek. Sementara ibu jarinya mengusap dan membuka bibirmemekku, maka jari tengahnya masuk sekitar satu ruas ke dalam lubang memekku . Diuusap dan ditekannya bagian depan dinding memekku dan jarinya sudah menemukan sebuah tonjolan daging seperti kacang. Setiapkali dia memberikan tekanan dan kemudian mengusapnya aku mendesis,

“Huuhh.. Aaauhh.. Engngnggnghhk”. Ia melepaskan tangannya dari selangkanganku.
Tanganku kembali diarahkan ke kontolnya, bibirku terus menyusuri perutnya, semakin ke bawah. Aku memandang sebentar kepala kontolnya yang lebih besar dari batangnya dan kemudian kukecup. Belum kukulum, hanya mengecup dan menggesekkan hidungku pada batang kontolnya dan dua buah bola yang menggantung di bawahnya. Dia hanya menahan napas setiap aku mengecupnya.

Aku kembali bergerak ke atas, tanganku masih memegang dan mengusap kontolnya yang telah berdiri tegak. Dia menggulingkan badannya sehingga berada di atasku. Kembali kami berciuman. toketku diremas dan pentilnya dipilin dengan jarinya sehingga aku mendesis perlahan dengan suara di dalam hidungnya. “SShh.. Ssshh.. Ngghh..” Perlahan lahan dia menurunkan pantatnya sambil memutar-mutarkannya. Kepala kontolnya kupegang, ,kemudian kugesek-gesekkan di mulut memekku. Terasa basah banget.

Aku mengarahkan kontolnya untuk masuk ke dalam memekku. Ketika sudah menyentuh lubang memekku, dia menekan pantatnya perlahan. tapi belum bisa masuk. Aku merenggangkan kedua pahaku dan pantat kuangkat sedikit. Kepala kontolnya sudah mulai menyusup di bibir memekku. Digesek-gesekkannya di bibir luarnya sampai terasa keras sekali dan ditekan lagi. Aku merintih dan memohon agar dia segera memasukkannya sampai amblas.

“Ayolah bang tekan.. Dorong sekarang. Ayo”. Dia mencoba untuk memasukkannya lagi, masih dengan bantuan tangannya, dan Blleessh.
setengah batang kontolnya sudah tertelan dalam memekku.
“Ouhh.. bang,” desahku setengah berteriak. Dia bergerak naik turun. Kadang gerakan pantatnya dibuat naik turun dan memutar sambil menunggu posisi dan waktu yang tepat. Aku mengimbangi dengan gerakan memutar pada pinggulku. Ketika dirasakan gerakannya sudah lancar, maka dipercepat gerakannya. aku menggeleng dan menahan pantatnya, kemudian mengatur gerakan pantatnya dalam tempo sangat pelan. Untuk meningkatkan kenikmatan maka meskipun pelan namun setiap gerakan pantatnya selalu penuh dan bertenaga. Akibatnya maka keringatpun mulai menitik di pori-porinya.

“Bang. Ouhh.. Nikmat.. Ooouuhh. Abang memang betul-betul perkasa” desisku sambil menciumi lehernya.
Kini kedua kaki kurapatkan dan dijepit dengan kedua kakinya. Kontolnya hampir-hampir tidak bisa bergerak dalam posisi ini. Tidak ada kontraksi otot memekku namun dia merasa memekku sangat sempit menjepit kontolnya. Dia menggulingkan badan lagi sampai aku menindihnya. Kakiku keluar dari jepitan kakinya dan kembali aku yang menjepit pahanya. Dalam posisi ini gerakan naik turunku menjadi bebas.

Kembali dia dalam posisi pasif, hanya mengimbangi dengan gerakan melawan gerakan pinggul dan pantatku. Tanganku menekan dadanya. Dicium dan diremasnya toketku yang menggantung. Kepalaku terangkat dan tangannya menarik rambutku kebelakang sehingga kepalaku semakin terangkat. Setelah dia menjilat dan mengecup leherku, maka kepalaku turun kembali dan bibirku mencari-cari bibirnya. Dia menyambut mulutku dengan satu ciuman yang dalam dan lama.

Aku mengatur gerakanku dengan tempo pelan namun sangat intens. Pantat kuturunkan sampai menekan pahanya sehingga kontolnya terbenam dalam-dalam sampai kurasakan menyentuh dinding rahimku. Ketika kontolnya menyentuh rahimku, aku semakin menekan pantatku sehingga tubuh kamipun semakin merapat. Aku menegakkan tubuh sehingga dalam posisi duduk setengah jongkok di atas selangkangannya. Aku kemudian menggerakkan pantatku maju mundur sambil menekan kebawah sehingga kontolnya tertelan dan bergerak ke arah perutnya. Semakin lama-semakin cepat aku mengerakkan pantatku.

“Ouhh.. Ssshh.. Akhh!” Desisankupun semakin sering.
Aku dah hampir nyampe rasanya. Kontolnya dikeraskan dengan menahan napas dan mengencangkan otot antara biji peler dan anusnya seolah-olah menahan kencing. Aku kembali merebahkan tubuhku ke atas tubuhnya, mataku berkejap-kejap dan bola mataku memutih.
Gigiku menggigit bibir bawahku kuat-kuat. Akupun merasa tak tahan lagi dan,
“Bang .. Sekarang say.. Hhhuuaahh!” aku memekik kecil.

Pantatku menekan kuat sekali di atas pahanya. Dinding memekku berdenyut kuat menghisap kontolnya. Dia menahan tekanan pantatku dengan menaikkan pinggulnya. Bibirku menciuminya dengan pagutan-pagutan ganas dan diakhiri dengan gigitan pada dadanya. Dia memeluk tubuhku erat-erat dan ditekannya kepalaku di dadanya. Napasku yang bergemuruh kemudian disusul napas putus-putus dan setelah tarikan napas panjang aku terkulai lemas di atas tubuhnya. aku dah nyampe. Denyutan demi denyutan dari memekku kemudian melemah. Pejunya yang muncrat bebrarengan dengan klimaxku masuk dalam memekku sebagian tertumpah keluar lagi di atas pahanya. Aku berguling kesampingnya sambil tangan dan mukaku tetap berada di lehernya. Dia memberikan kecupan ringan pada bibirku, dan usapan pada pipiku.

“Terima kasih bang. Abang sungguh luar biasa. Perkasa dan romantis”. Kami masih berpelukan sampai keringat kami mengering.
Setelah mandi dan hendak mengenakan pakaian, aku menahan tangannya yang sudah memegang celana dalam.
“Abang tidur disini saja malam ini. Inez.. masih..”, aku tersipu-sipu dan tidak melanjutkan perkataanku.
Malam itu kami tidur dengan telanjang dan berpelukan ditutup selimut ditemani dengan suara rintikan hujan.
Aku tidak tahu sudah tidur berapa lama ketika kurasakan sebuah lengan melingkar di pinggangku. Aku membuka mata mengambil arloji di atas kepalaku dan melihat sebentar.
“Hmm.. Baru jam satu, tidur lagi yuk!” kataku sambil memejamkan mata dan tangannya memelukku kembali.
Diciumnya ketiakku dan digelitikin pinggangku. Aku menguap dan meregangkan badan.
“Ooahh, abang emang..!” Tangannya menangkap tanganku.
Didaratkan sebuah ciuman pada bibirku. Aku mengelak dan berdiri berjalan ke arah kulkas di dalam kamarku. Mengambil air putih, meminum dan mengangsurkannya kepadanya. Dia duduk, menyambut dan menghabiskan sisa air dalam gelas tadi. Aku masih berdiri dalam keadaan telanjang. Dia mengamat-amati tubuhku, “kamu sexy sekali nes kalo bugil gitu”.

“semua prempuan juga sexy kalo telbul bang”. Aku duduk dipinggir ranjang, dia bangun dan memelukku.
Bibirnya mendarat di bibirku. Kali ini ia menciumiku dengan ganasnya. Akupun membalas dengan tak kalah ganasnya. Dia meremas toketku dengan keras. Ia mendorongku dan beberapa saat kemudian kami sudah bergulingan di atas ranjang besar yang empuk. Dia menindih dan menjelajahi sekujur tubuhku. Aku menggeliat-geliat hebat dan mengerang. Dari dada, lidahnya pindah ke samping menyusuri pinggul dan pinggangku, ke arah perut dan pahaku. Aku meronta hebat penuh kenikmatan sewaktu tangannya memainkan pentilku. Tangannya ditempelkan di bibir memekku.

“Baaang.. nikmat bangetz!” pekikku.
Bibirku naik ke leherku lagi dan menjilatinya. Elusan tangannya pada pinggang membuat aku ia meronta kegelian. Dia menghentikan elusannya dan tangannya meremas lembut toketku dari pangkal kemudian ke arah pentil. Dimainkan jemarinya dari bagian bawah, melingkari gundukannya dengan usapan ringan kemudian menuju ke arah pentilku. Sampai batas pentil sebelum menyentuhnya, dia menghentikannya dan kembali mulai lagi dari bagian bawah.

Dia menggantikan jari dengan bibirnya, tetap dengan cara yang sama disusuri toketku tanpa berusaha mengenai pentilku. Kini aku bergerak tidak karuan. Semakin bergerak semakin bergoyang toketku dan membuat jilatannya makin ganas mengitari gundukan mulus itu. Setelah sebuah gigitan dia berikan di belahan toketku, bibirnya diarahkan ke pentilku, tapi dijilatnya dulu daerah sekitarnya yang berwarna merah sehingga membikin aku penasaran dan gemas.

“Bang.. Jangan dimaenkan gitu dong.. Isep cepetan yang,” pintaku.
Dia masih ingin mempermainkan gairahku dengan sekali jilatan halus di pentilku yang makin mengeras itu. Aku mendorong toketku ke mulutnya, sehingga pentilnya langsung masuk, dan mulailah dia kulum, digigit kecil serta dijilat bergantian. Tangannya berpindah dari pinggang ke memekku yang kini menjadi basah. Jari tengah kirinya dimasukkan ke dalam memekku dan tidak lama sudah menekan apa yang dicarinya. Lumatan bibirnya di pentilku makin ganas. Aku berusaha mengulingkan badannya tetapi ditahannya.

“Aaagh..”, aku memekik-mekik.
Diciuminya lagi bibir dan leherku. Kontolnya makin membesar dan mengganjal di atas perutku. Diangkatnya pantatnya sedikit dan akupun mengerti apa yang harus kulakukan. Kukocok kontolnya sampai keras sekali dan kukangkangkan pahaku lebar-lebar. Diarahkannya kontolnya ke memekku dan
“Masukin bang…Cepaat!,” pintaku sambil semakin melebarkan pahaku.

Didorongnya kontolnya memasuki memekku, digerakkannya kontolnya pelan-pelan dan semakin lama semakin cepat. Memekku makin lembab, namun tidak sampai becek. Akulangsung mengerang hebat merasakan hunjaman kontolnya yang keras dan bertubi-tubi. Tanganku mencengkeram pinggulnya. Gerakan maju-mundurnya kuimbangi dengan memutar-mutarkan pinggulku, semakin lama gerakan kami semakin cepat. Aku semakin sering memekik dan mengerang. Tanganku kadang memukul-mukul punggungnya. Kepalaku mendongak ketika dia menarik rambutku dengan kasar dan kemudian dikecupnya leherku dan digigitnya bahuku.

Setelah beberapa lama aku minta untuk di atas. Dengan cepat kami berguling. Tak berapa lama kemudian kontolnya sudah terbenam di liang memekku. aku menaikturunkan pantatku dengan posisi jongkok. Aku seperti penunggang kuda yang sedang memacu kudanya dalam lembah kenikmatan mendaki menuju puncak. Tubuhku naik turun dengan cepat dan dia mengimbangi dengan putaran pinggulnya, sementara toketku yang tegak menantang diremas-remas dengan tangannya. Gerakan kami makin cepat, eranganku makin hebat. Dia duduk dan memeluk pinggangku. Kami berciuman dalam posisi aku duduk berhadapan di pangkuannya. Dia bebas mengeksplorasi tubuhku dengan tangan dan bibirnya.
“Aaagghh.. bang..,” teriakku.

Dia membalikkan tubuhku kebawah dan langsung digenjot dengan tempo tinggi dan menghentak-hentak. Nafas kami semakin memburu. Dia mengganti pola gerakan. Dia cabut kontolnya trus dimasukkan kembali setengahnya. Demikianlah dia lakukan berulang-ulang sampai beberapa hitungan dan kemudian dihempaskannya pantatnya dalam-dalam. Aku setengah terpejam sambil mulutku tidak henti-hentinya mengeluarkan desahan seperti orang yang kepedasan. Pinggulku tidak berhenti bergoyang dan berputar semakin menambah kenikmatan. Lubang memekku yang memang sempit ditambah dengan gerakan memutar dari pinggulku membuat dia semakin bernafsu.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Berebut Memek Perawan

Ketika dihunjamkannya seluruh kontolnya ke dalam memekku, aku pun menjerit tertahan dan wajahku mendongak. Dia menurunkan tempo dengan membiarkan kontolnya tertanam di dalam memekku tanpa menggerakkannya. Dia mencoba memainkan otot kontolnya. Terasa kontolnya mendesak dinding memekku dan sedetik kemudian ketika dia melepaskan kontraksinya, kurasakan memekku meremas kontolnya. Demikian saling berganti-ganti. Permainan kami sudah berlangsung beberapa saat. Kedua kakiku diangkat dan ditumpangkan di pundaknya. Dengan setengah berdiri di atas lutut dia menggenjotku. Kakiku diusap dan diciumnya lipatan lututku. Aku mengerang dan merintih-rintih. Dia memberi isyarat kepadanya untuk menutup permainan ini. Akupun mengangguk.

Kamipun berpelukan dan bergerak liar tanpa menghiraukan keringat kami yang bercucuran. Gerakan demi gerakan, pekikan demi pekikan telah kami lalui. Dia semakin cepat menggerakkan pantatnya. Aku menjambak rambutnya dan membenamkan kepalaku ke dadanya, betisku segera menjepit erat pahanya. Badanku menggelepar-gelepar, kepalaku menggeleng ke kiri dan ke kanan, tanganku semakin kuat menjambak rambutnya dan menekan kepalanya lebih keras lagi. Dia pun semakin agresif memberikan kenikmatan kepada aku yang tidak henti-hentinya menggelinjang sambil mengerang.

“Aaahh.. Ssshh.. Ssshh” Gerakan tubuhku semakin liar.
“Ouoohh nikmatnyaa.. Inez ingin segera sampai..” Dia juga merasa ada sesuatu yang mendesak-desak di dalam kontolnya ingin keluar.
“Ouuwww..!” Dia mengangkat pantatnya, berhenti sejenak mengencangkan ototnya dan segera menghunjamkan kontolnya keras-keras ke dalam memekku.

Tubuhku mengejang dan jepitan kaki kuperketat, pinggulku naik menjambut kontolnya. Sejenak kemudian memancarlah pejunya di dalam memekku, diiringi oleh jeritan tertahan dari mulut kami berdua. “Awww.. Aduuh.. Hggkk” Kami pun terkulai lemas dan tidak berapa lama sudah tidak ada suara apapun di dalam kamar. Tangannya memeluk erat tubuhku dengan mesra. lemes banget badanku setelah melalui percumbuan yang sangat panjang, tapi nikmatnya juga bangetz.

Tamat


CERITA DEWASA PACAR TEMAN YANG SANGE

$
0
0

CERITA DEWASA PACAR TEMAN YANG SANGE – Itu terjadi bln januari 2016. Ane diminta untuk menemani teman-teman ane jalan2, jelasnya kampus anak rame2. Tp ane teman seangkatan dan studi kerja barunya. Ane pikir tmnnya saja abg2 setuju2 ane jd menulis hiburan skalian. HRI H tiba, Anda berpikir seperti perkiraan ane. Tmen2 kampus msh terhadap sebagian besar usia abg sekitar 22-23an. Ane dateng t4 untuk bersama-sama, karena aku pasangan yang sama Neh siap masing2. Tinggal satu yang belum, ni sektor ane gadis, dia tp msh blm keluar penataan rambut.

Oiya, mengambil motor karena penganut ane aje tmn. Dalam rangka untuk tur kayak ank2 gt. Dia ..
Hasilnya adalah bahwa gadis keluar pula, tp sayang aja lengkap sudah menggunakan helm, masker, sarung tangan. Akibat tidak begitu cerah liat wajah, kerudung memakai apalgi ke rambut dan ane gak liat.

Kontak bntar menulis namanya disebut Ratna. Bersamaan SKIP2 Gass ke daerah mencari. Ane cuman ngekor paling belakang menulis. Ratna umpannya bersosialisasi, crewet sedikit lain. Nyampe berarti hasil itu sendiri masker helm terbuka dan sarung tangan, hasil ane bisa liat dan wajah. Cukup menarik eksotis tp nakal gt keliatannya. Menulis narasi kecil, klo ane lebih bahagia gadis yang dihadapi binal2 gt eksotis. Kebanyakan seh tidak perlu selama SSI jenis itu, menurut tp ane.

Lokasi berlangsung hanya karena rame2 biasa, sangat sering berbicara ama ane tmen ane aja. Sampai hasilnya dikembalikan ke kostnya mereka sebelum tengah malam, ngbrol bntr sebelum kembali & g lupa untuk meminta bbm pin Ratna.
Loncat melewatkan ane kontak dipertukarkan, selama komunikasi minggu ane sama Ratna intensif. Sampai hasil ane tau segala sesuatu dari cerita2nya, btw Ratna UDH tunangan ingin rencana pernikahan setelah lulus.
Ane tidak rusak, ane saat2 lintas tunggu dan berdoa mudah-mudahan ane diberi jendela kesempatan untuk SSI Ratna.

Cerita Dewasa. Doa ane terjawab juga, Ratna bm klo ane curhat lagi bete dengan pacarnya. Masalahnya adalah urusan sepele cuman bm yang dibales akhir.
Kala tanda bahwa ane, ane mengambil jalan, nntn, makan, dll Ratna oke, tp cuman makan aja dia mengatakan semua ventilasi.
Loncat melewatkan hasil ane dia deket shuttle kmpusnya, dan bahkan kemudian ngumpet2 takut diketahui pada tmn2nya.

Makan saat ventilasi, sesekali ane keluarin SSI. Ya oke, sudah menjadi tangan pegang2.
Sudah merasa tidak ada lampu hijau meskipun remang2, ane percaya dan harus ampe exe.
Setelah makan malam ane puter2 sebelumnya HRI jalan sambil menunggu gelap.
Jam 7AN gas hasil ane ke kostnya, apa angin baik dikosnya bukan orang, hujan gt’ve sejak mulai jatuh secara bertahap.

Sebelumnya berpikir seh ane kesempatan seperti ini hanya terjadi dalam film atau sinetron aja, tapi setelah ane ane baru memiliki Alamin yakin jika film / sitkom bahwa ada realnya juga.
Tanda ane deh kostnya, tepatnya hunian menyewa tiga kamar berisi tunda 1 dapur 1 kamar mandi. Rumahnya lulus nyaman, mengetahui di mana perum.
Ratna dimulai sejak lampu2 nyalai, menyalakan televisi, sediain minum sekaligus.

Awalnya seh canggung, ia masih takut jika ada tmennya atau orang yang begitu dateng itu. Televisi Hasil cuman nntn sementara ngbrol2. Ratna ke kamar mandi untuk bersih2 wajah dll, keluar dari ruang UDH pemindaian ama kemeja kolornya penggunaan tp kain2 gt pantai. Hujan semakin deras, dan tampak nyaman di Ratna bahkan hujan lebat. Semakin lama hujan lebat lagi tmn2 kostnya dateng.

Ane gak sia2in kesempatan, ane mencari pelukan dan ciuman dan mencium dia tp ane konsisten dihindari. Charles tlpn suara terpotong sama pacarnya, dia sedang berbicara di kamarnya cukup panjang. Ane samperin masuk, msh tlpnan sambil duduk di dekat kasur. Ane kebohongan ia menulis sambil perhatiin, sementara ane coba raba2 dan lembut membelai pahanya. Ratna hanya cinta isyarat bersama mulutnya, yang mengatakan ane bilang suara jgn diem.

Setelah chelates tlpn2annya, Ratna tampaknya kesal. Ane deketin mencoba meminta sedikit waktu untuk melihat apakah mereka bisa mencintai saran, sementara cuman seh ingin memeluk dan grepe2. Sampai hasil Ratna telah di ane lengan, bibir ane lumat telah habis, tangan ane sudah masuk pakaian dan bra-nya. Dari ane reaksi sudah percaya jika Ratna sudah terbiasa berhubungan seks dengan pacarnya. Ane menjadi takut untuk menjamhnya tidak terlampaui, cuman ane ngelanjutin menerapkan apa yang telah pacarnya.

Ane rebahin Ratna kasur, sementara bibir hisap dan lidah tangan kanan ane gerilyawan dari susu kedua sisi, putingnya mengeras yang tidak ketinggalan. Sampai hasilnya tangan ane sudah memasuki celanadalemnya Ratna. Alih-alih menolak, Charles benar-benar memberikan kesempatan ane tangan dengan akses ke kakinya. Bulu2 terasa mekinya mulus, ane maenin trs pasang mekinya menggunakan jari. Semakin lama ane Maenan Meki semakin menggelinjang2 tubuh Ratna. Waktunya telah tiba think ane, ane off dibibir & mencium payudaranya. Ane berdiri terbuka clana ane, ane setelah telnjang UDH bawah ane clana terbuka & CD Ratna.

Dengan penyerahan dan menyerah mata rem Ratna clananya ane plorotin. Konti tancep Lqngsung aja ane, ane genjot tidak menggunakan panjang bolak-balik perlahan. Setelah ane genjot agak licin bersama-sama rpm tinggi, Ratna menggelinjang kembali disertai goyang pantatnya. Dia telah mulai mencoba untuk merangkul leher ane, mencium bibir bawahnya saat dia ane lebih goyang. Ane sudah sampai ke puncak menulis, ane trs cabut kontie di mekinya petting lanjut. Sementara petting ane mencium bibirnya, meremas payudaranya, dan crottt nyembur atas mekinya.

Ratna merasa semburan ane, mengguncang konsisten memecahkan pantat ciuman ke ane dibirnya baru kekuasaan dia berakhir. Ingin mencicipi konsisten menunda pelukan dengan itu, tp ane dikostan sadar ini. Ane bangun trs putaran pejuh terjebak dalam penggunaan ane tisu sambil mengenakan kembali clana ane. Samahalnya Ratna, setelah digunakan clana dan pakaiannya dan pergi ke kamar mandi. Tidak berapa Ratna lama ke luar, hujan telah menyusut lagi Konti diperbesar ane.

Ane siap2 pulang deh, sepatu jaket telah ane digunakan. Ratna berjalan saya ke pintu, sebelum pintu terbuka lagi ane mencium Rachel. Ane bertanya emutin Konti ane. Setelah basah kontie lulus ane, ane memerintahkan untuk menarik diri menghadap pintu. Ane tarik cd bit clananya yang sama, ane tancep kembali liang mekinya. Tidak menggunakan tua dipantatnya ane crotin. Ngeri Penawaran lama2 dateng tmn bahkan terhadap kosnya. Hasil ane pulang … sejak saat itu ampe saat ini masih tampak tp komunikasi Ratna tidak ingin membahas insiden tersebut. Ratna mengatakan anggap aja tidak hanya berlangsung apa-apa.

Lihat Juga : Cerita Dewasa | Tolong Masukin Penisnnya Bang

Tamat

Cerita Dewasa Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

$
0
0

Cerita Dewasa Kenikmatan Jepitan Susu Lidya – Kenikmatan Jepitan Susu Lidya – Lega rasanya aku melihat pagar rumah kosku setelah terjebak dalam kemacetan jalan dari kampusku. Kulirik jam tanganku yang menunjukkan pukul 21.05 yang berarti aku telah menghabiskan waktu satu jam terjebak dalam arus lalu-lintas Jakarta yang begitu mengerikan. Setelah memarkir mobilku, bergegas aku menuju ke kamarku dan kemudian langsung menghempaskan tubuh penatku ke ranjang tanpa sempat lagi menutup pintu kamar.

Baru saja mataku tertutup, tiba-tiba saja aku dikejutkan oleh ketukan pada pintu kamarku yang disertai dengan teriakan nyaring dari suara yang sudah sangat aku kenal.
“Ko, lo baru pulang yah?” gelegar suara Voni memaksa mataku untuk menatap asal suara itu.
“iya, memangnya ada apa sih teriak-teriak?” jawabku sewot sambil mengucek mataku.
“Ini gue mau kenalin sepupu gue yang baru tiba dari Bandung” jawabnya sambil tangan kirinya menarik tangan seorang cewek masuk ke kamarku.

Kuperhatikan cewek yang disebut Voni sebagai sepupunya itu, sambil tersenyum aku menyodorkan tangan kananku kearahnya “Hai, namaku Riko”
“Lydia” jawabnya singkat sambil tersenyum kepadaku.
Sambil membalas senyumannya yang manis itu, mataku mendapati sesosok tubuh setinggi kira-kira 165 cm, walaupun dengan perawakan sedikit montok namun kulitnya yang putih bersih seakan menutupi bagian tersebut.
“Riko ini teman baik gue yang sering gue ceritain ke kamu” celetuk Voni kepada Lydia.
“Oh..”
“Nah, sekarang kan loe berdua udah tau nama masing-masing, lain kali kalo ketemu kan bisa saling memanggil, gue mau mandi dulu yah, daag..” kata Voni sambil berjalan keluar dari kamarku.
Aku menanggapi perkataan Voni barusan dengan kembali tersenyum ke Lydia.
“Cantik juga sepupu Voni ini” pikirku dalam hati.
“Lydia ke Jakarta buat liburan yah?” tanyaku kepadanya.
“Iya, soalnya bosen di Bandung melulu” jawabnya.
“Loh, memangnya kamu nggak kuliah?”
“Nggak, sehabis SMA aku cuma bantu-bantu Papa aja, males sih kuliah.”
“Rencananya berapa lama di Jakarta?”
“Yah.. sekitar 2 minggu deh”
“Riko aku ke kamar Voni dulu yah, mau mandi juga ”
“Oke deh”
Sambil tersenyum lagi dia berjalan keluar dari kamarku. Aku memandang punggung Lydia yang berjalan pelan ke arah kamar Voni. Kutatap BH hitamnya yang terlihat jelas dari balik kaos putih ketat yang membaluti tubuhnya yang agak bongsor itu sambil membayangkan dadanya yang juga montok itu. Setelah menutup pintu kamarku, kembali kurebahkan tubuhku ke ranjang dan hanya dalam sekejab saja aku sudah terlelap.
“Ko, bangun dong”
Aku membuka kembali mataku dan mendapatkan Voni yang sedang duduk di tepi ranjangku sambil menggoyangkan lututku.
“Ada apa sih?” tanyaku dengan nada sewot setelah untuk kedua kalinya dibangunkan.
“Kok marah-marah sih, udah bagus gue bangunin. Liat udah jam berapa masih belom mandi!”
Aku menoleh ke arah jam dindingku sejenak.
“Jam 11, emang kenapa kalo gue belum mandi?”
“Kan loe janji mau ngetikin tugas gue kemaren”
“Aduh Voni.. kan bisa besok..”
“Nggak bisa, kan kumpulnya besok pagi-pagi”
Aku bergegas bangun dan mengambil peralatan mandiku tanpa menghiraukan ocehan yang terus keluar dari mulut Voni.
“Ya udah, gue mandi dulu, loe nyalain tuh komputer!”
*****
Tulisan di layar komputerku sepertinya mulai kabur di mataku.
“Gila, udah jam 1, tugas sialan ini belum selesai juga” gerutuku dalam hati.
“Tok.. Tok.. Tok..” bunyi pintu kamarku diketok dari luar.
“Masuk!” teriakku tanpa menoleh ke arah sumber suara.
Terdengar suara pintu yang dibuka dan kemudian ditutup lagi dengan keras sehingga membuatku akhirnya menoleh juga. Kaget juga waktu kudapati ternyata yang masuk adalah Lydia.
“Eh maaf, tutupnya terlalu keras” sambil tersenyum malu dia membuka percakapan.
“Loh, kok belum tidur?” dengan heran aku memandangnya lagi.
“Iya nih, nggak tau kenapa nggak bisa tidur”
“Voni mana?” tanyaku lagi.
“Dari tadi udah tidur kok”
“Gue dengar dari dia katanya elo lagi buatin tugasnya yah?”
“Iya nih, tapi belum selesai, sedikit lagi sih”
“Emang ngetikin apaan sih?” sambil bertanya dia mendekatiku dan berdiri tepat disamping kursiku.
Aku tak menjawabnya karena menyadari tubuhnya yang dekat sekali dengan mukaku dan posisiku yang duduk di kursi membuat kepalaku berada tepat di samping dadanya. Dengan menolehkan kepalaku sedikit ke kiri, aku dapat melihat lengannya yang mulus karena dia hanya memakai baju tidur model tanpa lengan. Sewaktu dia mengangkat tangannya untuk merapikan rambutnya, aku dapat melihat pula sedikit bagian dari BHnya yang sekarang berwarna krem muda.

“Busyet.. loe harum amat, pake parfum apa nih?”
“Bukan parfum, lotion gue kali”
“Lotion apaan, bikin terangsang nih” candaku.
“Body Shop White Musk, kok bikin terangsang sih?” tanyanya sambil tersenyum kecil.
“Iya nih beneran, terangsang gue nih jadinya”
“Masa sih? berarti sekarang udah terangsang dong”
Agak terkejut juga aku mendengar pertanyaan itu.
“Jangan-jangan dia lagi memancing gue nih..” pikirku dalam hati.
“Emangnya loe nggak takut kalo gue terangsang sama elo?” tanyaku iseng.
“Nggak, memangnya loe kalo terangsang sama gue juga berani ngapain?”
“Gue cium loe ntar” kataku memberanikan diri.
Tanpa kusangka dia melangkah dari sebelah kiri ke arah depanku sehingga berada di tengah-tengah kursi tempat aku duduk dengan meja komputerku.
“Beneran berani cium gue?” tanyanya dengan senyum nakal di bibirnya yang mungil.
“Wah kesempatan nih” pikirku lagi.
Aku bangkit berdiri dari dudukku sambil mendorong kursiku sedikit ke belakang sehingga kini aku berdiri persis di hadapannya.
Sambil mendekatkan mukaku ke wajahnya aku bertanya ” Bener nih nggak marah kalo gue cium?”
Dia hanya tersenyum saja tanpa menjawab pertanyaanku.
Tanpa pikir panjang lagi aku segera mencium lembut bibirnya. Lydia memejamkan matanya ketika menerima ciumanku. Kumainkan ujung lidahku pelan kedalam mulutnya untuk mencari lidahnya yang segera bertaut dan saling memutar ketika bertemu. Sentuhan erotis yang kudapat membuat aku semakin bergairah dan langsung menghujani bibir lembut itu dengan lidahku.
Sambil terus menjajah bibirnya aku menuntun pelan Lydia ke ranjang. Dengan mata masih terpejam dia menurut ketika kubaringkan di ranjangku. Erangan halus yang didesahkan olehnya membuatku semakin bernafsu dan segera saja lidahku berpindah tempat ke bagian leher dan turun ke area dadanya.
Setelah menanggalkan bajunya, kedua tanganku yang kususupkan ke punggungnya sibuk mencari kaitan BH-nya dan segera saja kulepas begitu aku temukan. Dengan satu tarikan saja terlepaslah penutup dadanya dan dua bukit putih mulus dengan pentil pink yang kecil segera terpampang indah didepanku. Kuremas pelan dua susunya yang besar namun sayang tidak begitu kenyal sehingga terkesan sedikit lembek.
Puting susunya yang mungil tak luput dari serangan lidahku. Setiap aku jilati puting mungil tersebut, Lydia mendesah pelan dan itu membuatku semakin terangsang saja. Entah bagaimana kabar penisku yang sedari tadi telah tegak berdiri namun terjepit diantara celanaku dan selangkangannya.
Putingnya yang kecil memang sedikit menyusahkan buatku sewaktu menyedot bergantian dari toket kiri ke toket kanannya, namun desahan serta gerakan-gerakan tubuhnya yang menandakan dia juga terangsang membuatku tak tahan untuk segera bergerilya ke perutnya yang sedikit berlemak.

Namun ketika aku hendak melepas celananya, tiba-tiba saja dia menahan tanganku.
“Jangan Riko!”
“Kenapa?”
“Jangan terlalu jauh..”
“Wah, masa berhenti setengah-setengah, nanggung nih..”
“Pokoknya nggak boleh” setengah berteriak Lydia bangkit dan duduk di ranjang.
Kulihat dua susunya bergantung dengan anggunnya di hadapanku.
“Kasihan ama ini nih, udah berdiri dari tadi, masa disuruh bobo lagi?” tanyaku sambil menunjuk ke arah penisku yang membusung menonjol dari balik celana pendekku.
Tanpa kusangka lagi, tiba-tiba saja Lydia meloroti celanaku plus celana dalamku sekalian.
Aku hanya diam ketika dia melakukan hal itu, pikirku mungkin saja dia berubah pikiran.
Tetapi ternyata dia kemudian menggenggam penisku dan dengan pelan mengocok penisku naik turun dengan irama yang teratur.
Aku menyandarkan tubuhku pada dinding kamar dan masih dengan posisi jongkok dihadapanku Lydia tersenyum sambil terus mengocok batang penisku tetapi semakin lama semakin cepat.
Nafasku memburu kencang dan jantungku berdegub semakin tak beraturan dibuatnya, walaupun aku sangat sering masturbasi, tapi pengalaman dikocok oleh seorang cewek adalah yang pertama bagiku, apalagi ditambah pemandangan dua susu montok yang ikut bergoyang karena gerakan pemiliknya yang sedang menocok penisku bergantian dengan tangan kiri dan kanannya.
“Lyd.. mau keluar nih..” lirih kataku sambil memejamkan mata meresapi kenikmatan ini.
“Bentar, tahan dulu Ko..”jawabnya sambil melepaskan kocokannya.
“Loh kok dilepas?” tanyaku kaget.
Tanpa menjawab pertanyaanku, Lydia mendekatkan dadanya ke arah penisku dan tanpa sempat aku menebak maksudnya, dia menjepit penisku dengan dua susunya yang besar itu. Sensasi luar biasa aku dapatkan dari penisku yang dijepit oleh dua gunung kembar itu membuatku terkesiap menahan napas. Sebelum aku sempat bertindak apa-apa, dia kembali mengocok penisku yang terjepit diantara dua susunya yang kini ditahan dengan menggunakan kedua tangannya.

Kali ini seluruh urat-urat dan sendi-sendi di sekujur tubuhku pun turut merasakan kenikmatan yang lebih besar daripada kocokan dengan tangannya tadi.
“Enak nggak Ko?” tanyanya lirih kepadaku sambil menatap mataku.
“Gila.. enak banget Sayang.. terus kocok yang kencang..”
Tanganku yang masih bebas kugerakkan kearah pahanya yang mulus. Sesekali memutar arah ke bagian belakang untuk merasakan pantatnya yang lembut.
“Ahh.. ohh..” desahnya pelan sambil kembali memejamkan matanya.
Kocokan serta jepitan susunya yang semakin keras semakin membuatku lupa daratan.
“Lyd.. aku keluar..”
Tanpa bisa kutahan lagi semprotan lahar panasku yang kental segera menyembur keluar dan membasahi lehernya dan sebagian area dadanya. Seluruh tubuhku lemas seketika dan hanya bisa bersandar di dinding kamar. Aku memandang nanar ke Lydia yang saat itu bangkit berdiri dan mencari tissue untuk membersihkan bekas spermaku. Ketika menemukan apa yang dicari, sambil tersenyum lagi dia bertanya
“Kamu seneng nggak”
Aku mengangguk sambil membalas senyumannya.
“Jangan bilang siapa-siapa yah, apalagi sama Voni” katanya memperingatkanku sambil memakai kembali BH dan bajunya yang tadi kulempar entah kemana.
“Iyalah.. masa gue bilang-bilang, nanti kamu nggak mau lagi ngocokin gue”
Lydia kembali hanya tersenyum padaku dan setelah menyisir rambut panjangnya dia pun beranjak menuju pintu.
“Gue bersih-bersih dulu yah, abis itu mau bobo” ujarnya sebelum membuka pintu.
“Thanks yah Lyd.. besok kesini lagi yah” balasku sambil menatap pintu yang kemudian ditutup kembali oleh Lydia.
Aku memejamkan mata sejenak untuk mengingat kejadian yang barusan berlalu, mimpi apa aku semalam bisa mendapat keberuntungan seperti ini. Tak sabar aku menunggu besok tiba, siapa tahu ternyata bisa mendapatkan lebih dari ini. Mungkin saja suatu saat aku bisa merasakan kenikmatan dari lubang surga Lydia, yang pasti aku harus ingat untuk menyediakan kondom di kamarku dulu.

Lihat Juga :CERITA DEWASA PACAR TEMAN YANG SANGE

Tamat.

Cerita Dewasa 2017 Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA

$
0
0

Cerita Dewasa 2017 Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA – Situs Terlengkap Untuk Cerita Dewasa Pribadi, Cerita Sex Terbaru, Cerita Mesum, Cerita Ngentot, Cerita Hot, Cerita ABG, Cerita Tante-tante, Cerita Sex Jilbab, Seks Bergambar, Cerita Seks Dewasa, Kumpulan Cerita Seks Dewasa. Cerita Sex Terbaru, Cerita Seks Bergambar, Cerita Sex Dewasa, Cerita Mesum Terbaru. Seperti biasanya admin akan berbagikumpulan cerita dewasa terbaru hanya di blog Berita gue akan Berbagi Cerita Ngentot, Cerita ML, Sex Porno, Cerita Ngentot, Cerita bergambar, cerita sedarah, cerita 18+, 17+ dan Cerita Bercinta lainnya.

Kali ini admin mengambil topik cerita berjudul “Cerita 18+, Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA ” semoga setelah membaca Cerita 18+, Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA  asrat agan-agan sekalian tentang Cerita dewasa,cerita ngentot, cerita sek dan cerita hot bisa terpuaskan.,langsunga aja di nikmati Cerita 18+, Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA Cerita 18+, Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA  ~ Cerita Hot 2013 , Cerita dewasa Hot , untuk sobat yg sedang mencari informasi mengenai Cerita 18+, Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA  ini secara lengkap akan saya berikan khusus untuk sobat sekalian.

Cerita Dewasa, Cerita Mesum, Cerita Ngentot Janda, Cerita Ngentot Pembantu, Cerita Ngentot Perawan, Cerita Panas, Cerita Pemerkosaan, Cerita Seks Indonesia, Cerita Seks Sedarah, Cerita Selingkuh, Cerita SEX, Cerita Skandal, Cerita Tante Girang, Cewek Telanjang, Foto Bugil, Memek Perawan, Tante Girang, Toket Gede Mulus |  Cerita Dewasa, Cerita Eksebionis, Cerita Mesum, Cerita Selingkuh, Cerita Sex, Cerita Skandal

Cerita 18+, Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA ~ Suatu hari pas aq sedang turun kelapangan untuk menjaga lahan parkirku , tepatnya ketika para pengunjung sudah banyak pulang dan aq pun mau pulang tetapi sayang masih ada beberapa motor lagi yg belum keluar dari tempatku . Terpaksa aq menunggu saja daripada aq sdia-sdiakan sisanya karena lumayan bisa buat beli rokok bila semua dari sisa motor yg belum keluar itu . Tak lama kemuddian ada 2 orang Abg masih beldia kaket dan kutaksir saja mereka berdua masih SMU . Ketika dia mau mengambil motornya , aq pun langsung spontan saja pengen mengajaknya ngobrol.

Obat Pembesar Penis
” Sudah mau pulang ya dek ?? ” tanyaq
” Hmm . . iya kak , sudah malem nih ” katanya
” Belum malem kok , baru pukul setengah 10 nih ” katanya
” Iya sih , sebenernya masih awal sih , tapi taqt nyokap nyariin ” katanya
” Oya ?? anak nyokap donk kalian ” candaq
” Bukan donk . . cuma gak enak aja kalo bohong “
” Udah sar , jangan pulang dulu , qita jalan-jalan lagi aja yuk . Qmu nginap sama aq aja dirumah kakek . Telpon aja nyokap qmu , bilangin nginap dirumah kakek aq . Kakek udah tidur jam segini . Gak bakalan tahu ddia kalo qita pulangnya udah malem . Mau gak? ” potong temannya
” Nah . . bener tuh , sayg donk waktu muda gak dihabisin dengan senang-senang . Ikutin aja apa kata temen qmu itu bdiar nanti qmu gak nyesel dan dapat pengalaman baru ” kataq
” Eeehh . . hmmm . . Ntar aq telpon nyokap dulu ya , qmu tunggu disini dulu ” katanya
Anak itu pergi menjauh dari aq dan temannya untuk menelpon nyokapnya .
” Nama qmu sdiapa dek? ” tanyaq kepada temannya
” Shinta kak , yg itu namanya Sarah ” katanya
” Masih sekolah? ” tanyaq
” Iya kak masih SMU , kelas 2 ” katanya
” Kalian cuma teman sekelas atau masih sodara? ” tanyaq
” Cuma teman sekelas aja sih , tapi udah kayak sodara . ” katanya
” Kalian cantik-cantik menurut akak , sudah punya pacar? ” tanyaq lagi
” Belum kak , taqt sama bokap . Gak bakal diizinin sama bokap kalo aq pacaran ” katanya
” Bokap qmu bener sih , tapi kan kalo qmu mau . . kan bisa pacaran sembunyi-sembunyi . . bener gak ? ” kataq
Tiba-tiba Sarah sudah selesai nelpon nyokapnya . . datang menghampiri dan memutuskan pembicaraanku dengan Shinta .
” Udah Shin , nyokap ngizinin aq nginap sama qmu . Abis ini mau jalan kemana? ” tanyanya
” Qita muter-muter dulu cari tempat yg asyik buat qita nongkrong ” kata Shinta
” Ya udah , yuk . . Oya nih kak uang parkirnya ” kata Sarah memberiku uang parkir
” Gak usah dek , ambil aja . Lagdian akak perhatiin kalian juga sesarg datang kemari ” katanya
” Oh ya udah , makasih ya kak ” katanya langsung menancap gas meninggalkanku
Aq pun kembali sendiri menunggu sisa motor yg laen yg belum keluar . Dasar nasib , gara cuma nunggu 5 motor lagi aq harus menunggu 1 jam lebih belum juga keluar . Tak lama kemuddian 2 Abg tadi datang lagi kepadaq , sepertinya ada masalah bila aq lihat paras mereka .
” Kok kembali lagi dek? ” tanyaq
” Anu kak , kami tadi diikutin beberapa orang tak dikenal . Kami taqt , makanya kami kemari lagi mau minta tolong sama akak ” kata Sarah
” Oh , mana orangnya ? ” tanyaq
Tiba-tiba datang 5 buah motor yg dikendarai 5 orang Lelaki sebayaq .
” Oh kalian rupanya? ” kataq kepada semua yg datang
” Halo Kak Toyib , sorry kak ganggu nih . Kami mau bersenang-senang dengan mereka dulu kak ” kata salah satu dari mereka sambil menunjuk kepada Shinta dan Sarah
” Mending kalian semua cari yg laen aja ” kataq
” Lho kenapa kak? Kami kan tak mengganggu akak ” katanya
” Lho semua mau mampus apa di tangan gue? hah ??? ” bentakku
” Ja . . .jangan kak . . ampun deh . . sorry kak . . ” katanya
” Eh kalian memang lagi beruntung kenal dengan kak Toyib , kalo nggak kalian pasti kena dengan kami ” kata temannya
Aq pun secara spontan melaygkan tamparan kemukanya . . ” Plaaakkk “
” Woy , udah gue bilang pulang ya pulang . Jangan banyak bacot lo . . beneran mau mampus lo? ” bentakku sambil menarik bajunya . .
” Ehhh . . . iii . . .iiiiya kak . . ampun ” katanya dan mereka semua langsung kabur .
” Udah dek , sekarang aman . . kalian boleh pulang . Akak jamin mereka pasti gak akan ngikutin kalian lagi ” kataq
” Gak mau kak , kami mau pulang masih taqt di ikutin lagi sama mereka ” kata Sarah
” Iya kak , mereka pasti masih dendam sama kami ” kata Shinta
” Ya sudah , kalo mau disini ya silahkan sambil nemenin akak parkir . Ntar abis selesai parkir akak antesar kalian pulang ” kataq
” Iya kak gpp , kami disini aja deh . . ” kata Shinta
Setengah jam kemuddian parkirku selesai , aq pun mengantar mereka pulang . Didalam perjalanan aq sengaja menyuruh mereka jalan duluan dan aq mengikuti mereka dari belakang , ternyata Shinta dan Sarah benar . Orang orang tak dikenal tadi masih mengikuti mereka . Malah mereka berani menghentikan Shinta dan Sarah ditengah jalan . Aq langsung saja melaju kearah mereka . Aq parkirkan motorku ditepi jalan dan langsung saja aq mengeluarkan Badik yg kuselipkan didalam jaket dan kutodongkan kesalah satu dari mereka .
” Kalian memang bener-bener mau cari mampus sama gue ya? ” kataq sambil menyayat sedikit mukanya
” Kak , jangan kak . . Oke . .oke . . kami nyerah dan minta maaf . . ” katanya langsung kabur bersama teman-temannya meninggalkan kami .
” Shinta , Sarah . . udah ayo pulang . Udah gpp . . ” kataq dan mereka melanjutkan perjalanan .
Beberapa menit kemuddian sampailah kami dirumah kakek Shinta .
” Kak , gak masuk sekalian dulu ” katanya
” Ah gak usah , gak enak sama orang rumah disini ” kataq
” Gpp kok kak , disini memang gak ada orang . Kakek dan nenek gak ada dirumah , mereka nginap ditempat paman . Baru tadi sore kakek nelpon aq . ” kata Shinta
” Masa? Kalo gitu sih boleh-boleh aja , akak juga mau minta minum sama qmu , akak haus nih ” kataq
Kamipun masuk kedalam rumah , Shinta langsung mengunci pintu rumahnya .
” Akak nginep disini aja , kami taqt kak soalnya gak ada laki-laki dirumah ini yg bisa jagain kami bila kami tidur nanti ” kata Shinta
” Iya kak , please deh . . ” sahut Sarah
” Ok lah kalo itu yg kalian mau . Tapi jangan salahkan akak ya kalo tetangga sebelah tahu ada akak nginep disini sama kalian ” kataq
” Gpp kak , daripada kami ketaqtan disini dengan hal yg tadi . Mendingan ada akak disini , kami bisa merasa lega rasanya ” kata Sarah
Shintapun langsung kedapur , mengambil air putih untukku .
” Oya shin , aq numpang mandi ya , gerah nih rasanya ” kata Sarah sambil meninggalkanku sendiri diruang tamu .
Tak lama kemuddian Shinta datang menghampiriku sambil membawa segelas air putihnya untukku . Aq langsung menerimanya .
” Kak , nanti kalo mau tidur dikamarku aja ya , sama Sarah . Kami jadi tenang kalo ada akak yg jagain disamping kami . Mau ya ” kata Shinta
” Gak usah , diluar aja ” kataq
” Mau ya kak , Shinta beneran taqt kak sejak kejaddian tadi ” kata Shinta
” Iya deh , untung aja kalian sudah kenal dengan akak . Coba kalo gak , gimana nasib kalian hari ini bila bertemu mereka tadi ” kataq
” Hehe . . iya kak , makasih . Akak kayaknya preman ya? Kok aq ldiat mereka semua taqt sama akak . Kalo bukan preman , pikirku kenapa mereka harus taqt sama akak . Bener gak ? ” kata Shinta
” Akak bukan preman , kalo preman akak pasti sudah dapat jatah disana sini , ngapain akak harus jaga parkir ” kataq
” Tapi kenapa mereka taqt sama akak? ” tanya Shinta
” Ya gak tahu , mungkin aja mereka anggap akak ini seperti preman . Soalnya akak pernah berantem lawan 8 orang , dan salah satu dari mereka tewas ditangan akak . Ya itu dulu , lagdian akak sudah menjalani hukuman 2 tahun setengah didalam penjara . Itu karena akak bukan sengaja membunuh melainkan akak membela diri dari pada akak yg mati . Mungkin sejak kejaddian itu maka sampailah dari mulut kemulut bahwa akak adalah seorang preman . Padahal kenyataannya , kena pisaupun akak pasti luka dan berdarah . ” jelasku kepada Shinta
” Kak , jujur aq lihat akak seperti ada yg istimewa dalam diri akak , bukan karena aq telah ditolongin akak tadi . Aq melihat akak adalah sosok yg pantas buatku ” kata Shinta
” Apa maksud qmu? akak gak ngerti ” kataq
” Aq ingin akak mau jadi pacarku , sudah lama aq memperhatikan akak , cuma hari ini adalah hari yg kebetulan qita ketemu dan ngobrol bersama ” kata Shinta
” Hahaha . . Aneh , begini kenapa akak bilang aneh , pertama qmu belum kenal dengan akak lebih dalam , kedua . . akak ini jelek , lihat aja gigi akak aja ilang satu didepan . Masa qmu suka sama akak sementara masih banyak cowok sebaya qmu yg lebih dari akak ” kataq
” Iya kak , tapi entah kenapa hati aq memilih akak . Jujur , aq cari cowok bukan dari parasnya , uangnya atau pekerjaannya . Tapi aq mencari cowok yg bisa jagain aq dari segala gangguan dan aq melihat akak adalah cowok yg aq idam-idamkan ” katanya sambil meraih tanganku dan langsung menciumnya
Cerita Dewasa Memuaskan Teman SMA Terbaru 2013
Cerita Seks Memuaskan Teman SMA Terbaru 2013
Cerita Ngentot Memuaskan Teman SMA Terbaru 2013
Aq hanya bisa termenung dan tak bisa berkata apa-apa . Tiba-tiba ddia menyapaq . .
” Kak , kok ddiam? gak mau ya sama aq ” tanyanya
” Bukan begitu , akak lagi berpikir . Akak bingung harus menerima atau tidak , bilang akak menerima qmu , apa kata teman-teman qmu , keluarga qmu namun bila akak tidak menerima qmu berarti akak menydia-nydiakan kesempatan dan akak sendiri memang belum punya pacar dan kebetulan akak memang sedang mancari pacar . Akak tidak menygka ternyata malah qmu yg bilang duluan sama akak ” kataq
” Ya , aq cinta sama akak walau cuma melihat akak dari jauh selama ini . Baru kali ini qita bisa dekat , dan hari ini aq untuk pertama kalinya nembak cowok ” katanya
” Oke , akak mau sama qmu dan akak harap qmu gak kecewa bila setelah tuu akak itu seperti apa suatu saat nanti ” kataq
” Aq sdiap menerima apapun yg terjadi , qita jalani saja kak ” katanya sambil mencium bibirku
Aq langsung mendorongnya , dan Shinta pun langsung menggerutu .
” Shinta , belum saatnya . . sudah qmu tidur aja ” kataq
” Oke . . makasih akakku sayg , Shinta pashin tidur . Kalo mau qita tidur bareng sama Sarah di kamar , Gpp kok . Nanti aq sdiapin buat akak ” katanya
” Gak usah , akak tidur disofa aja ” kataq
Aq perhatikan Shinta meninggalkanku , lalu kulihat dari jauh ternyata Sarah sudah tidur duluan . Aq pun kembali merenungi nasibku hari ini . Akhirnya aq dapat pacar lagi , padahal aq baru putus bulan lalu . Tapi aq benar-benar bingung , kenapa banyak wanita yg ingin menjadi pacarku . Akhirnya aq pun terlelap . Entah apa yg terjadi , aq terkakun dari tidurku karena merasa haus . Aq pergi kedapur untuk mengambil air putih , tak sengaja aq melihat kearah kamar mandi , aq melihat Sarah sedang buang air kecil karena Sarah tidak menutup pintu . Langsung saja gairahku meningkat melihat kejaddian itu . Aq pun menuju kekamar mandi . .
” Ehh kak , maaf lupa ngunci pintu . Tadi aq pikir udah gak ada orang kesini , tadinya aq lihat Shinta sudah lelap dan akak pun juga terlelap , makanya gak aq kunci ” kata Sarah
” Sar . . ” kataq langsung memeluk tubuh Sarah
” Eh kak , jangan . . ” katanya
” Sar . . Hmm . . ” kataq sambil meraba Vaginanya
” Kak , jangan . . . kak ” katanya berusaha memberontak dari pelukanku
” Akak mau melaqkannya sama qmu sar , akak gak bisa nahan lagi sar , maafin akak ” kataq
” Jangan kak , please kak . . ” katanya
Aq langsung melepas pakainku semua , lalu buka kaki dan pahanya Sarah . Aq menjilati vaginanya sementara Sarah terus saja memberontak tetapi tak bersuara yg bisa membuat Shinta kakun . Aq tak peduli walupun Shinta kakun , aq tetap saja ingin menikmati tubuh Sarah .
” Sssstttt . . . aaahhh . . hmmm ” desah Sarah
Puas dengan menjilati vagina Sarah aq pun membuka baju Sarah dan menikmati payudara Sarah . Putingnya aq hisap secara bergantdian dan Sarah tak menolak lagi atas perlaqanku terhadapnya .
” Ehhhmmm . . aaahhh kak , sssssttt aaahhh terus kak ” katanya
Beberapa menit kemuddian setelah puas menjilati tubuh Sarah , aq memandu batang penisku ke arah lukak vaginanya . Lalu keterobos saja dan memang sih agak susah tetapi aq berusaha menghujamkannya sampai bisa masuk . Dan akhirnya masuk . .
” Awww . . . aduh , sakit kak . . ” kata Sarah
” Tahan aja sayg , nikmati saja . Memang beginilah rasanya kalau qmu belum pernah melaqkan ini . Nanti juga bakal lain rasanya . Nikmati saja ya ” kataq sambil mencium dan melumat bibirnya .
Setelah Sarah tak bersuara lagi , aq pelan-pelang memompa vaginanya .
” Aaaahhh . . terus kak , enak kak rasanya udah gak sakit lagi kayak tadi ” katanya
Aq pun mempercepat gerakanku memompa vaginanya . Akan tetapi aq tidak ingin permainan ini cepat selesai , aq pun mencabut batang penisku dari vaginanya dan kusodorkan kemulutnya .
” Sar , buka mulutmu sayg ” kataq
” Gak mau kak , aq geli dan jijik kak ” katanya
” Buka aja sar , maukan qmu beri akak kepuasan? Nanti akak pasti akan membalasnya , akak akan memberikanmu kepuasan juga . Please . . ” kataq
Sarah pelan tapi pasti membuka mulutnya , aq langsung saja menancapkan batang penisku kedalam mulutnya . Ku pandu Sarah dengan memegang kepalanya agar mengikuti iramaq .
” Weeekkk , aaahhh . . . kak sudah ya ” katanya
” Ya sudah gpp , qmu buka paha qmu , akak akan beri qmu kepuasan seperti janji akak tadi ” kataq
Sarah membuka kakinya dan melebarkan pahanya , aq lalu mengecup klitorisnya dan ku jilati hingga Sarah mengelinjang , ku gigit sedikit klitorisnya . .
” Aww . . aah yeaah ssssttt ” desahnya seisarg gerak tubuhnya yg mengelinjang sambil tangannya menahan kepalaq . Setelah kurasa cukup aq pun kembali menancapkan batang penisku kedalam lukak vaginanya .
” Aduh , pelan-pelan kak ” pintanya

Lihat Juga :  Cerita Dewasa Kenikmatan Jepitan Susu Lidya

Aq menurutinya dan setelah batang penisku kembali masuk aq pun mulai memompa vaginanya dengan gerakan perlahan hingga sedikit demi sedikit kupercepat gerakanku . Sarah sudah mulai meracau omongannya dan tak begitu jelas kudengar kata-katanya ditelingaq . Beberapa menit kemuddian aq merasa akan mencapai puncak klimaks dan langsung saja aq cabut batang penisku dan kutumpahkan spermaq di pantatnya .
” Ooohhhh yeeeeaaaaahhh Sarah . . . . Ssssttt aaahh yeaahh ” kataq
Setelah puas aq melihat cairan spermaq mengalir kebawah mengenai vaginanya dan akhirnya jatuh kelantai . Kupeluk tubuh Sarah dan kulumat bibirnya . Lalu kami pun membersihkan diri kami masing-masing dengan air yg ada dikamar mandi . Dan kami pun mengenakan pakain kami masing-masing .
” Sarah , terimakasih ya . Akak minta maaf kaket sama qmu telah merenggut mahkota qmu ” kataq
” Sebenarnya Sarah sedih kak , tapi apa yg harus disesali bila semuanya sudah terjadi? Sarah juga merasa puas kak , ini pengalaman yg berharga bagi Sarah ” katanya
” Ya sudah , qmu jangan cerita sama sdiapapun , termasuk sama Shinta ya . Akak gak mau Shinta kecewa sama akak ” kataq
” Apa maksud akak ? ” kata Sarah
” Hmm anu . . Shinta , Sar . . Akak sudah jaddian sama Shinta tadi sebelum tidur ” kataq
” Kak , aq gimana? ” tanya Sarah
” Ya , qmu maunya gimana? ” kataq
” Aq juga mau jadi pacar akak , aq gak mau disdia-sdiakan setelah kejaddian ini ” kata Sarah
” Ya sudah , qmu juga pacar akak , tapi jangan bilang sama Shinta kalo qita juga pacaran ya . Qmu tolongin akak sar , akak gak mau Shinta kecewa . Janji ya ? ”

kata q sambil menunjukkan jari kelingking kedepannya Sarah pun menunjukkan jari kelingkingnya dan menyentuhkan jari kelingkingnya ke jari kelingkingku. Kamipun keluar dari kamar mandi. Sarah menuju kamar dan aq kembali tidur disofa. Sejak kejaddian itu, aq lebih sesarg melaqkan sex dengan Sarah dan Shinta sama sekali tak kusentuh sedikitpun. Hubungan itu kami laqkan sampai Sarah nyerah kepada Shinta dan rela melepasku agar aq kembali kepada Shinta. Dan Shinta tak pernah tahu aq berpacaran juga dengan sahabatnya. Akhirnya Sarah punya pacar baru namun dia masih saja tak bisa melupakanku. Dia masih saja menelpon atau SMS aq untuk bertemu dan melaqkan hubungan sex.

Cerita Dewasa Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Dewasa Bugil, Cerita Dewasa Ngentot memek, abg lucah, cerita 21+ selingkuh, cerita bokep terpanas, cerita mesum terbaru, cerita seks bergambar, cerita sex dewasa, janda gatel, janda gersang, ngentot dengan abg, ngentot dengan istri, ngentot dengan majikan, ngentot dengan pembantu, pecah selaput darah.

Tamat

Cerita Dewasa HOT Berlibur Ke Kebun Apel

$
0
0

Cerita Dewasa HOT Berlibur Ke Kebun Apel – Selamat bertemu kembali kepada Saya, semoga anda para penggemar situs ini tidak bosan berjumpa lagi dengan Saya. Kali ini Saya ingin menceritakan pengalaman yang tak akan pernah terlupakan disaat masih SMA dulu pada tahun ajaran 1991. Kisah ini benar-benar Saya alami bersama teman-teman satu genk yang saling berpasangan. Kami mempunyai anggota sekitar tujuh pasang alias empat belas orang yang berlainan jenis. Kami dalam kelompok sudah tidak ada lagi rahasia-rahasiaan dan sudah saling bantu baik dalam suka maupun duka.

Pada saat liburan Sekolah, Genk Kami mengadakan piknik ked aerah Puncak tepatnya dekat perkebunan teh Gunung Mas. Disana salah seorang anggota ada yang mempunyai Villa tepat ditepi jalan raya yang tidak pernah ada sepinya, sehingga suara deru mesin mobil yang lalu lalang sangat mengganggu kami tidur. Villa tersebut mempunyai delapan kamar tidur dan Kami mengisi kamar tersebut dengan pasangan masing-masing. Saya mendapat kamar tidur didepan yang sangat dekat dengan jalan raya yang bising, sehingga Saya dan pacar Saya sebut saja Henny tidak dapat tidur, padahal jam telah menunjukkan pukul 01.15 wib.

Saya dan Henny hanya bisa mengobrol saja diatas tempat tidur, karena belum bisa memejamkan mata. Sambil bercerita Saya sesekali meminum minuman beralkohol yang Saya bawa dari Jakarta, maklum udara Puncak saat itu dingin sekali karena sorenya baru diterpa oleh hujan deras. Henny mendekatkan tubuhnya ke tubuh Saya yang tidur hanya mengenakan celana basket yang pendek dan tidak memakai baju, karena sudah terbiasa tidur seperti itu.

Suasana di Villa terasa hening, sebab para penghuninya sudah memasuki kamarnya masing-masing. Saya mendekap Henny yang badannya terasa dingin agar hangat, Henny berusaha untuk memejamkan matanya tetapi tidak bisa karena bising oleh suara deru mesin mobil yang lalu lalang. Saya melihat hal itu merasa kasihan dengannya, maka Saya berusaha membuat badannya hangat agar Henny dapat tidur.

“Tidurlah sayang..” kataku pelan.
“Nggak bisa.. Berisik sich..” jawabnya.
“Sudah usahakan merem dech..” kataku lagi.
“Iyaa.. Ini juga lagi diusahakan..” jawabnya lagi.

Saya membantu menina bobokan Henny dengan mengusa-usap rambutnya agar Henny bisa tidur sambil memeluknya agar tubuhnya terasa hangat. Kami berpelukkan saling berhadapan sehingga tanpa sadar kemaluan Saya menyetuh kemaluannya yang masih menggunakan pakaian dan membuat batang kemaluan Saya mengeras perlahan-lahan. Hennypun merasakan adanya sesuatu yang menonjok-nonjok kemaluannya dari depan.

“Yang.. Kamu.. Ngapain..?” tanyanya.
“Nggak ngapa-ngapain..” jawabku.
“Adik Kamu nakal tuch..” katanya.
“Mana Kamu tahu kalau adik Saya nakal..” kataku belum ngerti makasudnya.
“Henny tahu dong..” jawabnya lagi.
“Dari mana..?” tanyaku penasaran.
“Tuchh.. Mulai nusuk-nusuk Henny..” jawabnya sambil senyum.
“Ooh.. Adik yang itu..” kataku tersipu malu.
“Hee.. Telmi yaa..” ledeknya.

Saking malunya Saya langsung mengulum bibirnya dengan penuh nafsu dan Hennypun membalasnya dengan semangat. Saya mengusap-usap punggungnya perlahan-lahan agar Henny merasakan kelembutan belaian dari Saya. Henny terus melumat bibir Saya sambil memeluk tubuh Saya dengan eratnya sehingga membuat sesak nafas. Melihat hal tersebut Saya berusaha meneruskan belaian kebagian bawah lagi yaitu sekitar pantatnya yang ranum dan menantang bila sedang jalan.

Henny melepaskan pagutannya dan langsung menciumi leher yang dilanjutkan kedada Saya sambil menggigit kecil pada puting dada Saya. Saya semakin bertambah nafsu dan tangan Saya mulai meraba sekitar selangkangannya yang masih mengenakan CD. Henny menarik pantatnya ke belakang agar Saya tidak menyentuh vaginanya. Saya berusaha meraihnya lagi, tetapi Henny malah bangun dan berkata, “Yang.. Jangan lakukan itu.. Kita masih sekolah dan belum siap..”.

Mendengar itu Saya menghentikan dan merebahkan tubuh sambil menatap langit-langit sambil berfikir macam-macam. Melihat Saya termenung Henny mendekatkan wajahnya ke telinga Saya sambil berbisik pelan.

“Yang.. Jangan marah yaa..” pintanya.

Saya masih pura-pura tidak mendengarkan bisikkanya.

“Yang.. Kok diem aja..” rengeknya sambil mengguncang-guncang tubuh Saya.

Saya masih diam tanpa menghiraukannya.

“Yaang..” rengeknya lagi.

Henny melihat hal itu langsung memberanikan diri utnuk mencium bibirku sebagai permintaan maafnya kepada Saya. Saya masih tetap pura-pura diam dan tidak membalas kuluman bibir Henny.

“Yang.. Kamu bener marah nich..?” rengeknya setelah melihat Saya tanpa reaksi.

Saya masih tetap membisu sambil meneguk sisa minuman dari botolnya. Henny merebahkan dirinya disebelahku sambil menatap kelangit-langit. Sayapun mengitkuti dengan menatap keatas juga. Lima belas menit lamanya ruangan yang Kami tempati terasa hening.

“Yang.. Kamu marah yaa..” rengeknya sambil mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Melihat hal itu Saya nggak tega melihatnya, maka Saya sambut bibirnya dengan lumatan dan pelukkan. Henny kaget mendapat serangan mendadak seperti itu langsung tubuhnya menindih tubuh Saya sambil membalas memeluk dan mengulum bibir Saya dengan penuh nafsu karena girang. Saya terus mengusap-usap bokongnya sambil menggesekkan kemaluan yang sedang ditekan oleh vaginanya Henny.

Henny tidak melepaskan pagutannya dari bibir Saya, Saya langsung menaikkan dasternya dan memasukkan tangan Saya ke cdnya dari belakang sambil menyentuh lubang anusnya yang dilanjutkan ke vaginanya. Henny menggeser naik tubuhnya ketika salah satu jariku mencoba meraba lubang vaginanya, sehingga kemaluan Saya terasa digesek-gesek.

“Yang.. Jangan lakukan itu ya.. aa..” rengeknya.
“Saya nggak tahan nich yang..” pintaku seolah merengek kepadanya.
“Jangan dulu yaa..” mohonnya lagi.

Mendengar itu Saya banting ke kiri agar Henny rebah dan langsung Saya tindih karena Saya berada diatas tubuhnya sambil menciumi lehernya dan turun kebagian dadanya yang dasternya sudah Saya singkap keatas. Saya mulai melepaskan BH nya yang masih melekat dan menjilati putingnya sehingga membuat Henny menggelinjang ke kanan dan kiri. Ciuman Saya teruskan pada perutnya dan terus turun kebawah untuk menciumi vaginanya yang masih mengenakan CD, kemudian secara perlahan Saya merosotkan CD-nya yang langsung Saya jilati klitorisnya yang menyembul sehingga membuat Henny kegelian dan membuka kedua pahanya mengangkang lebar yang membuat Saya lebih leluasa menjilati hingga masuk kebagian dalam lubang vaginanya. Lubang vagina Henny sudah mulai agak basah karena cairan kenikmatan sudah keluar sedikit demi sedikit mengalir. Saya semakin bernafsu menjilati sambil menyeruput bagaikan sedang menikmati minum kopi hangat yang baru diseduh.

“Yaang.. Oouuch..” desahnya panjang sambil menaik rambut Saya.

Rupanya Henny telah mencapai orgasmenya. Saya menghentikan permainan ini dan Saya hampiri wajahnya sambil berbisik ditelinganya.

“Enak yaa..” ledekku sambil tersenyum.
“Aacchh..” rengeknya sambil mencubit lenganku manja.
“Tadi pura-pura nggak mau..” ledekku lagi.

Henny tersenyum dan langsung mengulum bibirku dengan manja, Saya memintanya agar gantian Henny melakukan hal serupa seperti yang Saya lakukan terhadapnya. Tanpa dikomando Hennypun langsung menjilati leherku terus turun kedada dan perutku.

Ketika jilatan sudah sampai diperutku, tangan Henny merosotkan celana basketku dan menyembullah kemaluanku yang sudah tegang sejak tadi, maklum kalau tidur nggak pernah pakai CD. Henny langsung menyambut kemaluanku dengan lumatan bibirnya sambil mengulum turun naik. Saya melepaskan daster Henny yang masih melekat ditubuhnya sehingga bugil.

Saya miminta agar Henny menaikki tubuh Saya sambil mengangkangkan pahanya, Henny menggelengkan kepalanya karena belum bisa. Akhirnya Saya suruh Henny merebahkan tubuhnya ditempat tidur sambil pantatnya diganjal oleh bantal. Hennypun melaksanakannya dengan perasaan berdebar-debar karena baru pertama kali melakukan hal ini.

Saya mengarahkan kepala kemaluan Saya kebibir vagina Henny, Saya tempelkan kepalanya sambil menggesekkan perlahan terus agak ditekan sedikit demi sedikit agar Henny tidak merasa sakit saat kemaluanku memasuki lubang vaginanya.

“Yang.. Pelaan..” rengeknya ketika kepala kemaluanku masuk.
“Ini sudah pelan sayang..” kataku berbisik sambil terus menekan.
“Oouuchh.. Yaanngg..” desahnya.

Saya mulai memompa kemaluan Saya keluar masuk perlahan agar Henny tidak merasa sakit. Beberapa menit kemudian Henny menggoyangkan pinggulnya kekanan dan kekiri dengan cepat, karena sudah merasakan nikmat yang sebentar lagi mencapai orgasmenya.

“Yaang.. Nggaak.. Kuuaat.. Hmm ” desahnya sambil mengulum bibir Saya dan Saya merasakan pada batang kemaluan ada cairan hangat. Saya semakin bernafsu dan menggoyang lebih cepat lagi agar menyusul surga kenikmatan yang baru pertama kali dirasakan.

Sepuluh menit kemudian Saya sudah mulai terasa ada gumpalan cairan yang akan keluar dari kepala kemaluan Saya, maka Saya semakin gila memompa dan rupanya Henny juga sudah bangkit lagi untuk yang kedua kalinya mencapai orgasmenya.

“Yaangg.. Saayyaa..” desah Saya terputus ketika semburan pertama menyemprotkan sperma secara kencang.
“Yang.. Henny.. Jugaa.. Hheemm..” desahnya sambil meraih bibir Saya untuk dikulumnya dan memeluk tubuh Saya dengan eratnya.

Sprei biru muda yang terpasang ditempat tidur basah oleh peluh Kami dan ada noda cairan kenikmatan yang berwarna merah muda mengalir dari lubang vagina Henny. Rupanya Henny benar-benar masih perawan ting-ting. Saya melepaskan kemaluan Saya dari lubang vagina Henny ketika sudah mulai menciut dan langsung merebahkan diri disisinya.

Henny memelukku dan menciumi bibirku sambil mengucapkan terima kasih atas permainannya.

“Terima kasih yaa yang..” ucapnya ditelingaku.
“Sama-sama..” jawabku sambil senyum kemenangan.
“Kamu Sayangkan sama Henny..?” tanyanya.
“Iyaa dong..” jawabku.
“Kalau Henny Hamil, Kamu maukan tanggung jawab..?” tanyanya lagi.
“Tentu dong.. Kan cuma Saya yang malakukannya..” jawabku untuk menghiburnya.

Beberapa menit kemudian Kami melakukannya lagi hingga beberapa kali sampai subuh. Akhirnya Kami tertidur dengan tubuh telanjang bulat sampai siang.

Jam menunjukkan pukul 10.20 wib. Teman-teman sudah pada bangun dan berkumpul diruang tengah sambil sarapan pagi menunggu yang lainnya untuk jalan-jalan melihat kebun apel disebelah atas villa yang Kami tempati. Pemilik Villa sebut saja namanya Riani membangunkan Kami sambil mengetuk pintu dan Kami masih terlelap tidur karena kelelahan. Rupanya Riani nggak sabar, maka diambilnya kunci duplikat kamar Kami dan membukanya. Betapa kagetnya Riani melihat Kami yang masih tidur dalam keadaan bugil dan sprei berantakan. Riani menutup kembali pintu kamar kami dan menguncinya. Riani pergi ke kamarnya dan menceritakan hal yang dilihatnya pada pacarnya sebut saja bernama Ronny.

“Ron.. Gawat nich..” katanya pada Riani.
“Gawat kenapa..?” tanya Ronny penasaran.
“Tuch.. Temen deket lho..” katanya.
“Kenapa emangnya..?” tanya Ronny.
“Dia pada melakukan itu..” kata Riani.
“Melakukan apa sich..?” tanya Ronny agak penasaran.
“Dia pada bugil, habis begiutan kali..” kata Riani lagi.
“Biarin aja.. Emangnya Lo mau..?” tantang Ronny.
“Ngapain lagi..” elaknya.
“Ya.. Udah.. Mendingan Kita siap-siap..” kata Ronny lagi.

Dua puluh menit kemudian Saya dan Henny bangun dan langsung menuju kamar mandi, Kami mandi berdua sambil saling menyabuni tubuh sehingga membuat kemaluanku tegak lagi. Henny Saya suruh menungging dan Saya masukkan kemaluannya dari belakang dengan gaya Doggy style. Setelah selesai Kami berkemas-kemas untuk berangkat jalan-jalan dengan teman-teman ke kebun apel.

Begitu keluar kamar Kami lihat semuanya sedang sarapan dan Kami langsung menuju ke meja untuk menyantap hidangan nasi goreng yang telah tersedia. Kami bergabung diruang tengah untuk sarapan, tiba-tiba Riani menghampiri Henny dan mengajaknya kebelakang untuk berbicara berdua.

“Hen.. Loe gila yaa..?” tanya Riani pada Henny.
“Gila kenapa..?” tanya Henny nggak ngerti.
“Loe semalem ngewe kan..?!” katanya.
“Nggak.. Loe kali yang ngewe..” balas Henny sengit.
“Ngaku aja.. Tadi Gue lihat Loe tidur bugil berdua..” cecarnya.
“Loe ngiri.. Yaa..” kata Henny.
“Kalau ngiri.. Loe ngewe aja sama Ronny..” serang Henny.
“Bukan gitu.. Gue nggak enak sama yang lain..” bela Riani.
“Biarin aja.. Emang Gue pikirin..” kataku sambil meninggalkan Riani kembali ke ruang tengah.

Pada malam kedua Kami berkumpul diruang tengah untuk merencanakan hari esok untuk tujuan piknik selanjutnya. Ketika jam menunjukkan pukul 23.00 wib, Kami pergi ke kamar masing-masing untuk tidur.

Seperti biasa Kami tidak dapat tidur, maka Saya dan Henny bergumul seperti kemarin. Henny menyampaikan berita kalau tadi pagi si Riany masuk kekamar dan melihat Kita masih tidur dalam keadaan bugil. Maka timbul niat iseng gue dan gue keluar kamar menemui Ronny dan berbisik ketelinganya.

“Ron.. Cewe Loe kayaknya pengen ngewe dech ama Loe..” bisik Saya.
“Gila kali yee..” sungut Ronny.
“Tadi pagi Die masuk ke kamar Saya..” kataku lagi.
“Yang bener Loe..?!” tanya Ronny yang pura-pura nggal tahu.
“Ach.. Loe udeh tau pake pura-pura lagi..” kata Saya.
“Lagian Loe gila sich.. Ngewe nggak langsung pake baju lagi..” ejek Ronny.
“Abis keenakkan sich..” ledek Saya lagi.

Ronny langsung pergi masuk kamarnya dan Sayapun balik kekamar.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa 2017 Mantapnya Goyangan 2 Anak SMA

Rupanya Henny sudah nggak sabar lagi, ketika saya naik ketempat tidur dan masuk kedalam selimut, ternyata Henny sudah bugil. Melihat hal tersebut Saya langsung buka semua pakaian sampai bugil dan langsung menubruk untuk bergumul sambil berpagutan. Saya menjilati dari leher turun ke susunya dan terus kebawah sampai ke vaginanya yang sudah mulai agak basah, Henny mengelinjang hebat ketika lidah Saya menyentuh clitorisnya sambil mempermainkannya. Sepuluh menit kemudian Henny meminta Saya agar naik dan langsung menancapkan kemaluan Saya pada lubang Vaginanya.

“Yangg.. Henny nggak tahann..” rengeknya.

Sayapun mengarahkan kemaluan Saya yang sudah tegang sejak tadi ke vagina Henny yang sudah siap untuk dimasukinya. Henny langsung menggoyangkan pinggulnya kekanan kekiri ketika kemaluan Saya sudah menancap seluruhnya didalam vaginanya. Saya merangsang Henny dengan cara menghisap kedua susunya secara bergantian dan sesekali mengulum bibirnya. Lima belas menit kemudian Henny sudah mendekati puncaknya dan meminta Saya agar cepat-cepat menuju puncaknya juga. Sayapun memompa dengan cepat agar Kami selesai secara berbarengan.

“Yangg.. Nggaakk.. Kk..” desahnya.
“Ayoo.. Kita.. Bareng..” kataku sambil memompa dengan lebih cepat lagi.
“Yyaang.. Hhgghh..” desahnya sambil memelukku dengan erat.

Sayapun merasakan hal yang sama dan Kamipun mencapai orgasmenya secara berbarengan. Henny mendorong tubuh Saya kesamping dan meraih kemaluan Saya yang masih agak tegang setelah memuncratkan spermanya dan langsung dikulum serta dihisapnya sampai bersih.

“Yang.. Malam ini sudah dulu yaa..” pintanya.
“Kenapa emangnya..?” tanyaku.
“Capek sich..!” serunya lagi.
“Oke.. Dech yayang..” kataku sambil memeluknya. Dan Kamipun tertidur sampai pagi.

Riany rupanya masih penasaran dan membuka pintu kamar Saya perlahan-lahan dan dilihatnya Saya masih dalam keadaan bugil. Ronny membangunkan Saya dan betapa kagetnya ketika Saya lihat Ronny dan Riany sudah ada didalam kamar.

“Enak yaa..” kata Riany.
“Gila kali Loe yee..” sungutku pada Mereka.
“Tuch.. Barang Loe masih ngaceng..” kata Riany.
“Sini Loe.. Saya pake..” ledekku.
“Gila Loe.. Gue udeh dikasih semalem ” ledeknya lagi.
“Ya udeh sono keluar..” pintaku.
“Bangun.. Kita pada mau ke puncak beli oleh-oleh..” katanya.
“Ntar dulu Saya mau tuntasin dulu nich..” ledekku sambil menindih si Henny yang masih tidur lelap.
“Ee.. Gilaa..” kata Riany sambil menarik tangan Ronny keluar.

Saya cuek aja memasukkan kemaluan Saya ke lubang vagina Henny dan memompanya sampai selesai. Setelah selesai Kamipun pergi mandi dan siap-siap untuk pergi ke puncak setelah sarapan pagi.

Tamat

Kimcil Smp Sma Kuliah

$
0
0

Kimcil Smp Sma Kuliah
Cerita Seks Terbaru, Cerita Dewasa Hot, Cerita Mesum Seru – Cerita sebelumnya adalah cerita dewasa terbaru bergambar Cerita Panas Naruto Dan Hinata, kali ini ada cerita seks mesum Cerita Ngentot Kimcil Smp Sma Kuliah, selamat membaca.

Perkenalkan pembaca nama saya Doni. Umur 24 tahun dan sekarang lagi kuliah di sebuah PTS di Kediri. Aku termasuk cowok yang populer di kampus (sekeren namaku). Tapi aku punya kelemahan, saat ini aku udah nggak perjaka lagi (emang sekarang udah nggak jamannya keperjakaan diutamakan). Nah, hilangnya perjakaku ini yang pengin aku ceritakan.

  • Cerita Ngentot Kimcil Smp Sma Kuliah
    Cerita Mesum Kimcil Smp Sma Kuliah
    Cerita Sex Ngentot Abg Smp Sma Kuliah

Aku punya banyak cewek. Diantaranya banyak cewek itu yang paling aku sukai adalah Retno. Tapi dalam kisah ini bukan Retno tokoh utamanya. sebab hilangnya perjakaku nggak ada sangkut pautnya sama Retno. Malah waktu itu aku aku lagi marahan sama doski. Cerita Seks

Waktu itu aku nganggap Retno nggak bener-bener sayang sama aku. Aku lagi jutek banget sama dia. Habisnya udah lima bulan pacaran, masak Retno hanya ngasih sun pipi doang. Ceritanya pas aku ngapel ke tempat kostnya, aku ngajakin dia ML. Habis aku pengin banget sih. (keseringan mantengin VCD parto kali yee…). Tapi si Retno menolak mentah-mentah. Malahan aku diceramahin, busyet dah!

Makanya malam minggu itu aku nggak ngapel (ceritanya ngambek). Aku cuman duduk-duduk sambil gitaran di teras kamar kostku. Semua teman kostku pada ngapel atau entah nglayap kemana. Rumah induk yang kebetulan bersebelahan dengan rumah kost agak sepi. Sebab sejak tadi sore ibu kost dan bapak pergi ke kondangan. Putri tertua mereka, Murni sudah dijemput pacarnya sejam yang lalu.

Sedang Maidy, adiknya Murni entah nglayap kemana. Yang ada tinggal Gita, si bungsu dan Linda, sepupunya yang kebetulan lagi berkunjung ke rumah oomnya. Terdengar irama lagu India dari dalam rumah induk, pasti mereka lagi asyik menonton Gala Bollywood.

Nggak tahu, entah karena suaraku merdu atau mungkin karena suaraku fals plus berisik, Gita datang menghampiriku.

“Lagi nggak ngapel nih, Mas Doni?” sapanya ramah (perlu diketahui kalau Gita memang orangnya ramah banget)

“Ngapel sama siapa, Ta?” jawabku sambil terus memainkan Sialannya Cokelat.
“Ah… Mas Doni ini pura-pura lupa sama pacarnya.”
Gadis itu duduk di sampingku (ketika dia duduk sebagian paha mulusnya terlihat sebab Gita cuman pakai kulot sebatas lutut). Aku cuman tersenyum kecut.
“Udah putus aku sama dia.” jawabku kemudian.

Nggak tahu deh, tapi aku menangkap ada yang aneh dari gelagat Gita. Gadis 14 tahun itu nampaknya senang mendengar aku putus. Tapi dia berusaha menutup-nutupinya.
“Yah, kacian deh… habis putus sama pacar ya?” godanya. “Kayaknya bete banget lagunya.”
Aku menghentikan petikan gitarku.

“Yah, gimana ya… kayaknya aku lebih suka sama Gita deh ketimbang sama dia.”
Nah lo! Kentara benar perubahan wajahnya. Gadis berkulit langsep agak gelap itu merah mukanya. aku segera berpikir, apa bener ya gosip yang beredar di tempat kost ini kalo si Gita ada mau sama aku.

“Ta, kok diam aja? Malu yah…”
Gita melirik ke arahku dengan manja. Tiba-tiba saja batinku ngrasani, gadis yang duduk di sampingku ini manis juga yah. Masih duduk di kelas dua smp tapi kok perawakannya udah kayak anak sma aja. Tinggi langsing semampai, bodinya bibit-bibit peragawati, payudaranya… waduh kok besar juga ya. Tiba-tiba saja jantungku berdebar memandangi tubuh Gita yang cuman pakai kaos ketat tanpa lengan itu. Belahan dadanya sedikit tampak diantara kancing-kancing manisnya. Ih, ereksiku naik waktu melirik pahanya yang makin kelihatan. Kulit paha itu ditumbuhi bulu-bulu halus tapi cukup lebat seukuran cewek.

“Mas, daripada nganggur gimana kalo Mas Doni bantu aku ngerjain peer bahasa inggris?”
“Yah Gita, malam minggu kok ngerjain peer? Mendingan pacaran sama Mas Doni, iya nggak?” pancingku.
“Ah, Mas Doni ini bisa aja godain Gita..”
Gita mencubit pahaku sekilas. Siir.. Wuih, kok rasanya begini. Gimana nih, aku kok kayak-kayak nafsu sama ini bocah. Waduh, penisku kok bangun yah?
“Mau nggak Mas, tolongin Gita?”
“Ada upahnya nggak?”
“Iiih, dimintai tolong kok minta upah sih…”
Cubitan kecil Gita kembali memburu di pahaku. Siiiir… kok malah tambah merinding begini ya?
“Kalau diupah sun sih Mas Doni mau loh.” pancingku sekali lagi.
“Aah… Mas Doni nakal deh…”

Sekali lagi Gita mencubit pahaku. Kali ini aku menahan tangan Gita biar tetap di pahaku. Busyet, gadis itu nggak nolak loh. Dia cuman diam sambil menahan malu.

“Ya udah, Gita ambil bukunya trus ngerjain peernya di kamar Mas Doni aja. Nanti tak bantu ngerjain peer, tak kasih bonus pelajaran pacaran mau?”

Cerita Panas – Gadis itu cuman senyum saja kemudian masuk rumah induk. Asyik… pasti deh dia mau. Benar saja, nggak sampai dua menit aku sudah bisa menggiringnya ke kamar kostku.
Kami terpaksa duduk di ranjang yang cuman satu-satunya di kamar itu. Pintu sudah aku tutup, tapi nggak aku kunci. Aku sengaja nggak segera membantunya ngerjain peer, aku ajak aja dia ngobrol.

“Sudah bilang sama Linda kalo kamu kemari?”
“Iya sudah, aku bilang ke tempat Mas Doni.”
“Trus si Linda gimana? Nggak marah?”
“Ya enggak, ngapain marah.”
“Sendirian dong dia?”
“Mas Doni kok nanyain Linda mulu sih? Sukanya sama Linda ya?” ujar Gita merajuk.
“Yee… Gita marah. Cemburu ya?”
Gita merengut, tapi sebentar sudah tidak lagi. Dibuka-bukanya buku yang dia bawa dari rumah induk.
“Gita udah punya pacar belum?”tanyaku memancing.
“Belum tuh.”
“Pacaran juga belum pernah?”
“Katanya Mas Doni mau ngajarin Gita pacaran.” balas Gita.
“Gita bener mau?” Gayung bLindambut nih, pikirku.
“Pacaran itu dasarnya harus ada suka.” lanjutku ketika kulihar Gita tertunduk malu. “Gita suka sama mas Doni?”

Gita memandangku penuh arti. Matanya seakan ingin bersorak mengiyakan pertanyaanku. tapi aku butuh jawaban yang bisa didengar. Aku duduk merapat pada Gita.

“Gita suka sama Mas Doni?” ulangku.
“Iya.” gumamnya lirih.
Bener!! Dia suka sama aku. Kalau gitu aku boleh…
“Mas Doni mau ngesun Gita, Gita nurut aja yah…” bisikku ke telinga Gita

Tanganku mengusap rambutnya dan wajah kami makin dekat. Gita menutup matanya lalu membasahi bibirnya (aku bener-bener bersorak sorai). Kemudian bibirku menyentuh bibirnya yang seksi itu, lembut banget. Kulumat bibir bawahnya perlahan tapi penuh dengan hasrat, nafasnya mulai berat. Lumatanku semakin cepat sambil sekali-sekali kugigit bibirnya.

Mmm..muah… kuhisap bibir ranum itu.
“Engh.. emmh..” Gita mulai melenguh.

Nafasnya mulai tak beraturan. Matanya terpejam rapat seakan diantara hitam terbayang lidah-lidah kami yang saling bertarung, dan saling menggigit. Tanganku tanpa harus diperintah sudah menyusup masuk ke balik kaos ketatnya. Kuperas-peras payudara Gita penuh perasaan. ereksiku semakin menyala ketika gundukan hangat itu terasa kenyal di ujung jari-jariku.

Bibirku merayap menyapu leher jenjang Gita. Aku cumbui leher wangi itu. Kupagut sambil kusedot perlahan sambil kutahan beberapa saat. Gigitan kecilku merajang-rajang birahi Gita.

“Engh.. Masss… jangan… aku uuuh…”
Ketika kulepaskan maka nampaklah bekasnya memerah menghias di leher Gita.
“Ta… kaosnya dilepas ya sayang…”

Gadis itu hanya menggangguk. Matanya masih terpejam rapat tapi bibirnya menyunggingkan senyum. Nafasnya memburu. Sambil menahan birahi, kubuka keempat kancing kaos Gita satu pLindatu dengan tangan kananku. Sedang tangan kiriku masih terus meremas payudara Gita bergantian dari balik kaos. Tak tega rasanya membiarkan Gita kehilangan kenikmatannya. Jemari Gita menggelitik di dada dan perutku, membuka paksa hem lusuh yang aku kenakan. Aku menggeliat-geliat menahan amukan asmara yang Gita ciptakan.

Kaos pink Gita terjatuh di ranjang. Mataku melebar memandangi dua gundukan manis tertutup kain pink tipis. Kupeluk tubuh Gita dan kembali kuciumi leher jenjang gadis manis itu, aroma wangi dan keringatnya berbaur membuatku semakin bergairah untuk membuat hiasan-hiasan merah di lehernya.Perlahan-lahan kutarik pengait BH-nya, hingga sekali tarik saja BH itupun telah gugur ke ranjang. Dua gundukan daging itupun menghangat di ulu hatiku.

Kubaringkan perlahan-lahan tubuh semampai itu di ranjang. Wow… payudara Gita (yang kira-kira ukuran 34) membengkak. Ujungnya yang merah kecoklatan menggairahkan banget. Beberapa kali aku menelan ludah memandangi payudara Gita. Ketika merasakan tak ada yang kuperbuat, Gita memicingkan mata.

“Ta… adekmu udah gede banget Ta…”
“Udah waktunya dipetik ya mass…”
“Ehem, biar aku yang metik ya Ta…”
Aku berada di atas Gita. Tanganku segera bekerja menciptakan kenikmatan demi kenikmatan di dada Gita.

Putar… putar.. kuusap memutar pentel bengkak itu.
“Auh…Mass.. Aku nggak tahan Mass… kayak kebelet pipis mas..” rintih Gita.
Cerita Sex – Tak aku hiraukan rintihan itu. Aku segera menyomot payudara Gita dengan mulutku.
“Mmmm… suuup… mmm…” kukenyot-kenyot lalu aku sedot putingnya.
“Mass… sakiit…” rintih Gita sambil memegangi vaginanya.
Sekali lagi tak aku hiraukan rintihan itu. Bagiku menggilir payudara Gita sangat menyenangkan. Justru rintihan-rintihan itu menambah rasa nikmat yang tercipta.
Tapi lama kelamaan aku tak tega juga membuat Gita menahan kencing. Jadi aku lorot saja celananya. Dan ternyata CD pink yang dikenakan Gita telah basah.
“Gita kencing di celana ya Mass?”
“Bukan sayang, ini bukan kencing. Cuman lendir vaginamu yang cantik ini.”
Gita tertawa mengikik ketika telapak tanganku kugosok-gogokkan di permukaan vaginanya yang telah basah. Karena geli selakangnya membuka lebar. Vaginanya ditumbuhi bulu lebat yang terawat. Lubang kawin itu mengkilap oleh lendir-lendir kenikmatan Gita. Merah merona, vagina yang masih perawan.

Tak tahan aku melihat ayunya lubang kawin itu. Segera aku keluarkan penisku dari sangkarnya. Kemudian aku jejalkan ke pangkal selakangan yang membuka itu.
“Tahan ya sayang…engh..”
“Aduh… sakiiit mass…”
“Egh… rileks aja….”
“Mas… aah!!!” Gita menjambak rambutku dengan liar.
Slup… batang penisku yang perkasa menembus goa perawan Gita yang masih sempit. Untung saja vagina itu berair jadi nggak terlalu sulit memasukkannya. Perlahan-lahan, dua centi lima centi masih sempit sekali.
“Aduuuh Masss… sakiiit…” rintih Gita.
Aku hentakkan batang penisku sekuat tenaga.
“Jruub…”

Langsung amblas seketika sampai ujungnya menyentuh dinding rahim Gita. Batang penisku berdenyut-denyut sedikit sakit bagai digencet dua tembok tebal. Ujungnya tersentuh sesuatu cairan yang hangat. Aku tarik kembali penisku. Lalu masukkan lagi, keluar lagi begitu berkali-kali. Rasa sakitnya berangsur-angsur hilang.
Aku tuntun penisku bergoyang-goyang.
“Sakit sayang…” kataku.
“Enakkk…eungh…” Gita menyukainya.

Ia pun ikut mengggoyang-goyangkan pantatnya. Makin lama makin keras sampai-sampai ranjang itu berdecit-decit. Sampai-sampai tubuh Gita berayun-ayun. Sampai-sampai kedua gunung kembar Gita melonjak-lonjak. Segera aku tangkap kedua gunung itu dengan tanganku.
“Enggh.. ahhh..” desis Gita ketika tanganku mulai meremas-remasnya.
“Mass aku mau pipis…”
“Pipis aja Ta… nggak papa kok.”
“Aaach…!!!”
“Hegh…engh…”
“Suuur… crot.. crot.. ”
Lendir kawin Gita keluar, spermaku juga ikut-ikutan muncrat. Kami telah sama-sama mencapai orgasme.
“Ah…” lega. Kutarik kembali penisku nan perkasa. Darah perawan Gita menempel di ujungnya berbaur dengan maniku dan cairan kawinnya. Kupeluk dan kuciumi gadis yang baru memberiku kepuasan itu. Gitapun terlelap kecapaian.

Kreek… Pintu kamarku dibuka. Aku segera menengok ke arah pintu dengan blingsatan. Linda terpaku di depan pintu memandangi tubuh Gita yang tergeletak bugil di ranjang kemudian ganti memandangi penisku yang sudah mulai melemas. Tapi aku juga ikut terpaku kala melihat Linda yang sudah bugil abis. Aku tidak tahu tahu kalau sejak Gita masuk tadi Linda mengintip di depan kamar.
“Linda? Ng… anu..” antara takut dan nafsu aku pandangi Linda.

Gadis ini lebih tua dua tahun diatas Gita. Pantas saja kalau dia lebih matang dari Gita. Walau wajahnya tak bisa menandingi keayuan Gita, tapi tubuhnya tak kalah menarik dibanding Gita, apalagi dalam keadaan full naked kayak gitu.

“Aku nggak akan bilang ke oom dan tante asal…”
“Asal apaan?”

Mata Linda sayu memandang ke arah Gita dan penisku bergantian. Lalu dia membelai-belai payudara dan vaginanya sendiri. Tangan kirinya bermain-main di belahan vaginanya yang telah basah. Linda sengaja memancing birahiku. Melihat adegan itu, gairahku bangkit kembali, penisku ereksi lagi. Tapi aku masih ingin Linda membarakan gairahku lebih jauh.

Linda duduk di atas meja belajarku. Posisi kakinya mekangkang sehingga vaginanya membuka merekah merah. Tangannya masih terus meremas-remas susunya sendiri. Mengangkatnya tinggi seakan menawarkan segumpal daging itu kepadaku.
“Mas Doni.. sini.. ay…”

Aku tak peduli dia mengikik bagai perek. Aku berdiri di depan gadis itu.
“Ayo.. mas mainin aku lebih hot lagi..” pintanya penuh hasrat.
Aku gantiin Linda meremas-remas payudaranya yang ukuran 36 itu. Puting diujungnya sudah bengkak dan keras, tanda Linda sudah nafsu banget.
“Eahh.. mmhh…” rintihannya sexy sekali membuatku semakin memperkencang remasanku.
“Eahhh.. mas.. sakit.. enak….”

Linda memainkan jarinya di penisku. Mempermainkan buah jakarku membuatku melenguh keasyikan. “Ers… tanganmu nakal banget…”
Gadis itu cuman tertawa mengikik tapi terus mempermainkan senjataku itu. Karena gemas aku caplok susu-susu Linda bergantian. Kukenyot sambil aku tiup-tiup.

“Auh…”
Linda menekan batang penisku.
“Ers… sakit sayang” keluhku diantara payudara Linda.
“Habis dingin kan mas…” balasnya.
Setelah puas aku pandangi wajah Linda.
“Linda, mau jurus baru Mas Doni?”
Gadis itu mengangguk penuh semangat.
“Kalau gitu Linda tiduran di lantai gih!”

Linda menurut saja ketika aku baringkan di lantai. Ketika aku hendak berbalik, Linda mencekal lenganku. Gadis yang sudah gugur rasa malunya itu segera merengkuhku untuk melumat bibirnya. Serangan lidahnya menggila di ronga mulutku sehingga aku harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk mengimbanginya. Tanganku dituntunnya mengusap-usap lubang kelaminnya. Tentu saja aku langsung tanggap. Jari-jariku bermain diantara belantara hitam nan lebat diatas bukit berkawah itu. “Mmmm… enghh…”

Kami saling melenguh merasakan sejuta nikmat yang tercipta.
Cerita Dewasa – Aku ikut-ikutan merebah di lantai. Aku arahkan Linda untuk mengambil posisi 69, tapi kali ini aku yang berada di bawah. Setelah siap, tanpa harus diperintah Linda segera membenamkan penisku ke dalam mulutnya (aku jadi berpikiran kalau bocah ini sudah berpengalaman).

Linda bersemangat sekali melumat penisku yang sejak tadi berdenyut-denyut nikmat. Demikian juga aku, begitu nikmatnya menjilati lendir-lendir di setiap jengkal vagina Linda, sedang jariku bermain-main di kedua payudaranya. Srup srup, demikian bunyinya ketika kusedot lendir itu dari lubang vagina Linda. Ukuran vagina Linda sedikit lebih besar dibanding milik Gita, bulu-bulunya juga lebih lebat milik Linda. Dan klitorisnya… mmm… mungil merah kenyal dan mengasyikkan. Jadi jangan ngiri kalo aku bener-bener melumatnya dengan lahap.
“Ngngehhh…uuuhh..” lenguh Linda sambil terus melumat senjataku.
Sedang lendir kawinnya keluar terus.

“Ouwgh… isep sayang, iseppp…” kataku ketika aku merasa mau keluar.
Linda menghisap kuat-kuat penisku dan crooott… cairan putih kental sudah penuh di lubang mulut Linda. Linda berhenti melumat penisku, kemudian dia terlentang dilantai (tidak lagi menunggangiku). Aku heran dan memandangnya.

Lihat Juga :  Cerita Dewasa HOT Berlibur Ke Kebun Apel

“Aha…” ternyata dia menikmati rasa spermaku yang juga belepotan di wajahnya, dasar bocah gemblung.

Beberapa saat kemudian dia kembali menyerang penisku. Mendapat serangan seperti itu, aku malah ganti menyerangnya. Aku tumbruk dia, kulumat bibirnya dengan buas. Tapi tak lama Linda berbisik, “Mas.. aku udah nggak tahan…”

Sambil berbisik Linda memegangi penisku dengan maksud menusukannya ke dalam vaginanya.
Aku minta Linda menungging, dan aku siap menusukkan penisku yang perkasa. penisku itu makin tegang ketika menyentuh bibir vagina. Kutusuk masuk senjataku melewati liang sempit itu.

“Sakit Mas…”
Sulitnya masuk liang kawin Linda, untung saja dindingnya sudah basah sejak tadi jadi aku tak terlalu ngoyo.
“Nggeh… dikit lagi Ers…”
“Eeehhh… waaa!!”
“Jlub…” 15 centi batang penisku amblas sudah dikenyot liang kawin Linda. Aku diamkan sebentar lalu aku kocok-kocok seirama desah nafas.
“Eeehh… terus mass… uhh…”

Gadis itu menggeliat-geliat nikmat. Darah merembes di selakangnya. Entah sadar atau tidak tangan Linda meremas-remas payudaranya sendiri.

Lima belas menit penisku bermain petak umpet di vagina Linda. Rupaya gadis itu enggan melepaskan penisku. Berulang-ulang kali spermaku muncrat di liang rahimnya. Merulang-ulang kali Linda menjerit menandakan bahwa ia berada dipucuk-pucuk kepuasan tertinggi. Hingga akhirnya Linda kelelahan dan memilih tidur terlentang di samping Gita.

Capek sekali rasanya menggarap dua daun muda ini. Aku tak tahu apa mereka menyesal dengan kejadian malam ini. Yang pasti aku tak menyesal perjakaku hilang di vagina-vagina mereka. Habisnya puas banget. Setidaknya aku bisa mengobati kekecewaanku kepada Retno.

Malam makin sepi. Sebelum yang lain pada pulang, aku segera memindahkan tubuh Gita ke kamarnya lengkap dengan pakaiannya. Begitu juga dengan Linda. Dan malam ini aku sibuk bergaya berpura-pura tak tahu-menahu dengan kejadian barusan. Lagipula tak ada bukti, bekas cipokan di leher Gita sudah memudar.

Tamat

Viewing all 66 articles
Browse latest View live